liii mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu nasiah; b.
Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;
c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
e. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
Yang dimaksud demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi
syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan.
Yang dimaksud Prinsip kehati hatian adalah pedoman pengelolaan
Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efesien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
69
Kaitanya dengan menakisme operasional koperasi BMT, maka dalam akadkontrak penghimpunan maupun penyaluranpembiayaan sudah
semestinya sesuai dengan prinsip hukum Islam.
4. Konsep Pembiayaan Dalam BMT
a. Pengertian KJKS, BMT dan Pembiayaan
Pengertian KJKS termuat dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengan Republik Indonesia Nomor:
35.2PERM.KUKMX2007 tanggal 5 Oktober 2007 tentang
Pedoman standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi pasal 1 angka 2 disebutkan, yang dimaksud dengan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS, adalah koperasi yang
usaha kegiatannya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan
69
Ibid. hlm. 1487.
liv simpanan dengan pola bagi hasil syariah sebagai bagian dari kegiatan
koperasi yang bersangkutan.
70
Pengertian BMT secara etimologi diambil dari kosa kata al-maal
dan at-tamwil, al-maal berarti harta kekayaan sedangkan at-tamwil berarti pertumbuhan, harta itu sendiri yang sama-sama berasal dari
kata maala.
71
Sedangkan menurut Muhammad Ridwan, BMT secara harfiyahlughawi Baitul Maal berarti rumah dana dan Baitul Tamwil
berarti Rumah Usaha.
72
Adapun pengertian secara terminologi Baitul Maal Wattamwil sulit ditetapkan secara tepat. Hal tersebut disebabkan keterbatasan literatur
yang membahas BMT juga belum adanya institusi BMT yang permanen. Baitul Maal dimaksudkan adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya adalah menerima dan menyalurkan dana umat Islam berifat non komersial yang bersumber dari Zakat, Infaq, Shadaqah,
Hibah dan lain-lainnya, selanjutnya disalurkan kepada yang berhak
mustahiq. Adapun Bitut Tamwil dimaksudkan adalah suatu
institusilembaga keuangan Islam yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari pihak ketiga deposan dan memberikan
pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan.
73
Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa
BMT merupakan organisasi sosial yang juga sekaligus berperan
bisnis. Peran sosial BMT terlihat pada uraian Baitul Maal, dan peran
bisnisnya terlihat pada uraian Baitut Tamwil.
Pengertian Pembiayaan termuat dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengan Republik Indonesia
Nomor 91KepM. KUKMIX2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
70
Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI, Jakarta, 2007. hlm. 2.
71
Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin, Ekonomi dan Perbankan Syariah , Kafa Publishing, Bandung, 2008, hal. 59.
72
Muhammad Ridwan, Managemen Baitul Maal Wattamwil, UII Press, Yogyakarta, 2004, hal. 126.
73
Habib Nazir, op. cit. Hal. 60.
lv
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah tanggal 10
September 2004, pasal 1 angka 8 disebutkan :
Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau
kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota koperasi mlain dan atau anggotanya, yang mewajibkan
penerima pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran
sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembaiayaan tersebut.
74
Pembiayaan merupakan salah satu dari tugas pokok Lembaga Keuangan Syariah LKS baik bank maupun non bank. Menurut sifat
penggunaannya pembiayaan dibagi menjadi dua segai berikut : 1
Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha pruduksi, perdagangan maupun
investasi. 2
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
75
Adapun menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagai menjadi dua hal sebagai berikut :
1
Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan : a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif. yaitu
peningkatan kwalitas atau mutu hasil produksi ; dan b. untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of peace dari suatu
barang. 2
Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
76
74
Ahmad Sumianto, BMT Menuju Koperasi Modern, : ISES Publishing Yogyakarta, 2008, hlm. lampiran.
75
Syafii Antonio, op. cit. hlm. 160.
lvi
b. Perolehan modal dan Prinsip pembiayaan BMT