pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang memuat dalam
kurikulum. 4.
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat,
kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 5.
Materi pemebelajaran yang diapadukan tidak terlalu dipaksakan.
d. Karakteristik pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajarn tematik memiliki karakteristik. Menurut Abdul majid 2014:89 ada 6
macam karakteristik yaitu: 1.
Berpusat pada siswa 2.
Memberi pengalaman langsung 3.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas 4.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran 5.
Bersifat fleksibel 6.
Menggunakan prinsip
belajar sambil
bermaindan menyenangkan.
e. Hambatan Penerapan Kurikulum Tematik Integratif
Penerapan kurikulum tematik integratif membutuhkan kesiapan pemangku kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi. Venville dalam Ahmadi lif dan Sofan, 2014:101
mengidentifikasi hambatan dalam penerapan kurikulum tematik integratif yaitu: faktor guru dan kualifikasi materi pelajaransubject
matter, pengetahuan isi pedagogigal, kepercayaan tentang pengalaman sekolah, sebagaimana praktik pembelajaran selama ini dan faktor
kontekstual yaitu kebijakan administratif, panduan kurikulum, proses penilaian dan pelaporan dan tradisi sekolah. Kesuksesan penerapan
kurikulum tematik integratif ditentukan oleh kesiapan dalam mengeliminir hambatan tersebut.
5. Pendekatan saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah dengan banyak
menanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih
berpikir analitis peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan bukan berpikir mekanistis rutin dengan hanya
mendengarkan dan menghapal semata. Pendekatan saintifik ini adalah suatu pendekatan yang bersifat ilmiah.
Menurut Sudarwan dalam Abdul Majid 2014: 194, pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Gambar 1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan
pendekatan ilmiah.
Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik moderen
dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah.
Penedekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali, informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
menalar dan mengkomunikasikan. Untuk lebih jelasnnya, berikut adalah Sikap
Tahu Mengapa
Sikap Tahu Bagaimana
pengetahuan Tahu Apa
Produktif, kreatif Dan afektif
pendekatan Scientific approach dalam pembelajaran. Abdul Majid 2014: 211
1 Mengamati observing
Metode mengamati
mengutamakan kebermaknaan
pembelajaran Meaningfull Learning. Metode ini memiliki keunggulan tertentu,seperti menyajikan media obyek secara
nyata,peserta didik senang dan bertantang,dan mudah pelaksanaanya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a,hendaklah guru membuka
secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca.Pendidik menfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan,melatih
mereka untuk
memperhatikan melihat, membaca, mendengar hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2 Menanya Questioning
Pendidik yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan
pengetahuannya. Pendidik
perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta,
konsep, prosedur,
ataupun hal
lain yang
lebih abstrak.Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari pendidik,
masih memerlukan bantuan pendidik untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat mana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaaan secara mandiri.Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan
yang bersifat hipotetik. Kompetensi yang diharapkan dalam menanya
adalah pengembangan
kreativitas,rasa ingin
tahu,kemampuan merumuskan pertanyaanh untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.Adapun beberapa fungsi bertanya,antara lain:
a Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian
peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran b
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk
dirinya sendiri. c
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban
secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
d Mendorong peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
e Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok. 3
Menalar Associating Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi