55
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dan setiap latent variabelconstruct akan diuji melihat loading faktor dan
hubungan antara setiap observerd variabel dan latent variabel. Sedangkan reliabilitas uji dengan construct reliability dan Variance-
extacted dihitung dengan rumus sebagai berikut: λλ
∑ ∑
+ =
} ]
tan {[
tan Re
ej Loading
dardize S
Loading dardize
S alibility
Construct
∑ ∑
+ =
} ]
tan {[
tan ej
Loading dardize
S Loading
dardize S
Extarcted VAriance
Sementara ej dapat dihitung dengan formula uj = I — [standardize loading]. Secara umum, nilai construct realibility yang dapat diterima
adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 Hair et. al., 1998. Standardize Loading dapat diperoleh dan output AMOS 4. 0,1, dengan melihat
nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terdapat setiap butir sebagai indikatornya.
3.4.3 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [ koefisisen jalur ] diamati dan bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR [Ctritical
Ratio] atau p [probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar daripada table berarti signifikan.
56
3.4.4 Pengujian Model dengan One Step Approach
Dalam metode SEM. model pengukuran dan model struktur parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak
mengalami kesulitan dalam memenuhi fit Model. One Step Approach to SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta
validitas dan reabilitas yang sangat baik.
3.4.5. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan posedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teori dan data empiris. Jika model teoritas menggambarkan “good fit” dengan data,
maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak
diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “ good fit “atau “poor fit model yang
diuji sangat penting dalam penggunaan Structural equation modelling. Pengujian terhadap model .ang dikembangkan dengan berbagai
criteria Goodness of fit, yakni Chi-Square, probability, RMSEA. GF. TLI. CFI, AGFI CMINDF.
Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks
57
kesesuaian dan out-off value untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau tidak di tolak adalah :
1. X
2
- CHI-SQUARE STATISTIC Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah
likehood ratio Chi-square statistic. Chi square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Semakin kecil
semakin baik model itu. 2. RMSEA- The Root Mean Square Errror of Approximation
RMSEA adalah sebuah index yang dapat digunakan untuk menkompensasi chi -square dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA
menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi.
3. GFI - Goodness of Fit Index GFI adalah analog dan R
2
dalam regresi berganda. GFI adalah sebuah ukuran non-statical yang mempunvai rentang nilai antara. 0
poor fit sampai dengan 1.0 Perfect fit. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.
4. AGFI – Adjusted Goodness-of Fit Index AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proposal
tertimbang dan varians dalam sebuah matriks konvarians dalam sebuah matriks kovarians sampel.
58
5. CMINDF The minimum sample discrepancy function CMIN dibagi
dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMINDF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu
indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMINDF tidak lain adalah statistic chi-square, X
2
dibagi DFnya sehingga disebut X
2
6. TLI – Tucker Lewis Index
- relative.
TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline
model. 7.
CFI – Comparative Fit Index Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana
semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi – a very good fit. Keunggulan dan indeks ini bahwa indeks ini
besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan suatu model. Indeks CFI
adalah identik dengan Relative Noncentrality Index RNI. Dengan demikian indeks-indeks yang dapat digunakan untuk mengukur
kelayakan sehuah model adalah seperti yang diringkas dalam tabel berikut ini :
59
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indeks
Goodness Of Fit Index
Keterangan Out-Off Value
Chi-square Menguji apakah covariance populasi
yang diestimasi dengan covariance sampel apakah model sesuai dengan
data Diharapkan kecil,1
s.d 5 atau paling baik diantara I 2
Probability Uji signifikan terhadap perbedaan
matriks covariance yang diestimasi. Minimum 0,1 atau 0,2
atau ≥ 0.05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-
Square apa sampel besar. ≤ 0.08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians
dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance
populasi yang diestimasi [analog dengan Rdalam regresi bergandaj.
≥ 0.90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF.
≥ 0.90 CMINDF
Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00
TL Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model ≥ 0,95
CFI Uji Kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
≥ 0,94
Sumber: Hair et. al,…1998
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Keberadaan
mereka banyak menimbulkan pendapat pro-kontra. Bagi sebagian konsumen pasar modern, keberadaan hypermarket, supermarket dan mini market, memang
memberikan alternatif belanja yang menarik. Selain menawarkan kenyamanan dan kualitas produk, harga yang mereka pasang juga cukup bersaing bahkan lebih
murah dibanding pasar tradisional. Sebaliknya, keadaan semacam ini jelas membuat risau para retailer kecil. Banyak dari retailer kecil mendapat imbas dari
kehadiran pasar modern seperti hypermarket dengan turunnya pendapatan mereka secara signifikan.
Kondisi ini semakin terasa, setelah dikeluarkannya Keppres No 961998 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal. Keberadaan Keppres ini mengundang masuk retailer asing untuk membuka usahanya di Indonesia. Sampai
pertengahan tahun ini Kapanlagi.com, 2003 jaringan hypermarket multinasional yang masuk ke Indonesia sudah mencapai 15 gerai. Kehadiran dua peretail
hypermarket, yakni Carrefour Perancis dan Giant Malaysia sudah menguasai