10 merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat
dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah Harbone, 1987.
Berdasarkan struktur dari aglikonnya saponin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu steroid saponin dan triterpenoid saponin. Steroidtriterpenoid
mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Steroidtriterpenoid tersusun dari suatu aglikon steroid sapogenin yang terikat
pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa Farnsworth, 1996. c.
Steroidtriterpenoid Steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya sistem cincin
siklopentana perhidrofenantrena. Steroida dahulu dianggap sebagai senyawa satwa, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang
ditemukan dalam jaringan tumbuhan fitosterol Harborne, 1987. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehid, atau asam kaboksilat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena
tidak mempunyai kereaktifan kimia. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard asam asetat anhidrida-asam sulfat pekat yang dengan
kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau biru Harborne, 1987.
2.3 Simplisia dan Ekstrak
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
Universitas Sumatera Utara
11 dikeringkan. Simplisia dibedakan manjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan mineral Depkes,RI., 2000. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes, RI., 1995.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diesktrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Metode ekstraksi
dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu : a.
Cara dingin i.
Maserasi Maserasi adalah suatu metode ekstraksi menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengandukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi yang dilakukan pengandukan secara terus menurusdisebut
maserasi kinetik, sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan
seterusnya disebut remaserasi Depkes, RI., 2000. ii.
Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadinya penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan,
Universitas Sumatera Utara
12 tahap
perendaman antara
dan tahap perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak Depkes, RI., 2000. b.
Cara panas i.
Refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pemanasan menggunakan
alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes, RI.,
2000. ii.
Soxhletasi Soxhletasi adalah proses penyarian berulang-ulang dengan pelarut tertentu
yang mudah menguap, dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu soxhlet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik Depkes, RI., 2000. iii.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40 – 50
C Depkes, RI., 2000. iv.
Infundasi Infundasi adalah proses penyarian dengan pemanasaan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90 C selama 15 Depkes, RI., 2000.
v. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan pemanasan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
C selama 30 menit Depkes, RI., 2000.
Universitas Sumatera Utara
13
2.4 Inflamasi Radang