87
Gambar 4.13. Mapping kuat sinyal dan coverage Access Point Direksi RSST, VIVA RSST, Stock Area RSST, dan Akutansi RSST.
4.4. Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP
Dalam scenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan pengiriman paket TCP dan UDP sebanyak-banyaknya dari client ke server
dalam interval waktu 60s. Pengujian menggunakan paket generator Iperf yang dapat menghasilkan dan mengirimkan paket-paket TCP dan UDP dengan
88
ketentuan sesuai scenario pengujian. Berikut adalah sintaks yang digunakan untuk pengujian ini.
Pengiriman paket TCP
Server
Client
Pengiriman paket UDP
Server
Client
4.4.1. Pengujian access point
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan paket TCP dan UDP pada semua access point. TCP dan UDP adalah dua protocol
yang banyak digunakan dalam jaringan internet berbasis IP. Keduanya dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP Transmission Control
Protocol misalnya, bersifat connection oriented, artinya protocol ini
memiliki kemampuan untuk menjamin transfer dan control data hingga node tujuan. Sebaliknya UDP User Datagram Protocol.
Bersifat connectionless oriented, yang berarti protokol ini tidak
89
memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node tujuan.
Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows
size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam
jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP akan menghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada
koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP
dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.
4.4.1.1. Kondisi access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point- DIREKSI RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.14. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil. Tabel 4.2 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
90
Wifi DIREKSI RSST
Kuat Sinyal Throughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
20,533 17,333
7,983 Good
13,167 8,062
2,667 Fair
7,500 2,418
0,285 Poor
1,865 0,314
0,051 Tabel. 4.2 Rata-rata throughput access pointDIREKSI RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput sebesar 20,533 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
91
Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access point
-DIREKSI RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.15. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada sinyal good, fair,
dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet loss
menjadi besar. Tabel 4.3 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi
sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
92
Wifi DIREKSI RSST
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal Sibuk
Excellent Good
0,10833 1,3 Fair
0,19167 0,58667 2,78333 Poor
0,37167 2,18333 3,26667 Tabel. 4.3 Rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.15 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0.
93
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori baik. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal
good dan fair saat sibuk dalam kategori baik yaitu kurang dari 3.
Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori sedang.
Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.3. Jitter
Tabel 4.4 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.16 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
94
Wifi DIREKSI RSST Kuat Sinyal
Jitter ms Sepi
Normal Sibuk
Excellent 0,8072
5,6378 11,9848
Good 4,477
13,4464 28,5298
Fair 18,1372
33,2164 46,272
Poor 27,6364
52,39 138,552
Tabel. 4.4 Rata-rata jitter access point DIREKSI RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good,
dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point DIREKSI RSST pada Gambar
4.16 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
95
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.16 Grafik rata-rata jitter access point DIREKSI RSST
4.4.1.2. Kondisi access point ISIRS RSST
4.4.1.2.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point- ISIRS RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.17. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
96
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.5 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari. ISIRS RSST
Kuat Sinyal Throughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
24,2166667 18,51666667 7,781666667 Good
18,34 12,165
2,206666667 Fair
8,055 2,061666667
0,5615 Tabel. 4.5 Rata-rata throughput access point SIRS
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
97
sebesar 24,216 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.17 Grafik rata-rata throughput access point ISIRS RSST
4.4.1.2.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access point
- ISIRS RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.18. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point ISIRS RSST pada sinyal good, fair, dan
poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet
loss menjadi besar. Tabel 4.6 menunjukan besaran rata-rata data
Mbps
98
pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point- ISIRS RSST
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk Excellent
0,09167 Good
0,08833 0,32333 Fair
0,246667 0,53
1,88333 Tabel. 4.6 Rata-rata packet loss access point ISIRS RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.18 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
99
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0. Packet loss
terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori sedang.
Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss access point ISIRS RSST
100
4.4.1.2.3. Jitter
Tabel 4.7 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.19 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
jitter access point ISIRS RSST
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk Excellent
2,1771667 6,2905 13,3845
Good 6,5165
12,4955 26,901833
Fair 17,547833 28,1626667 78,618667
Tabel. 4.7 Rata-rata jitter access point ISIRS RSST Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
101
Trendline Jitter access point ISIRS RSST pada Gambar
4.19 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.19 Grafik rata-rata jitter access point ISIRS RSST
102
4.4.1.3. Kondisi access point Akutansi RSST
4.4.1.3.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point Akutansi RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.20. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil. Tabel 4.8 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal Throughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
22,383 17,983
12,100 Good
18,267 11,867
6,603 Fair
6,633 2,140
0,677 Poor
1,251 0,649
0,155 Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point Akutansi RSST
103
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput sebesar 22,383 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.20 Grafik rata-rata throughput access point Akutansi RSST
104
4.4.1.3.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access point
Akutansi RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.21. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada sinyal good, fair,
dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet loss
menjadi besar. Tabel 4.9 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi
sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk Excellent
Good 0,16
0,25 Fair
0,37 2,05
Poor 0,16
2,05 3,52
Tabel. 4.9 Rata-rata packet loss access point Akutansi RSST
105
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.21 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0. Packet loss
terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori sedang.
106
Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss access point Akutansi RSST
4.4.1.3.3. Jitter
Tabel 4.10 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.22 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Jitter access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk Excellent
1,070 5,537
11,935 Good
5,911 12,656
24,482 Fair
13,767 24,551
41,050
107
Poor 22,723
40,629 91,085
Tabel. 4.10 Rata-rata jitter access point Akutansi RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good,
dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point Akutansi RSST pada Gambar
4.22 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
108
Gambar 4.22 Grafik rata-rata jitter access point Akutansi RSST
4.4.1.4. Kondisi access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.23. Kualitas sinyal
keseluruhan throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor.
Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.11 menunjukan besaran rata-rata data
pengukuran throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
109
Tabel. 4.11 Rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput access point
STOCK AREA RSST Kuat Sinyal
Throughput Mbps Sepi
Normal Sibuk
Excellent 28,417
22,222 12,697
Good 18,317
12,800 4,717
Fair 10,330
5,833 1,231
Poor 3,793
1,903 0,318
110
sebesar 28,417 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.23 Grafik rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access point
STOCK AREA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.24. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point STOCK AREA RSST pada sinyal good, fair,
dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet loss menjadi besar. Tabel 4.12 menunjukan
besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama
enam hari.
Mbps
111
Tabel. 4.12 Rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.24 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0. packet loss access point
STOCK AREA RSST
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk Excellent
Good 0,09
Fair 0,15
0,54 Poor
0,17 1,14
2,9
112
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor
saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori sedang.
Gambar 4.24Grafik rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.3. Jitter
Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.25 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
113
Tabel. 4.13 Rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,
fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good,
dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas
sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang. Trendline Jitter access point
STOCK AREA RSST pada Gambar 4.25 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal
pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
Jitter access point STOCK AREA RSST
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk Excellent
0,879 4,759
9,228 Good
4,022 9,243
20,024 Fair
8,070 19,723
33,380 Poor
16,254 29,583
45,097
114
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.25 Grafik rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST
4.4.1.5. Kondisi access point VIVA RSST
4.4.1.5.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point VIVA RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.26. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
115
kecil. Tabel 4.14 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
throughput access point VIVA RSST
Kuat Sinyal Throughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
17,20 14,37
5,95 Good
9,32 6,42
1,24 Fair
3,05 1,54
0,17 Poor
0,47 0,28
0,04 Tabel. 4.14 Rata-rata throughput access point VIVA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
116
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
sebesar 17,2 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.26 Grafik rata-rata throughput access point VIVA RSST
4.4.1.5.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access point
VIVA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.27. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point VIVA RSST pada sinyal good, fair, dan
poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet
117
loss menjadi besar. Tabel 4.15 menunjukan besaran rata-rata data
pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point VIVA RSST
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk Excellent
Good 0,13
0,61 Fair
0,32 0,39
2,82 Poor
0,87 1,53
4,13 Tabel. 4.15 Rata-rata packet loss access point
VIVA RSST Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata- rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar. Kinerja packet loss pada Gambar 4.27 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
118
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0.
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor
saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss access point VIVA RSST
119
4.4.1.5.3. Jitter
Tabel 4.15 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.28 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
VIVA Kuat Sinyal
Jitter ms Sepi
Normal Sibuk
Excellent 2,86
5,94 14,72
Good 6,33
13,41 30,92
Fair 18,45
29,62 88,27
Poor 30,17
68,69 163,79
Tabel. 4.15 Rata-rata jitter access point VIVA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair
pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang. Trendline Jitter access point
VIVA RSST pada Gambar 4.28 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada
kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
120
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.28 Grafik rata-rata jitter access point VIVA RSST
4.4.2. Pengujian WLAN
Pengujian yang
dilakukan adalah
pengujian dengan
menggunakan paket TCP dan UDP ke semua WLAN. TCP dan UDP adalah dua protokol yang banyak digunakan dalam jaringan internet
berbasis IP. Keduanya dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP Transmission Control Protocol misalnya, bersifat connection
oriented, artinya protocol ini memiliki kemampuan untuk menjamin
transfer dan control data hingga node tujuan. Sebaliknya UDP User Datagram Protocol
bersifat connectionless oriented, yang berarti
121
protocol ini tidak memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node tujuan.
Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows
size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam
jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP akan manghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada
koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP
dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.
4.4.2.1. Kondisi WLAN DIREKSI RSST
Access point DIREKSI RSST ini berada di lingkungan
perkantoran tepatnya berada di lobi Direksi RSST. Access point DIREKSI RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di
bagian depan kantor Humas rumah sakit. Jarak antara router server ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point DIREKSI RSST
+ 20m.
4.4.2.1.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.29. Kualitas sinyal keseluruhan
122
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.16 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Tabel. 4.16 Rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata- rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 16,5 Mbps pada kualitas sinyal
Kuat Sinyal Troughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
16,56667 14,874
6,8432 Good
8,701667 6,396
1,939 Fair
3 1,843
0,183 Poor
0,410833 0,2733
0,0422
123
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.29 Grafik rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST
4.4.2.1.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.30. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point DIREKSI
RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN
124
DIREKSI RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair,
dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss
menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami
penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss
lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,
sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.17 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk Excellent
0,0346 Good
0,171667 0,156
0,956 Fair
0,246667 0,547
3,73 Poor
1,303333 1,87
4,634 Tabel. 4.17 Rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.30 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
125
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST
126
4.4.2.1.3. Jitter
Tabel 4.18 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.31 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Tabel. 4.18 Rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk Kuat Sinyal
Jitter ms Sepi
Normal Sibuk
Excellent 3,1202
6,346 16,433
Good 7,086
13,584 30,562
Fair 19,3938
31,843 88,359
Poor 32,9334
70,483 163,893
127
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada
access point DIREKSI RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN
mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN DIREKSI RSST pada Gambar 4.31
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic
jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
128
Gambar 4.31 Grafik rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST
4.4.2.2. Kondisi WLAN ISIRS RSST
Access point ISIRS RSST ini berada di lingkungan poliklinik tepatnya berada pada ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Access
point ISIRS RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Jarak antara router server ke
switch + 10m dan jarak switch ke Access point ISIRS RSST + 10m.
4.4.2.2.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.32. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
129
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan. Tabel 4.19 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Troughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk Excellent
18,433 16,838
8,733 Good
15,944 11,489
2,434 Fair
6,983 3,742
1,384 Poor
1,738 0,583
0,084 Tabel. 4.19 Rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST Selama
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput
lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal excellent.
Hasil throughput sebesar 18,4 Mbps pada kualitas sinyal
130
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.32 Grafik rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST
4.4.2.2.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.33. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point ISIRS RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS RSST
hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN ISIRS RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor
pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal
131
yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss
lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.20 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada
kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Tabel. 4.20 Rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.33 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
Kuat Sinyal
Packet Loss Sepi
Normal Sibuk
Excellent 0 0,132
Good 0,067
0,231 0,972
Fair 0,239
0,893 2,54
Poor 0,932
2,453 4,632
132
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.33 Grafik rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST
4.4.2.2.3. Jitter
Tabel 4.21 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.34 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
133
Tabel. 4.21 Rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk
termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan
dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan
untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN ISIRS RSST pada Gambar 4.34
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
Kuat Sinyal Jitter ms Sepi
Normal Sibuk
Excellent 2,436
6,892 14,734
Good 6,843
13,384 30,489
Fair 18,328 28,734
70,342 Poor
30,472 60,739 149,845
134
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.34 Grafik rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST
4.4.2.3. Kondisi WLAN Akutansi RSST
Access point Akutansi RSST ini berada di lingkungan asrama
coas tepatnya berada di gedung Akutansi. Access point Akutansi RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di asrama coas.
135
Jarak antara router server ke switch + 60m dan jarak switch ke Access point
Akutansi RSST + 20m.
4.4.2.3.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.35. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.22 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Troughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 19,238
15,739 10,734
Good 14,734
10,673 4,738
Fair 5,374
2,312 1,219
Poor 1,834
0,423 0,163
Tabel. 4.22 Rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST
136
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput
lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal excellent.
Hasil throughput sebesar 19,2Mbps pada kualitas sinyal excellent
pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.35 Grafik rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST
4.4.2.3.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST pada saat
137
pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.36. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
kecil dari pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada access point Akutansi RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN
Akutansi RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair,
dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss
menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami
penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss
lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,
sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.23 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Packet Loss Sepi
Normal Sibuk
Excellent 0,084
Good 0,026
0,146 0,537
Fair 0,096
0,645 2,768
138
Poor 0,846
2,547 3,4
Tabel. 4.23 Rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.36 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
139
Gambar 4.36 Grafik rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST
4.4.2.3.3. Jitter
Tabel 4.24 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.37 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Tabel. 4.24 Rata-rata jitter WLAN Akutansi RSST
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 1,743
5,648 12,654
Good 6,732
13,357 25,647
Fair 15,739 25,564
43,548 Poor
24,547 45,757 95,659
140
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori
jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point
Akutansi RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada
semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk. Trendline Jitter
WLAN Akutansi RSST pada Gambar 4.37 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
141
Gambar 4.37 Grafik rata-rata jitter Akutansi RSST
4.4.2.4. Kondisi WLAN STOCK AREA RSST
Access point STOCK AREA RSST ini berada di lingkungan
belakang rumah sakit tepatnya berada di gudang alat tulis RSST. Access point
STOCK AREA RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di asrama coas. Jarak antara router server ke switch +
60m dan jarak switch ke Access point STOCK AREA RSST + 40m.
4.4.2.4.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Besaran rata-
rata throughput WLAN STOCK AREA RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.38. Kualitas sinyal keseluruhan throughput yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat
142
pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil dan jarak
yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan. Tabel 4.25
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Troughput Mbps Sepi
Normal Sibuk
Excellent 20,657
16,838 11,665
Good 15,944
9,658 3,786
Fair 7,659
4,659 1,659
Poor 3,674
0.958 0,174
Tabel. 4.25 Rata-rata throughput WLAN STOCK AREA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput
menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
143
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.38 Grafik rata-rata throughput STOCK AREA RSST
4.4.2.4.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.39. Kualitas
sinyal keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent
lebih kecil dari pada saat pengujian access point STOCK AREA RSST pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan
dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point
144
STOCK AREA RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN STOCK AREA RSST mengalami penurunan pada kualitas
sinyal good, fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan
packet loss menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara
router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN
mengalami penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan
sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.26
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal
Packet Loss Sepi
Normal Sibuk
Excellent 0,83
Good 0,03
0,193 0,679
Fair 0,59
1,823 2,15
Poor 1,734
3,834 4,931
Tabel. 4.26 Rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.39 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
145
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.39 Grafik rata-rata packet loss STOCK AREA RSST
146
4.4.2.4.3. Jitter
Tabel 4.27 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.40 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 1,374
5,834 10,873
Good 5,832
11,874 20,894
Fair 10,894
21,823 35,839
Poor 18,433
30,592 44,847
Tabel. 4.27 Rata-rata jitter WLAN STOCK AREA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,
fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada
147
access point STOCK AREA RSST nilai jitter dari pengukuran
WLAN mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN STOCK AREA RSST pada
Gambar 4.40 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch ke
access point mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal
tersebut akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.40 Grafik rata-rata jitter STOCK AREA RSST
148
4.4.2.5. Kondisi WLAN VIVA RSST
Access point VIVA RSST ini berada di tengah lingkungan rumah
sakit tepatnya berada di gedung gizi. Access point VIVA RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di Humas RSST. Jarak
antara router server ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point VIVA RSST + 25m.
4.4.2.5.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN VIVA RSST dapat digambarkan seperti Gambar 4.41. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.28 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
149
Kuat Sinyal Troughput Mbps
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 18,393
13,945 6,349
Good 9,923
7,953 2,495
Fair 3,934
1,033 0,739
Poor 0,589
0,384 0,171
Tabel. 4.28 Rata-rata throughput WLAN VIVA RSST Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata- rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
150
Gambar 4.41 Grafik rata-rata throughput VIVA RSST
4.4.2.5.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.42. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point VIVA RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA RSST
hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN VIVA RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor
pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih
151
besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.29 menunjukan besaran
rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Packet Loss
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 0,75
Good 0,036
0,176 0,911
Fair 0,096
0,539 3,066
Poor 0,846
1,87 4,342
Tabel. 4.29 Rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.42 menunjukan trendline packet loss
semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
152
kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.42 Grafik rata-rata packet loss VIVA RSST
4.4.2.5.3. Jitter
Tabel 4.30 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.43 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
153
Kuat Sinyal Jitter ms
Sepi Normal
Sibuk
Excellent 3,034
6,934 14,984
Good 6,938
14,384 31,848
Fair 19,834
30,479 87,983
Poor 33,934
60,984 140,983
Tabel. 4.30 Rata-rata jitter WLAN VIVA RSST Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA
RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik
sepi, normal dan sibuk. Trendline Jitter
WLAN VIVA RSST pada Gambar 4.43 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
154
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.43 Grafik rata-rata jitter VIVA RSST
4.5. Analisis Keseluruhan terhadap Kualitas Sinyal pada