174
D. Batasan Populasi Rentan
Populasi masyarakat rentan adalah kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang terlihat paling banyak
mendapatkan perlakuan tidak adil dan teraniaya sebagai konsekuensi dari kondisi diskriminasi, kesulitan ekonomi, dan
tekanan-tekanan. Kemudian secara historis, diantara kelompok- kelompok yang sering mengalami perlakukan demikian dari
masyarakat adalah anak-anak, perempuan, trans gender, dan kulit berwarna kalau di negara-negara Barat. Kelompok-
kelompok lainnya yang juga termasuk dalam kelompok rentan, termasuk lanjut usia dengan kondisi fisik, emosi, atau
disabilitas perkembangan, dan kelompok-kelompok religi yang sangat berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Beberapa
kelompok memandang kelompok lainnya secara ‘berbeda’ saja dapat dipandang sebagai korban. Perbedaan-perbedaan tersebut
dapat didasarkan pada warna kulit, kemampuan intelektual, sistem keyakinan, gender, usia, orientasi seks, budaya, atau
kelas sosial. Hal penting untuk selalu diingat dalam benak para pekerja sosial adalah bahwa populasi rentan bukanlah situasi
atau kondisi yang menghasilkan situasi beresiko rentan, tetapi lebih pada tindakan dan reaksi dari sebagian besar masyarakat.
175
Sebagai contoh, seorang gay tidak beresiko karena kondisi dia gay,
tetapi bagaimana orang-orang lain di sekitarnya di dalam masyarakat
berfikir dan
merasakan tentang
orientasi seksualnya. Sama halnya dengan perempuan tidak beresiko
rentan karena karakteristiknya, tetapi karena orang-orang lain dalam masyarakat seolah memperoleh manfaat dari perlakuan
mereka terhadap perempuan tersebut dengan berbagai cara. Terlalu fokus atau terlibat terlalu dalam pada populasi rentan
dapat mengakibatkan terjerembab untuk selalu menyalahkan korban daripada mengakui tindakan-tindakan yang dilakukan
terhadap populasi-rentan.
Populasi-Rentan Population-at-Risk
Terdapat tiga aspek utama untuk melihat populasi rentan, yaitu: 1 faktor-faktor yang berkontribusi pada kehadiran suatu
populasi rentan; 2 beberapa contoh dari populasi-rentan; 3 peranan para pekerja sosial dalam membantu kelompok-
kelompok tersebut. Dalam bagian berikutnya akan coba diurai secara singkat beberapa aspek untuk melihat populasi rentan
tersebut.
176
Faktor-faktor Kontributor pada Populasi Rentan
Sejumlah faktor utama yang dapat mendukung timbulnya suatu kondisi populasi-rentan, diantaranya perbedaan fisik seperti
warna kulit dan nilai-nilai serta keyakinan termasuk keyakinan agama yang berbeda dengan masyarakat dominan
atau bagian dari masyarakat yang lebih berkuasa. Hal tersebut juga merupakan hasil dari pra konsepsi mengenai kemampuan
atau kompetensi anggota suatu kelompok seperti halnya perempuan. Akhirnya, populasi-rentan merupakan hasil dari
sistem ekonomi kemasyarakatan. Menjadi ‘berbeda’ dari kelompok-kelompok umum
lainnya, atau kelompok-kelompok yang lebih berkuasa dalam masyarakat cenderung akan menempatkan sebuah kelompok
menjadi berada pada posisi rentan. Beberapa pihak mungkin mempertimbangkan hal-hal tersebut sebagai bagian dari sifat
manusiawi, manakala lingkungan sekitar agak berbeda dengan kita sehingga menjadi tidak nyaman buat kita. Karena
umumnya, kita seringkali memiliki pengalaman yang minim untuk hidup bersama di lingkungan dengan orang yang berbeda
pula, sehingga kita cenderung untuk menghindarinya. Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa ketidaknyamanan
177
tersebut dapat dihilangkan seiring berjalannya waktu melalui proses pembelajaran mengenai kelompok tersebut. Terkadang
kita juga merasakan bahwa kita menemukan atau memiliki banyak
kesamaan dengan
individu-individu tersebut.
Banyaknya kesamaan-kesamaan
tersebutlah yang
sesungguhnya dapat mengikis perbedaan-perbedaan tersebut. Namun demikian akibat kurang dekatnya kita dan kadang tidak
nyaman bersama
dengan kelompok
tertentu, akan
menempatkan kelompok tersebut dalam posisi rentan. Dengan kita menghindari kelompok tertentu, maka mungkin akan
melukai perasaan mereka, sebagai isyarat tidak acuh, atau membuat mereka tidak secara bebas terlibat aktif bersama kita,
juga akan membuat mereka terluka. Tentunya ketidaknyamanan bersama dengan orang lain
mungkin sebagai akibat dari nilai-nilai dan keyakinan yang mereka anut, yang terlalu berbeda dengan kita pada umumnya.
Beberapa nilai agama tertentu menilai homoseksualitas sebagai dosa, sehingga orang dengan lesbi dan gay layak dibedakan
atau bahkan dipisahkan. Namun demikian, beberapa agama lainnya meyakini bahwa homoseksualitas bukan dosa, tetapi
perilakunya yang berdosa. Mereka juga mahluk Tuhan.
178
Perdebatan akibat perbedaan pandangan tersebut masih terus berlanjut hingga kini.
Kita juga melihat bagaimana perbedaan nilai-nilai telah mengakibatkan diskriminasi di sejumlah negara, seperti
Bosnia, Sudan, Rwanda, Ethiopia, dan Macedonia, bahkan berkontribusi menimbulkan genocide dan perbersihan etnik
ethnic cleansing. Upaya perbersihan etnik ini termasuk menghilangkan kelompok-kelompok tertentu dengan aktifitas
tertentu seperti pembunuhan, pemerkosaan, penghancuran rumah-rumah dan bangunan, dan penghapusan dokumen publik
seperti halnya catatan kelahiran mereka. Kondisi
ekonomi juga
memiliki peran
yang menempatkan suatu kelompok dalam kondisi rentan. Keadilan
ekonomi seringkali diabaikan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam sebuah masyarakat. Terkadang argumentasi
sengaja dibangun untuk memperkuat struktur ekonomi kelompok dominan tersebut. Sifat dari suatu sistem ekonomi
kapitalis menyediakan produk dengan harga yang semurah mungkin, yang berarti juga mempertahankan penghasilan dan
manfaat serendah mungkin. Praktek perusahaan umumnya dengan menyewa karyawan paruh waktu khususnya
179
perempuan, hal ini dilakukan sebagai modus untuk menghindari pembayaran jaminan asuransi seperti asuransi
kesehatan, pensiun yang secara normal diberikan kepada karyawan penuh. Kondisi tersebut merupakan contoh dari
sistem ekonomi kapitalis. Ketidakadilan ekonomi tersebut seringkali muncul sebagai bagian dari pembenaran pandangan
bahwa ’perempuan tidak perlu memperoleh jaminan, karena suaminya sudah memperolehnya’ atau ‘jika mereka tidak suka
dengan aturan ini, tidak usah bekerja di sini’. Fakta tersebut menunjukkan praktek-praktek ketidakadilan yang berdampak
pada suatu kelompok tertentu yang terabaikan, yaitu kaum perempuan.
Contoh lain dari ketidakadilan ekonomi yang menempatkan suatu kelompok tertentu menjadi rentan adalah
banyak bukti terjadi ketika suatu bisnis memutuskan untuk memindahkan perusahaannya dari suatu masyarakat di wilayah
tertentu karena gaji yang harus dibayarkannya terlalu mahal. Dua kelompok yang terkena dampak dari keputusan tersebut:
Pertama, pekerja perusahaan dan masyarakat sebagai lokasi bisnis tersebut menjadi korban oleh pertimbangan keputusan
ekonomi murni kapitalis. Para buruh akan kehilangan
180
kehidupannya, rumahnya, dan rasa identitasnya. Masyarakat wilayah menderita kehilangan pendapatan, sehingga akan
mengurangi sejumlah pelayanan publik dalam masyarakat tersebut. Masyarakat tersebut mulai memasuki populasi-rentan
karena sangat bergantung pada sejumlah buruh yang saat ini direlokasi atau menganggur.
Kedua, masyarakat yang melakukan bisnis juga menjadi populasi-rentan. Perusahaan akan menggaji buruh
yang secara signifikan jauh lebih murah dari pada buruh tetap atau yang telah lama bekerja, hal ini merupakan sebuah praktek
eksploitasi baru, karena didisain untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi biaya produksi atau layanan.
Ini merupakan prinsip-prinsip yang ada dalam sistem ekonomi kapitalis.
Dalam masyarakat kita, kerentanan dapat terjadi karena berbagai cara. Anak-anak jalanan yang berasal dari keluarga
miskin terlantar mengalami kerentanan baik dalam sistem pendidikan atau pelayanan sosial lainnya. Anak-anak yang
berasal dari keluarga tuna wisma tersebut, sulit untuk diterima dalam sekolah formal, karena ketidakjelasan alamat yang
dimilikinya. Upaya
untuk menjangkau
populasi ini
181
memerlukan perjuangan usaha yang lebih keras lagi. Beberapa komunitas mengembangkan sebuah sistem pendidikan non
formal yang menyediakan layanan pendidikan bagi anak-anak dan remaja. Program tersebut juga diupayakan dapat
menjangkau orang dewasa, memberinya pendidikan, kemudian keterampilan yang mempersiapkan mereka agar mampu
memperoleh pekerjaan, agar memperoleh penghasilan yang layak. Sehingga akhirnya para orang dewasa tersebut dapat
menghidupi keluarganya secara layak. Program-program layanan tesebut merupakan jenis layanan khusus yang
ditujukan untuk menjangkau populasi-rentan tertentu pula. Program tersebut merupakan bagian dari upaya kegiatan
pendampingan bagi tuna wisma untuk menyediakan program atau layanan khusus sesuai dengan kebutuhan yang mereka
perlukan. Kelompok lain yang rentan dalam masyarakat adalah
orang dengan disabilitas fisik dan mental. Meski upaya perlindungan melalui kebijakan undang-undang dan peraturan
lainnya telah ada, namun masih banyak dari mereka yang belum memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan yang
layak. Umumnya pemerintah mampu dan mudah membuat
182
kebijakan, namun sangat lemah dalam implementasi kebijakan tersebut. Kondisi ini tidak hanya terjadi di satu negara saja,
tetapi terjadi di seluruh dunia. Padahal berbobot dan berwibawanya suatu kebijakan adalah karena konsistensi dalam
implementasinya. Akibatnya, ketidakkonsistenan tersebut akan cenderung mengarah pada diskriminasi dalam berbagai bidang
kehidupan umum, seperti tidak ramahnya fasilitas transportasi, fasilitas bangunan dan fasilitas publik lainnya; apalagi
kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Kondisi
perkembangan permasalahan,
dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin personal dan
mudah, membuat anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Siaran televisi yang semakin memanjakan pemirsa
dengan kesenangan dan hiburan semata cenderung membuat anak-anak sulit beranjak dari depan layar televisi. Makin
mudahnya anak-anak
memperoleh dan
menggunakan smartphone
membuat anak-anak lebih banyak menggerakkan jemarinya, daripada aktifitas olah raga dan permainan fisik
lainnya. Minimnya sarana rekreasi dan olah raga dengan fasilitas ruang terbuka yang layak dan yang memungkinkan
tumbuh kembang anak juga turut mendukung kerentanan
183
perkembangan anak-anak. Masa kanak-kanak mereka banyak dihabiskan dengan gadget. Sementara para orang tua dan orang
dewasa lainnya seringkali tidak menyadari bagaimana dampak dari semua kesenangan semata tersebut akan berdampak pada
tumbuh kembang anak berikutnya di masa depan. Kasus pelecehan seksual pada anak-anak siswa di
bawah umur walau belum jelas status hukumnyadi JIS Jakarta International School Jakarta menjadikan sekolah
yang seharusnya steril-bersih dan paling aman dari semua bentuk kekerasan, menjadi rentan. Demikian pula kasus
sodomi pada ratusan anak di lokasi wisata Citamiang Sukabumi, sungguh merupakan berita yang tragis-memilukan
dan menyedihkan. Masa kanak-kanak merupakan masa penting, sehingga sedemikian pentingnya, juga akan seiring
pula dengan tingkat kerentanan yang mungkin terjadi. Kelompok rentan berikutnya adalah kelompok remaja
putri yang mungkin secara terencana, tidak terencana, atau tidak menginginkan kehamilan hamil di luar nikah.
Permasalahan di seputar remaja putri dan putra seringkali bukan merupakan persoalan yang tunggal, baik faktor
penyebabnya, maupun dari akibat yang ditimbulkannya.
184
Pergaulan bebas, kebiasan meminum minuman keras, serta konsumsi zat adiktif narkotika dan obat-obatan terlarang
merupakan perilaku yang saling menguatkan satu dengan lainnya. Upaya advokasi perlu dilakukan kepada beberapa
kelompok rentan
tersebut untuk
melindungi dirinya,
keluarganya dan serta masa depan mereka.
E. Peran Pekerja Sosial dengan Populasi-Rentan