Hasil Identifikasi Teripang Hasil Pemeriksaan Golongan Senyawa Metabolit Sekunder Pembahasan

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Teripang

Hasil identifikasi teripang yang dilteliti dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian Oseanografi hasilnya adalah teripang Holothuria atra Jaeger, marga Holothuria, suku Holothuroiidae, bangsa Aspidochirotida, kelas Holothuroidea, dan filum Echinodermata.

4.2 Hasil Karakteristik Simplisia Teripang

4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan teripang segar secara makroskopik menunjukkan bahwa teripang mempunyai bentuk tubuh lonjong dan agak melebar, badannya lunak dan berlendir, terdapat tonjolan-tonjolan pada permukaan tubuh, berwarna hitam gelap, berbau khas dan mempunyai ukuran panjang 28 cm, lebar 7,8 cm dan berat 810 g. Hasil pemeriksaan makroskopik serbuk simplisia teripang dengan melihat organoleptis simplisia yaitu berbau khas, rasa asin dan warna dari serbuk simplisia teripang Holothuria atra Jaeger coklat kehitaman.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan dilakukan terhadap serbuk simplisia teripang Holothuria atra Jaeger menunjukkan adanya tiga jenis spikula yang berbeda tipe yaitu tipe rosettes, tipe rod dan tipe pseudo-button. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Massin 1996 tipe spikula pada dinding tubuh teripang Holothuria atra Jaeger yaitu table, rosset, pseudo-button, sedangkan pada tentakel tipe rod. Universitas Sumatera Utara 39

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia teripang

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia hewan teripang Holothuria atra Jaeger. No. Karakteristik Hasil Pemeriksaan Persyaratan Menteri Pertanian No. 701KptsTP830101987 1. Kadar air 9,33 20 2. Kadar sari larut air 38,96 - 3. Kadar sari larut etanol 29,34 - 4. Kadar abu total 27,75 - 5. Kadar abu tidak larut asam 4,05 7 Pentepan kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan Depkes, RI., 2000. Kelebihan air dalam simplisia menyebabkan pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan bahan aktif WHO, 1998. Hasil penetapan kadar air yang diperoleh adalah 9,33 dan hasilnya sesuai dengan standar mutu teripang kering Sistem Pengendalian Intern Perikanan SPI-kan02291987 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 701KptsTP830101987 tentang penetapan standar mutu hasil perikanan standar Indonesia oleh Dewan Standarisasi Nasional, yaitu tidak lebih dari 20. Penetapan kadar sari bertujuan untuk memberikan gambaran jumlah kandungan senyawa awal Depkes, RI., 2000. Hasil kadar sari larut air yang diperoleh adalah 38,96 menunjukkan bahwa teripang Holothuria atra Jaegermengandung banyak zat yang larut dalam air seperti saponin, vitamin B1, B2 Martoyo dan Aji, 2006. Sedangkan kadar sari larut etanol 29,34 menunjukkan bahwa teripang mengandung zat yang larut dalam etanol seperti Universitas Sumatera Utara 40 lemak, protein, vitamin A, riboflavin, saponin, steroidtriterpenoid Martoyo dan Aji, 2006. Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak Depkes, RI., 2000. Kadar abu yang lebih tinggi menunjukkan banyaknya senyawa-senyawa anorganik seperti logam-logam Pb, Mg, Ca dan Fe yang dapat membahayakan kesehatan. Hasil kadar abu total 27,75 menunjukkan bahwa kadar abu teripang tinggi, hal ini disebabkan karena teripang mengandung berbagai mineral seperti kalsium, fosfor, besi, kalium dan natrium Wibowo, dkk., 2006. Kadar abu tidak larut asam 4,05 dan hasil tersebut sesuai dengan standar mutu teripang kering SPI-kan02291987 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian no. 701KptsTP830101987 yaitu tidak lebih dari 7, kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa cemaran dari luar tubuh teripang banyak kemungkinan berasal dari laut Martoyo dan Aji, 2006.

4.3 Hasil Pemeriksaan Golongan Senyawa Metabolit Sekunder

Hasil pemeriksaan golongan senyawa terhadap serbuk simplisia hewan menunjukkan bahwa teripang Holothuria atra Jaeger mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan senyawa metabolit sekunder serbuk simplisia teripang Holothuria atra Jaeger. No. Pemeriksaan Serbuk Simplisia Ekstrak Etanol Melva, 2015 1. Glikosida + + 2. Saponin + + 3. SteroidTriterpenoid + + Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa Universitas Sumatera Utara 41 Hasil pemeriksaan glikosida terlihat adanya cincin ungu pada tabung reaksi setelah penambahan pereaksi Molisch dan asam sulfat pekat. Hasil pemeriksaan saponin serbuk simplisia, terbentuk busa mencapai 8 cm dan tidak hilang setelah penambahan HCL 2N. Menurut Harbone 1987, pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Hasil pemeriksaan steroidtriterpenoid positif apabila terdapat warna merah muda ungu sampai hijau biru dengan pereaksi Liebermann-Buchard. Hasil pemeriksaan golongan senyawa pada ekstrak yang dilakukan oleh Melva 2015 menunjukkan bahwa glikosida, saponin dan steroidtriterpenoid positif pada ekstrak etanol.

4.4 Hasil Pengujian Antiinflamasi

4.4.1 Hasil uji orientasi dosis suspensi ekstrak etanol teripang EET

Uji aktivitas antiinflamasi EET secara oral dilakukan dengan cara menginduksi radang pada kaki tikus dengan larutan λ-karagenan 1 secara intraplantar, pengukuran radang dilakukan dengan menggunakan pletismometer digital UGO Basile Cat No. 7140. Pengukuran uji aktivitas antiinflamasi ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu apabila suatu benda padat dimasukkan ke dalam zat cair, akan memberi gaya atau tekanan ke atas sebesar volume yang dipindahkannya. Penelitian ini digunakan λ-karagenan sebagai zat penyebab radang karena dapat menginduksi peradangan akut dan bertahan selama 6 jam dan berangsur- angsur berkurang setelah 24 jam serta tidak menyebabkan kerusakan pada jarin gan. Radang yang ditimbulkan λ-karagenan dipengaruhi oleh obat-obat Universitas Sumatera Utara 42 antiinflamasi dengan respon yang lebih peka dibandingkan bahan iritan lainnya Juheini, 1990. Hasil uji orientasi dosis suspensi EET dengan variasi dosis 50 mgkg bb, 100 mgkg bb, 200 mgkg bb, 300 mgkg bb, dan 400 mgkg bb. Dosis yang dipilih memberikan aktivitas antiinflamasi optimum yaitu dengan nilai persen radang mendekati nilai persen radang suspensi natrium diklofenak dengan dosis 4,50 mgkg bb sebagai pembanding adalah dosis 200 mgkg bb, 300 mgkg bb, dan 400 mgkg bb karena ketiga dosis tersebut memberikan aktivitas antiinflamasi yang paling baik dibandingkan dengan dosis yang lainnya.

4.4.2 Hasil uji aktivitas antiinflamasi

Tikus uji dikelompokkan dalam 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus yaitu kelompok kontrol yang diberikan suspensi Na-CMC 0,5, kelompok uji dengan 3 variasi dosis perlakuan suspensi EET dosis 200 mgkg bb, suspensi EET dosis 300 mgkg bb, dan suspensi EET dosis 400 mgkg bb, dan kelompok pembanding yang diberikan natrium diklofenak dosis 4,50 mgkg bb. Tikus terlebih dahulu dipuasakan ± 18 jam, kemudian tikus ditimbang diberi tanda pada bagian ekor dan pergelangan kaki kanan tikus. Sebelum masing- masing kelompok diberikan ekstrak etanol teripang, volume kaki tikus diukur terlebih dahulu sebagai volume awal Vo, kemudian masing-masing kelompok diberikan bahan uji dan ekstrak etanol teripang yaitu kelompok I diberikan suspensi Na-CMC 0,5, kelompok II diberikan suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb, III dan IV dan kelompok V masing-masing diberi suspensi EET dosis 200, 300, 400 mgkg bb secara oral. Satu jam kemudian, masing-masing telapak Universitas Sumatera Utara 43 10 20 30 40 50 60 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 P er se n R a da ng Waktu Na. Diklofenak EET 200 EET 300 EET 400 Kontrol kaki tikus disuntikan secara intraplantar dengan 0,1 mL larutan λ-karagenan 1, setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan mencapai garis batas atas, pedal ditahan, dan dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus Vt. Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit Parmar dan Prakash, 2006. Data volume telapak kaki tikus dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 75. Perhitungan persen radang dan persen inhibisi radang rata-rata dapat diukur dari perubahan volume kaki tikus setiap waktu perlakauan. Kelompok persen radang pada kaki tikus yang lebih kecil dari kelompok kontrol menunjukkan bahwa bahan uji mampu menekan radang yang disebabkan oleh karagenan. Hasil persen radang yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Grafik persen radang rata-rata telapak kaki tikus tiap waktu pengamatan Universitas Sumatera Utara 44 Berdasarkan grafik persen radang rata-rata terhadap waktu terlihat bahwa volume radang yang terbentuk pada kelompok kontrol Na-CMC 0,5 setelah penyuntikan larutan λ-karagenan 1 sebanyak 0,1 mL besar dibandingkan dengan kelompok bahan uji lainnya. Hasil pada menit ke-30 pada kelompok kontrol, persen radang 32,62 yang meningkat hingga menit ke-300 mencapai 54,89, kemudian persen radang mulai menurun pada menit ke-330 yaitu 52,42 dan menurun hingga menit ke-360 mencapai 50,73. Kemampuan ini dikarenakan proses perhilangan mediator-mediator inflamasi dalam tubuh hanya terjadi secara alamiah. Kelompok pembanding suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb terlihat pada menit ke-30 memiliki persen radang 9,82 yang meningkat hingga menit ke-150 mencapai 29,64, kemudian persen radang mulai menurun pada menit ke-180 yaitu 26,86 dan turun hingga menit ke-360 mencapai 6,33. Suspensi EET dosis 200 mgkg pada menit ke-30 memiliki persen radang 18,17 yang meningkat hingga menit ke-240 mencapai 38,88, kemudian persen radang mulai menurun pada menit ke-270 yaitu 33,92 dan menurun hingga menit ke- 360 mencapai 13,86. Suspensi EET dosis 300 mgkg bb pada menit ke-30 memiliki persen radang 16,49 yang meningkat hingga menit ke-240 mencapai 37,14, kemudian persen radang mulai menurun pada menit ke-270 yaitu 30,00 dan menurun hingga menit ke-360 mencapai 13,60. Suspensi EET dosis 400 mgkg bb pada menit ke-30 memiliki persen radang 12,07 yang meningkat hingga menit ke-150 mencapai 35,03, kemudian persen radang mulai menurun pada menit ke-180 yaitu 27,45 dan menurun hingga menit ke-360 mencapai 8,00. Hasil ini menunjukkan bahwa persen radang rata-rata pada telapak kaki tikus yang diberikan suspensi EET dosis 200 mgkg bb, 300 mgkg bb, 400 mgkg Universitas Sumatera Utara 45 bb dan suspensi Natrium diklofenak 4,50 mgkg bb memiliki aktivitas antiinflamasi yang diinduksi oleh λ-karagenan. Suspensi dosis EET 400 mgkg bb memiliki persen radang yang tidak berbeda jauh dengan persen radang suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb sebagai pembanding. Berdasarkan perbandingan persen radang dari ketiga kelompok suspensi EET yang ditunjuk pada Gambar 4.1, kenaikan konsentrasi meningkatkan aktivitas antiinflamasi. Suspensi EET dosis 400 mgkg bb memberikan aktivitas antiinflamasi paling kuat dari suspensi EET yang lainnya, diketahui dari persen radang yang lebih kecil. Data persen radang telapak kaki tikus tiap waktu pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 20, halaman 76. Persen radang telapak kaki tikus menunjukkan bahwa suspensi natrium diklofenak dan suspensi EET mampu menghambat peradangan pada kaki tikus yang disebabkan λ-karagenan. Kemampuan untuk menghambat peradangan ini yang disebut dengan inhibisi radang. Hasil persen inhibisi radang yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara 46 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 120 150 180 210 240 270 300 330 360 P er se n I hi bi si R a da ng Waktu Na. Dikofenak EET 200 EET 300 EET 400 Gambar 4.2 Grafik persen inhibisi radang rata-rata telapak kaki tikus tiap waktu pengamatan Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa hasil persen inhibisi radang dari keempat kelompok yang digunakan mampu menghambat pembentukan radang. Kelompok pembanding menunjukkan kemampuan menghambat radang tersebar pada menit ke-360 mencapai 87,51. Dosis suspensi EET 400 mgkg bb kemampuan mengahambat radang terbesar pada menit ke-360 mencapai 84,22. Dosis suspensi EET 300 mgkg bb kemampuan menghambat radang terbesar pada menit ke-360 mencapai 73,33. Dosis suspensi EET 200 mgkg bb kemampuan menghambat radang terbesar pada menit ke-360 mencapai 72,67. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya inhibisi radang terbesar adalah 87,67 pada kelompok pembanding suspensi Natrium diklofenak 4,50 mgkg bb, diikuti oleh dosis suspensi EET 400 mgkg bb sebesar 84,22, dosis suspensi EET 300 mgkg bb sebesar 73,33, dan 72,67 pada dosis suspensi EET 200 mgkg bb. Kemampuan ini disebabkan oleh semakin tinggi dosis suspensi EET, jumlah zat Universitas Sumatera Utara 47 aktif yang terkandung didalamnya semakin tinggi sehingga kemampuannya dalam menginhibisi radang semakin besar. Data persen inhibisi radang telapak kaki tikus dapat dilihat pada Lampiran 21, halaman 78. Uji statistik ANAVA digunakan untuk melihat nyata atau tidaknya perbedaan dari masing-masing kelompok. Uji ANAVA ini harus memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data persen radang telapak kaki tikus pada setiap menit, dimana hasilnya menunjukkan bahwa data semua kelompok perlakuan terdistribusi normal Lampiran 22, halaman 79. Pengujian homogenitas data digunakan metode ANAVA one way untuk melihat data persen radang telapak kaki tikus homogen atau tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa data persen radang telapak kaki tikus tidak bervariasi homogen ρ ≤ 0,05 dari menit ke-30 sampai menit ke-360 dengan tingkat kepercayaan 95. Hasil dari uji analisis variansi ANAVA one way persen radang dapat dilihat pada Lampiran 24, halaman 83. Hasil uji ANAVA yang diperoleh tidak terpenuhi karena data tidak bervariasi homogen. Pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil dengan terbesar antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain pada tiap waktu pengukuran dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Hasil analisis metode Duncan dapat dilihat pada Lampiran 25, halaman 85. Hasil analisis metode Duncan pada menit ke-30 menunjukkan suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 400 mgkg bb dan suspensi EET dosis 300 mgkg bb, Universitas Sumatera Utara 48 tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan Na-CMC 0,5. Suspensi EET dosis 300 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 200 mgkg bb. Hasil analisis metode Duncan pada menit ke-60menunjukkan suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 400 mgkg bb, tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan Na-CMC 0,5, suspensi EET dosis 200 mgkg bb dan suspensi EET dosis 300 mgkg bb. Suspensi EET dosis 400 mgkg bb tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 300 mgkg bb, tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan Na-CMC 0,5 dan suspensi EET dosis 200 mgkg bb. Suspensi EET dosis 300 mgkg bb tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 200 mgkg bb tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan Na-CMC 0,5. Hasil analisis metode Duncan menit ke-90 dan menit ke-150 menunjukan suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara suspensi EET dosis 400 mgkg bb dan suspensi EET dosis 300 mgkg bb, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan Na-CMC 0,5. Suspensi EET dosis 400 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan suspensi EET dosis 300 mgkg bb dan suspensi EET dosis 200 mgkg bb. Hasil analisis metode Duncan pada menit ke-120menunjukkan natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 200 mgkg bb, suspensi 300 mgkg bb dan suspensi 400 mgkg bb, namun menunjukkan perbedaan bermakna dengan Na-CMC 0,5. Universitas Sumatera Utara 49 Hasil analisis metode Duncan pada menit ke-180, 210, 240, 270, 300 dan 330 menunjukkan Na-CMC 0,5 memiliki perbedaan yang bermakna dengan semua perlakuan. Suspensi EET dosis 200 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan suspensi 300 mgkg bb. Suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi EET dosis 400 mgkg bb. Hasil analisis metode Duncan pada menit ke-360menunjukkan Na-CMC 0,5 memiliki perbedaan yang bermakna dengan semua perlakuan. Suspensi natrium diklofenak 4,50 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan suspensi EET dosis 400 mgkg bb. Suspensi EET dosis 200 mgkg bb, 300 mgkg bb dan 400 mgkg bb tidak menunjukkan perbedaan bermakna.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian tersebut bahwa EET dosis 400 mgkg bb memiliki aktivitas antiinflamasi yang efektif dan mendekati obat pembanding natrium diklofenak 4,50 mgkg bb jika dibandingkan dosis lainnya, baik dilihat dari nilai persen radang, persen inhibisi radang antara individu maupun secara kelompok dan secara statistik. Terlepas pada dosis berapa EET yang memiliki aktivitas antiinflamasi, penelitian ini telah membuktikan secara farmakologis bahwa teripang Holothuria atra Jaeger ini memiliki aktivitas antiinflamasi. Berdasarkan studi literatur ditemukan bahwa teripang mengandung triterpenoid- saponin, EPA dan DHA yang mempunyai efek antiinflamasi Bordbar, dkk., 2011; Wu, dkk., 2011; Ghufron dan Kordi 2010. Diperkirakan mekanisme antiinflamasi teripang, melibatkan triterpenoid- saponin suatu senyawa kimia yang terdapat dalam teripang ini yang potensial Universitas Sumatera Utara 50 sebagai antiinflamasi. Triterpenoid-saponin yang terdapat dalam teripang ini telah ditemukan memiliki antioksidan yang menguntungkan, karena kemampuannya mengurangi inflamasi. Antioksidan diketahui berperan penting dalam menginhibisi dan memangsa radikal bebas yang ikut serta dalam proses antiinflamasi. Oleh karena itu, teripang ini memberi perlindungan kepada manusia untuk melawan infeksi dan penyakit degeneratif lainnya Gupta, dkk., 2004. Aktivitas antiinflamasi dari teripang disebabkan oleh kandungan senyawa triterpenoid-saponin. Menurut Bordbar 2011 senyawa tersebut dapat menurunkan aktivitas COX-2 yang berperan dalam merangsang mediator inflamasi. Menurut Wu 2011 kemampuan senyawa tersebut sebagai antiinflamasi dengan mengahambat aktivitas enzim siklooksigenase dalam mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Bahan lain yang dapat memberikan aktivitas antiinflamasi adalah kandungan asam lemaknya yaitu EPA asam omega eikosapentaenoik dan DHA asam omega dekosaheksaenoik pada teripang menandakan kecepatan teripang memperbaiki jaringan rusak dan menghalangi pembentukan prostaglandin penyebab radang Ghufron dan Kordi, 2010. Universitas Sumatera Utara 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: a. Hasil karakteristik serbuk simplisia teripang Holothuria atra Jaeger diperoleh kadar air 9,33 , kadar sari larut air 38,96, kadar sari larut etanol 29,34, kadar abu total sebesar 27,75 dan kadar abu tidak larut asam 4,05. b. Hasil pemeriksaan golongan senyawa menunjukkan adanya senyawa kimia golongan glikosida, saponin dan steroidtriterpenoid. c. Ekstrak etanol teripang Holothuria atra Jaeger memiliki efek antiinflamasi, dari ketiga dosis yang digunakan suspensi esktrak etanol teripang 400 mgkg bb mempunyai efektifitas hampir sama dengan natrium diklofenak 4,50 mgkg bb.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk uji aktivitas antiinflamasi secara topikal dari sediaan ekstrak etanol teripang Holothuria atra Jaeger. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

10 148 117

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall) Terhadap Tikus Putih yang Diinduksi λ-Karagenan

0 3 88

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Serta Fraksi n-Heksan dan Etilasetat Teripang Holothuria atra Jaeger

0 6 76

Uji Aktivitas Antiinfsi Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall) Terhadap Tikus Putih yang Diinduksi λ-Karagenan

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 0 16

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 0 5

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 1 20

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 0 3

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

0 0 35