Batasan Aksi Sosial Batasan Pemberdayaan

170 Para pekerja sosial di dunia sesungguhnya memiliki sejarah yang panjang dengan cause advocacy. Termasuk saat bekerja dengan legislasi hak-hak sipil dan perjuangan terhadap hak-hak bagi mereka yang mengalami disabilitas fisik dan emosional dan berjuang bagi populasi rentan. Advokasi dapat dilakukan sesuai dengan batasan permasalahan dan solusi yang diusulkan oleh para pekerja sosial, atau dapat diasumsikan sebagai sebuah pendekatan yang lebih bersifat konfliktual. Kapan advokasi dilakukan, yaitu saat pekerja sosial mulai membuka dokumen atau informasi mengenai keberadaan suatu permasalahan pada level makro, maka pekerja sosial sudah melakukan langkah pertama untuk melakukan perubahan situasi. Intervensi level-makro mungkin akan mendorong keterlbatan pekerja sosial dalam berbagai aksi, mulai dari konsensus hingga konfrontasi sebagai upaya pemberdayaan manusia, maupun membuat sistem lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat atau sistem klien.

B. Batasan Aksi Sosial

Aksi sosial merupakan sebuah metode praktek yang didisain pada sebuah masyarakat untuk memenuhi sumber-sumber yang 171 dibutuhkan, mengupayakan keadilan sosial dan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup, serta mengatasi masalah sosial yang mengganggu dan menghambat penduduk. Para pekerja sosial tentunya bukan satu-satunya profesi yang melakukan aksi sosial tersebut. Aksi sosial mungkin saja dilakukan oleh para profesi lain, lembaga lain, organisasi lain, organisasi keagamaan, pemerintahan kota, atau siapapun yang memperoleh dampak dari suatu masalah. Oleh karena itu adalah menjadi penting untuk mengkoordinasikan sebuah upaya aksi sosial bersama cause advocacy. Namun demikian terkadang hanya terdapat satu kelompok saja yang peduli akan suatu isu atau permasalahan sosial tertentu. Seringkali yang terjadi adalah banyak orang yang tidak menyadari akan kepentingan atau peranan dari masing-masing pihak. Upaya- upaya yang lebih terkoordinasi, nampaknya akan banyak pengaruhnya daripada bergerak secara sendiri perseorangan atau sekelompok kecil saja.

C. Batasan Pemberdayaan

Pemberdayaan empowerment merupakan pemanfaatan suatu strategi untuk meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, 172 atau politis seseorang sehingga mereka mampu memperbaiki kehidupan mereka sendiri. Keyakinan bahwa orang sesungguhnya memiliki dua hal penting yaitu hak dan kapasitas kemampuan untuk menggapai atau mencapai tujuannya, adalah merupakan nilai-nilai pekerjaan sosial seharusnya tetap ada, khususnya berkait hak penentuan diri sendiri self- determination . Pemberdayaan merupakan penggambaran dari upaya-upaya pencapaian tujuan pekerjaan sosial dengan bekerja bersama kelompok-kelompok tertindas atau orang- orang termarginalkan. Hal tersebut merefleksikan suatu pengakuan bahwa masyarakat yang tertindas-termarginalkan diharapkan memperoleh manfaat yang maksimal apabila para pekerja sosial mengupayakan hal-hal berikut ini, yaitu: 1 meningkatkan kekuatannya untuk membantu diri mereka sendiri, 2 mengurangi pengaruh-pengaruh negatif dari kebijakan sosial dan lembaga, dan 3 membangun model pertolongan baru dengan mengakui dan menyadari bahwa permasalahan yang dialami oleh kelompok-kelompok tertindas-termarginalisasi adalah sangat nyata terjadi. Kondisi tersebut semestinya mendorong para pekerja sosial agar mampu memberi perhatian lebih akan pentingnya kebutuhan sensitifitas bagi kelompok masyarakat rentan, saat berbicara 173 pemberdayaan. DuBois Miley 2010 membagi pemberdayaan berdasarkan dua dimensi utama, yaitu sebagai konsep dan sebagai proses, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: Tabel: 4 Dimensions of Empowerment Dimensions of Empowerment As a Concept As a Process Personal Actualizing Becoming Collaborating Respecting Consciousness-Raising Discovering Acknowledging Enhancing Strengthening Developing Activating Connecting Creating Constructing Exapanding integrating Competence Mastery Feeling on control Esteem Goodness-of-it Interpersonal Interdependence Sense of influence Partnership Social support Respected status Sociopolitical Privilege Citizens’ Rights Control of resources Access to opportunities Social justice Sumber: Brenda DuBois Karla Krogsrud Miley 2010 174

D. Batasan Populasi Rentan