135
kanannya adalah menunjukkan ketegasan, menunjukkan banyaknya energi penting dalam rangka memperjuangkan
kepentingan sistem klien makro agar berdampak positif bagi sistem yang lebih luas, dan pada sistem yang lebih besar.
Meningkatkan daya tawar atau keberdayaan sistem klien makro agar lebih berkuasa, lebih berani, dan lebih memiliki kekuatan
untuk memperoleh sumber-sumber dalam sistem makro. Green Haines 2002 mengemukan bahwa sumber-
sumber dalam masyarakat tersebut merupakan assets berdasarkan lokalitas atau tempatan yang dapat digunakan
dalam rangka mengatasi permasalahan atau memenuhi kebutuhan di masyarakat. Bentuk-bentuk aset tersebut dikenal
dengan community capital yang terdiri dari human capital, social capital, physical capital, financial capital,
dan environmental capital.
G. Terampil Berfikir Kritis Use of Critical Thinking
Skills
Berfikir kritis adalah 1 mengkaji secara hati-hati pernyataan kebenaran atau apa yang nampak benar serta ekspresi yang
dihasilkan dari sebuah opini atau simpulan berdasarkan kajian
136
tersebut. Dan 2 formulasi kreatif atas suatu opini atau kesimpulan ketika muncul suatu pertanyaan, masalah, atau isyu
Kirst-Ashman, 2007. Konsentrasi pemikiran kritis adalah pada “the process of reasoning” Gibbs Gambrill, 1999.
Konsentrasi berfikir kritis menekankan pada bagaimana
seorang individu berfikir tentang kebenaran yang terkadung dalam suatu situasi atau pernyataan, atau bagaimana mereka
menganalisa sebuah isu untuk kemudian memformulasi kesimpulannya sendiri. Sebagaimana Gibbs Gambrill 1999
nyatakan tentang kebenaran, “critical thinkers what others take for granted
” p.13. Dalam praktek makro generalis, berfikir kritis merupakan suatu kajian serius mengenai keberfungsian
organisasi dan masyarakat dalam lingkungan makro. Praktek tersebut juga berkenaan dengan analisis permasalahan maupun
isu sistem klien dalam hal penentuan tentang bagaimana sesuatu dapat dilakukan dalam proses pertolongan.
Sedikitnya terdapat dua dimensi penting dalam batasan pemikiran kritis atau berfikir kritis. Pertama, berfikir kritis
fokus pada pernyataan mengenai keyakinan, pernyataan, asumsi, alasan-alasan, aksi, dan pengalaman. Artinya bahwa
para pekerja sosial harus mampu berargumentasi, menyatakan
137
pendapat, dan menguji secara kritis atas ketidakkonsistenan yang terjadi. Mereka juga harus mampu membedakan antara
penegasan dan fakta, pengamatan dan impresi. Saat pekerja sosial bertemu dengan klien, kolega, administrator lembaga
pelayanan, atau politisi, pemikiran apa yag ada dalam kepala- kepala mereka? Asumsi apa yang secara otomatis mereka
lakukan? Bagaimana validitas dari pemikiran dan asumsi tersebut terbangun? Komponen lain dari pemikiran kritis
adalah mengenali apa yang seharusnya tidak diketahui. Dengan kata lain, informasi apa lagi yang hilang atau belum ada?
Fakta kedua yang dihadapi dari definisi berfikir kritis adalah formulasi kreatif atas sebuah opini atau kesimpulan
ketika menyampaikan sebuah pertanyaan, permasalahan, atau isu. Apa yang akan pekerja sosial pikirkan ketika menjawab
sebuah pertanyaan atau solusi tentang sebuah permasalahan? Misalkan sebagai seorang praktisi generalis, anda akan
menggunakan pemikiran kritis untuk menentukan pendekatan apa yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan klien
yang berkebutuhan khusus. Tentunya Anda akan memilih atau menentukan teknik-teknik pertolongan bukan berdasarkan
rumor, tetapi berdasarkan sejumlah variabel dengan beberapa
138
catatan akan efektifitasnya untuk populasi klien berkebutuhan khusus. Para pekerja sosial seharusnya mampu secara hati-hati
menguji terlebih dahulu sejumlah pernyataan atau pengakuan yang dibuat sebagai fakta dengan mengevaluasi dan menilai
argumentasi dari kedua sisi atas isu tersebut. Misalkan, terdapat sebuah kasus yang berkenaan
dengan seorang kolega yang menyatakan kepada anda bahwa terapi tiup balon merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan
sebesar 40 kalori yang sama dengan satu lembar potongan roti coba bandingkan dengan kegiatan sejenis yang menghabiskan
sekitar 70-80 kalori, dan lembaga anda harus mengadopsi hal ini sebagai modalitas treatment utama. Sebagai pemikir kritis,
pekerja sosial seharusnya mampu mengevaluasi secara kritis validitas kebenaran pernyataan tersebut. Penelitian apa yang
telah kolega anda lakukan berkenaan dengan treatment tersebut? Apa landasan teoritis yang mendasari terapi tiup
balon? Tentunya sikap pekerja sosial mestinya penasaran dengan tiup-balon—tetapi poin pentingnya adalah pemikiran
kritis bukan sekedar cara untuk menerima situasi atau cerita atas nilainya. Tetapi lebih dari itu, berfikir kritis akan berkaitan
dengan bagaimana menggunakan penilaian pekerjaan sosial
139
secara serius untuk menilai kemanfaatan dan relevansinya dalam proses pertolongan.
Formula untuk Berfikir Kritis
Dalam praktek generalis tujuan dari berfikir kritis adalah untuk mengevaluasi keakuratan impresi, menilai dan mengevaluasi
beragam aspek dari sebuah situasi, dan mengembangkan suatu pendekatan kreatif untuk menemukan solusi mampun membuat
rencana tindakan atau treatment. Salah satu metode dasar untuk pemikiran kritis yang dikemukakan oleh Kirst-Ashman and
Hull 2002, yang meliputi tiga pendekatan, yaitu: 1.
Ask questions. 2.
Assess the established facts and issues involved 3.
Assert a concluding opinion
Sebagai contoh, apabila ada seorang klien menyatakan: “ini masyarakat kacau, saya benci tinggal di sini” Sebagai seorang
pemikir kritis, maka pekerja sosial tidak perlu menganggap pernyataan tersebut secara emosional. Akan lebih baik jika
anda sebagai pekerja sosial berupaya mencari informasi lebih jauh lagi untuk memastikan apakah ia setuju atau tidak dengan
140
pernyataan tersebut. Lalu pertanyaan apa saja yang akan pekerja sosial ajukan ask? Apa alasannya dari masyarakat
yang ‘kacau’ itu? Bagaimana batasan dari pernyataan ‘kacau’ tersebut? Semua hal tersebut merupakan sejumlah pertanyaan
yang dapat pekerja sosial ajukan untuk mencari informasi, guna memastikan benar tidaknya kondisi masyarakat kacau
tersebut. Kemudian, seorang pemikir kritis akan mengkaji
assess faktum-faktum yang tersedia. Pertimbangkan alasan- alasan apa saja yang mungkin berhubungan dengan masyarakat
yang ‘kacau’ tersebut. Untuk memenuhi istilah ‘kacau’ tersebut apakah merupakan refleksitas dari kondisi aktual dalam
masyarakat sebenarnya? Fakta-fakta apa yang mendukung tuduhan bahwa masyarakat ‘kacau’ dan informasi apa saja
yang ada di dalamnya, sehingga sesungguhnya terdapat dimensi positif terkandung di dalamnya?
Pada akhirnya, seorang pemikir kritis akan berupaya menyatakan secara tegas assert dengan membuat sebuah
kesimpulan. Setelah data terkumpul dan dievaluasi ketepatan serta akurasinya, untuk melihat apakah pekerja sosial akan
setuju dengan opini atau pernyataan kliennya. Poin pentingnya
141
adalah perlu kehati-hatian, tidak bertindak ceroboh, dan terburu-buru dalam membuat kesimpulan atau pernyataan.
Pekerja sosial berupaya melihat secara jernih dan bersih, secara kritis dan objektif menilai serta mengevaluasi berdasarkan
fakta, baru kemudian membuat kesimpulan.
Hindari Kekeliruan Kepalsuan
Gibbs dan Gambrill 1996 mencatat sejumlah kekeliruan praktek yang dapat menipu praktisi untuk percaya kepada
kepercayaan palsu, sehingga dapat menjerumuskan pekerja sosial dalam masalah. A fallacy adalah suatu kesalahan atau
kekeliruan gagasan, yang selalu ada tersembunyi dibalik sebuah argumentasi atau pernyataan. Sebuah kekeliruan atau
kesalahan berasumsi dapat menipu anda ke dalam keyakinan apa yang tidak benar. Kekeliruan tersebut seringkali nampak
terlihat benar, tetapi sesungguhnya berdasarkan fakta adalah salah.
Banyak faktor kekeliruan terjadi yang diakibatkan faktor subyektif terhadap tampilan artifisial dalam memandang
suatu persoalan atau situasi. Bisa saja kekeliruan terjadi karena persoalan karisma, ketertarikan, atau kemungkinan kemewahan
142
Gibbs Gambrill, 1996. Sebagai contoh, seorang direktur lembaga baru dari lembaga pelayanan keluarga swasta
mengeluarkan pendapatnya. Dia memiliki karakter yang menarik dan kharismatis yang selalu memiliki banyak gagasan
baru dan brilian untuk perubahan-perubahan besar dalam lembaga pelayanan. Sementara itu para anggota staf merasa
terancam dengan
kehadirannya dan
segan karena
pengalamannya yang begitu banyak. Namun begitu, dalam perkembangan
berikutnya, terkadang
mereka mulai
dibingungkan oleh mulai hilangnya atau mundurnya satu per satu lembaga donor bagi lembaga tersebut. Satu dari tiga
sumber pendanaan utama mulai hilang dari lembaga pelayanan tersebut karena sikap pribadi yang arogan ketika terjadi
pertengkaran dengan salah seorang administrator salah satu sumber pendanaan utama lembaga pelayanan. Hal yang sama
terjadi, ketika para karyawan begitu terkejut dengan kejadian istri direktur yang menuduh suaminya berselingkuh dengan
salah seorang direktur humas. Para staf, administrator lain, dan anggota dewan lembaga pelayanan menjadi malu dengan
pemberitaan negatif yang menerpa lembaga pelayanan mereka. Tiba-tiba sang direktur menghilang, meninggalkan lembaga
pelayanan telah 18 bulan menunjukkan karismanya pada
143
lembaga pelayanan tersebut. Cara berfikir kritis akan mendorong staf untuk meninjau, menelaah, dan menilai
tampilan sebelum beropini atau berpendapat atas direktur lembaga mereka. Mereka akan secara hati-hati meneliti
tampilan luar yang begitu menarik dan sambil menunggu untuk melihat pada perkembangan selanjutnya apakah karakteristik
dan kualitasnya benar-benar mendasari segala tindakannya sebagai direktur lembaga pelayanan sosial.
Menurut Gibbs Gambrill 1996 terdapat dua hal kepalsuankekeliruan yang terjadi dalam contoh kasus tersebut
sebelumnya yaitu “newness” dan “experience”. Sang direktur datang ke lembaga pelayanan dengan rencana dan gagasan baru
yang cemerlang. Orang yang berfikir kritis tidak akan dengan mudah berasumsi atau setuju dengan hal tersebut, karena
memang gagasan-gagasan baru dan popular ternyata ada dimana-mana, yang tentunya memang baik. Kekeliruan
berikutnya yaitu terletak pada pengalaman yang terlalu luas dari direktur tadi. Pertanyaan berikutnya adalah apakah
pengalamannya memang benar-benar bagus? Atau, apakah keterampilan interpersonalnya benar-benar efektif atau hanya
didasarkan pada kepentingan untuk meningkatkan egonya saja?
144
Kekeliruan berikutnya adalah berkenaan dengan ‘fakta’ yang jika sesuatu yang telah ditulis misalnya di dalamnya
sudah tertulis demikian, kemudian hal itu sudah pasti benarnya. Hati-hatilah dengan cara berfikir demikian.
Pemikiran kritis menuntut pekerja sosial agar mampu mempertimbangkan secara rasional serta mampu membuktikan
atas apa yang pekerja sosial baca. Pekerja sosial perlu melakukan kajian atau penelitian mandiri sehingga ia mampu
mengevaluasi atas kualitas penelitian diri pekerja sosial sendiri, dengan di-back up oleh sejumlah fakta melalui bacaan pustaka
buku-buku dan jurnal. Cara berfikir kritis amat banyak manfaatnya dalam
praktek generalis. Berfikir kritis dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas catatan klien, kebijakan lembaga,
arahan-arahan administrator,
keefektifan modalitas
penanganan, atau rekomendasi-rekomendasi untuk perubahan terencana dengan klien. Namun demikian hal itu bukan berarti
pekerja sosial meragukan apapun yang ia lihat dan dengar, tetapi lebih dari sekedar itu, pekerja sosial haruslah konstan,
ajeg atau konsisten untuk melihat segala kemungkinan kekeliruan atau kepalsuan yang terjadi.
145
H. Menggunakan Proses Perubahan Terencana