Macam-Macam Alat Bukti. A. Alat Bukti Tertulis atau Surat

a Pengusaan tanah yang digunakan secara nyata dengan itikad baik, selama atau lebih 20 tahun berturut-turut. b Penguasaan tanah tersebut dihormati dan tidak diganggu-gugat oleh pihak lain. c Penguasaan tersebut dikuatkan oleh saksi-saksi yang dipercaya. d Bahwa untuk pendaftaran hak atas tanahnya harus diteliti terlebih dahulu oleh panitia A dan diumumkan sesuai ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, serta dikeluarkan surat keputusan pengakuan haknya oleh pejabat berwenang.

2. Macam-Macam Alat Bukti. A. Alat Bukti Tertulis atau Surat

Dalam KUHPerdata mengakui adanya akta dibawah tangan, yaitu apabila memenuhi syarat sah suatu perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dalam pembuktian dalam hukum acara perdata, keberadaan akta dibawah tangan diakui dalam Pasal 268 ayat 1 RBg yang dipandang sebagai akta- akta yang ditanda tangani dibawah tangan, surat-surat mengenai rumah tangga dan surat-surat yang dibuat tanpa campur tangan pejabat pemerintah. Kekuatan nilai pembuktian suatu akta di bawah tangan adalah sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak. Didalam pasal 1869 KUHPerdata disebutkan: “Suatu akta yang karena tidak berkuasa untuk itu tidak cakapnya pegawai termaksud diatas, atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak Universitas Sumatera Utara diberlakukan sebagai akta outentik, namun demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan dibawah tangan, jika ditanda tangani oleh pihak.” Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Pasal 24 ayat 1 Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis dimana bukti-bukti tersebut sebagai dasar kepemilikan dan penguasaan tanah tersebut. Dasar kepemilikan dan penguasaan tanah disebut sebagai alas hak. Alas hak pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian data yuridis atas kepemilikan atau pengusaaan suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi. Alat-alat bukti tertulis yang dimaksudkan dapat berupa: A. Grose Akta Hak Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonantie Staatsblad. 1834-27, yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eingendom yang bersangkutan dikonversi mnejadi hak milik; B. Grose Akta Hak Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonantie Staatsblad. 1834-27 sejak berlakunya UUPA sanpai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut PP Nomor. 10 tahun 1961 didaerah yang bersangkutan; C. Surat tanda bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; D. Sertipikat Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Mentri Agraria Nomor 9 tahun 1959; E. Surat Keputusan Pemberian Hak Milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum atau pun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut didalamnya; F. Akta pemindahan yang dibuat yang dibawah tangan yang dibubuhitanda kesaksian oleh Kepala Adakepala desaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; G. Akta Pemindahan Hak Atas tanah yang dibuat oleh Ppat, yang tanahnya belum dibukukan; Universitas Sumatera Utara H. Akta Ikrar WakafSurat Ikrar Wakaf yang dibuat sebelum atau sejak dimulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977; I. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang yang tanahnya belum dibukukan; J. Surat Penunjukan atau Pembelian kavling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; K. Petuk Pajak BumiLandrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlaku Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961; L. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh kantor Pelayan Pajak Bumi dan Bangunan; M. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan- ketentuan Konversi UUPA. 63

B. Bukti Saksi