c ujrah pihak KJKS BMT Mitra mandiri Wonogiri pun tidak
menolak. pada Qard Hasan bil maal, adalah produk sosial murni, untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat sosial. Sumber dana diperoleh dari dana ekstern dan bukan dari dana KJKS BMT
Mitra Mandiri Wonogiri. Dalam pemberian pembiayaan pihak KJKS BMT Mitra mandiri Wonogiri tidak membebanka atau
menentukan fee, ujrah yang mesti dibayar oleh anggota. Dan dalam pengembalian pembiayaan yang dibayar oleh anggota
hanya pokok pembiayaan tanpa ada fee atau ujrah.
3. Cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Mitra
Mandiri Wonogiri.
Setiap lembaga keuangan termasuk lembaga keungan syariah khususnya dalam penelitian ini KJKS BMT Mitra Mandiri tidak
terlepas dari permasalahan pembiayaan bermasalah, yaitu suatu kondisi pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan utama
dalam pembayaran kembali pembiayaan yang berakibat terjadi kelambatan dalam pengembalian,
atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi. Penangannya
tergantung pada tingkat permasalahannya, dan yang diutamakan melalui musyawarah pihak KJKS BMT Mitra Mandiri dengan
anggota, ini yang ditempuh oleh KJKS BMT Mitra Mandiri sehingga dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah tidak melibatkan pihak
ketiga baik melalui arbitrase ataupun ke aparat penegak hukum . Dan lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kriteria kualitas Pembiayaan
1
Lancar, yaitu jika pembayaran tepat waktu, perkembangan
rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai perjannian.
ci 2
Dalam perhatian khusus, yaitu jika terdapat tunggakan
angsuran sampai dengan 90 hari 3 bulan. 3
Kurang lancar, yaitu Jika terdapat tunggakan pembayaran
telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari 6 bulan. 4
Diragukan, yaitu jika terdapat tunggakan pembayaran
melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari 9 bulan . 5
Macet, yaitu jika terdapat tunggakan pembayaran melampaui 270 hari 9 bulan lebih.
b. Penyelesaian pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Mitra
Mandiri Tindakan dalam usaha penyelamatan dan Penyelesaian
pembiayaan bermasalah bisa beraneka ragam, tergantung kondisi anggota yang ada, seperti : Anggota yang kooperatif dalam
menyelesaikan; Anggota kooperatif dan usaha masih punya prospek; Anggota beritikat tidak baik ; Aspek hukum
perjanjianakad ; Kondisi fisik jaminan dan ; Iklim perekonomian. Ada dua strategi dalam rangka menangani pembiayaan
bermasalah di KJKS BMT Mitra Mandiri:
Pertama ,
Penyelamatan pembiayaan
, adalah
langkah penanganan pembiayaan bermasalah melalui perundingan kembali
dengan syarat pembayaran kembali yang lebih mungkin dilakukan oleh anggota untuk menyelesaikan pembiayaan, karena dengan
pertimbangan dari prospek usaha masih feaseble. Langkah ini
disebut menyelesaian melalui restrukturisasi pembiayaan,
adalah upaya yang dilakukan lembaga keuangan agar anggota dapat memenuhi kewajibannya kembali dengan baik. Cara yang
demikian dikuatkan oleh Surat Direksi Bank Indonesia Nomor . 31150KEPDIR, Tanggal 12 Nopember 1998. Adapun tujuan
dari restrukturisasi pembiayaan adalah : Untuk menjaga kwalitas pembiayaan yang telah diberikan dan terhindar dari kerugian ;
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk mempunyai
cii kemampunan mengangsur kembali dan menghidupkan usahanya. ;
Menghindarkan penyelesaian melalui lembaga-lembaga hukum karena dalam prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga
yang banyak dan hasilnya biasanya lebih rendah dari yang seharusnya ditagih.
Berntuk penyelesaian dengan cara resrukturisasi pembiayaan
antara lain : Pengurangan Jumlah margin : Pengurangan nisbah bagi hasil untuk lembaga. ; Pengurangan
jumlah tunggakan pokok. ; Perpanjangan jangka waktu. ; Penambahan fasilitas pembiayaan. ; Pengambil alihan agunanasset
set oof.; Jaminan dibeli oleh lembaga. ; Konversi pembiayaan menjadi modal dan kepemilikan saham.; Alih managemen.; Ambil
alih pengelolaan proyek.; Novasi pembaharuan hutang. ; Subrogasi penggantian atau pengalihan hak tagih oleh pihak
ketiga karena telah dilunasinya kewajiban oleh pihak ketiga. ; Cessie Pengambil alihan dengan cara penjualan nilai pembiayaan
kepada pihak ketiga dengan harga dibawah lebih rendah. ; Anggota menjual sendiri jaminannya.; Lembaga menjual barang
jaminan dibawah tangan berdasar surat kuasa.; Penghapusan pembiayaan.
Mekanisme penyelesaian pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan syariah yang dalam tesis ini KJKS BMT,
diawali dengan musyawarah pihak KJKS BMT dengan anggota, apabila tidak dicapai kesepakatan maka ditempuhlah mediasi,
apabila tidak tercapai kesepakatan ditempuh arbitrase dan apabila tidak tercapai penyelesaian maka diajukan perkara ke Pengadilan
Agama dimana KJKS BMT berdomisili. Dengan pertimbangan jumlah pembiayaan hanya sedikit
dan lamanya waktu penyelesaian pembiayaan bermasalah, maka KJKS BMT Mitra Mandiri tidak menempuh jalur legitasi di
Pengadilan Agama, dan KJKS BMT Mitra Mandiri dalam
ciii menjelesaikan pembiayaan bermasalah dalam rangka tetap terjalin
silaturrahmi, penyelamatan asset dan terhindar dari kerugian, lebih mengedepankan langkah-langkah :
1 Memperbanyak sillaturrahmi.
2 Menggali permasalahan anggota,
3 Memberikan surat tagihan.
4 Memberikan suarat peringatan sebanyak 3 tiga kali dari
lembaga KJKS BMT Mitra Mandiri. 5
Memberi surat peringatan dari Notaris. 6
Eksekusi.
Kedua, Penyelesaian melalui lembaga hukum. Bentuk
penyelesaian melalui lembaga hukum ini berbeda dengan penyelamatan melalui restrukturisasi yang ada peluang dan upaya
untuk mempertahankan hubungan selanjutnya, sehingga disebut first way out jalan keluar pertama.
Penanganan pembiayaan memalui hukum akan terjadi pemutusan hubungan, sehinggga penekanannya lebih ditujukan
kepada eksekusi jaminan yang hasilnya untuk melunasi kewajiban, sehingga disebut second way out. Mengenai pengadilan mana yang
berwenang mengadili, sesuai pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, disebutkan ”Peradilan
Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. Selanjutnya kompetensi absulut dari Peradilan Agama antara lain disebutkan
dalam pasal 49 huruf i Undang-undang tersebut yaitu dalam
bidang Ekonomi Syariah, yang dalam penjelasan pasal 49 huruf
i diuraian yang meliputi : a.
bank syariah; b.
lembaga keuangan mikro syariah;
civ c.
asuransi syariah; d.
reasuransi syariah; e.
reksadana syariah; f.
obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengan syariah;
g. sekuritas syariah;
h. pembiayaan syariah;
i. dana pensiun lembaga keuangan syariah; dan
j. bisnis syariah.
Sesuai dengan visi dari KJKS BMT Mitra Mandiri antara lain menjalin kebersamaan, maka silaturrahmi dan musyawarah
yang dikedepankan termasuk dalam menyelesaika pembiayaan yang bermasalah, sehingga meskipun ada permasalahan dalam
pembiayaan, semua dapat terselesaikan dengan metode pertama
yaitu perundingan atau restrukturisasi pembiayaan dan tidak
sampai menempuh metode penyelesaian yang kedua yaitu jalur hukum.
4. Pengawasan Pembiayaan di KJKS BMT Mitra Mandiri Wonogiri.