informasi dan komunikasi, serta pemantauan dan sisanya sebesar 82,5 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta
pemantauan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Gambaran umum dapat dijelaskan
bahwa pejabat eselon II dan III yang diberi wewenang memahami bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramandei 2009 yang menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah. Rendahnya nilai koefisien determinasi nilai adjusted
R
2
yaitu sebesar 17,5 menunjukkan bahwa terdapat adanya variabel independen lainnya yang
dapat mempengaruhi kinerja manajerial, seperti karakteristik sasaran anggaran, kualitas sumber daya manusia, keadilan distributif dan komitmen organisasi.
Untuk menguji apakah secara parsial masing-masing unsur-unsur dari SPIP mempengaruhi kinerja manajerial atau tidak maka dilakukan uji t. Dari hasil
uji t tersebut, variabel lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan tidak berpengaruh
terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki 2011
yang menyimpulkan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah. Hal ini juga sejalan dengan fakta terbaru di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan dikeluarkannya
Laporan Hasil Pemeriksaan LHP Pertanggungjawaban APBD Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dengan
opini disclaimer atau Tidak Menyatakan Pendapat TMP. Salah satu alasan utama BPK mengeluarkan opini tersebut adalah karena penerapan Sistem
Pengendalian Intern yang lemah di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Di samping itu dari hasil uji korelasi pada tabel correlations Lampiran
10 dapat dilihat nilai korelasi dari masing-masing unsur-unsur SPIP relatif rendah yaitu diantara 0,186 sampai 0,788. Jika nilai korelasi tinggi atau lebih besar dari
0,90 maka setiap unsur-unsur dari SPIP dapat digunakan sebagai variabel dalam pengujian. Dapat disimpulkan bahwa ke 5 unsur SPIP tersebut merupakan satu
kesatuan yang membentuk variabel SPIP. Dengan kata lain sebaiknya pengujian unsur-unsur dari SPIP tidak dilakukan secara satu variabel sendiri-sendiri.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa unsur-unsur dari SPIP yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan belum maksimal dilaksanakan di lingkungan kerja masing-masing SKPD yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang
di bawah rata-rata atau cenderung pada kategori netral terhadap pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP itu sendiri terutama pada variabel
informasi dan komunikasi. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya komunikasi dalam mendistribusikan informasi dari pihak pimpinan selaku pejabat kepada staf
atau kesalahan dalam menerjemahkan suatu perintah yang disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan pegawai yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Variabel penilaian risiko dan kegiatan pengendalian secara simultan berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan penilaian risiko dan kegiatan pengendalian tidak berpengaruh positif terhadap meningkatnya kinerja manajerial dari pejabat itu sendiri. Hal ini
mungkin disebabkan pihak pimpinan selaku pejabat masih belum mengidentifikasi dan menganalisis risiko dari pelaksanaan program kegiatan atau
bahkan kurang memahami perlunya melakukan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian
tujuan dari Instansi Pemerintah tersebut. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan pengendalian belum maksimal dilaksanakan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh SKPD.
Nilai adjusted R
2
dari hasil penelitian ini adalah 0,1750. Dengan kata lain 17,50 perubahan kinerja manajerial mampu dijelaskan oleh lingkungan
pengendalian,
penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial
baik secara simultan maupun parsial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara simultan, lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan berpengaruh terhadap kinerja manajerial yang sejalan dengan hipotesis penelitian. Hal
ini berarti lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan merupakan unsur-unsur dari SPIP yang saling terkait satu sama lain yang harus
dilakukan dalam satu kesatuan sistem pengendalian intern untuk meningkatkan kinerja manajerial pejabat pada Pemerintah Kota Tebing
Tinggi. 2. Secara parsial, lingkungan pengendalian
,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sehingga tidak sejalan dengan hipotesis penelitian. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pimpinan belum maksimal dalam melaksanakan unsur-unsur dari SPIP yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan di lingkungan kerja masing-
Universitas Sumatera Utara