Stratifikasi Kebijakan Pendidikan Tinjauan tentang Kebijakan Pendidikan

18 bongkar pasang dikarenakan dalam penyusunannya tidak dipertimbangkan dengan matang. Hal ini perlu dipahami karena banyak pembuat kebijakan yang kurang memperhitungkan kebijakan-kebijkan terkait, apalagi dengan mempertimbangkan kebijakan yang telah ada sebelumnya sebagai landasan untuk membuat kebijakan selanjutnya. Dengan adanya karakteristik dan ciri kebijakan yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas seharusnya kebijakan disusun dengan melihat teori-teori berkaitan dengan kebijakan.

4. Stratifikasi Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan tidak bisa terlepas dan saling berkaitan dengan kebijakan politik, karena kebijakan politik dapat mempengaruhi kebijakan dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan merupakan produk sistem dan politik pendidikan, karena cakupan dari suatu kebijakan sangat luas dan beragam maka dalam hal ini akan dikemukakan mengenai stratifikasi kebijakan pendidikan. Stratifikasi kebijakan pendidikan dapat dilihat dari daya ikat terhadap wilayah pemberlakuan suatu kebijakan tersebut. Dalam konteks ini, kebijakan pendidikan memiliki dua sifat, yaitu bersifat nasional dan bersifat daerah, artinya ada kebijakan pendidikan yang berlaku di suatu provinsi atau hanya berlaku di suatu kabupatenkota tertentu saja, karena mengingat letak geografis wilayah indonesia yang beragam dengan potensi daerah masing-masing. Sedangkan bila dilihat 19 dari sisi cakupannya, ada kebijakan pendidikan yang bersifat makro. secara ringkas, stratifikasi kebijakan pendidikan menurut H. M. Hasbullah 2015: 47-48dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat, yakni kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh lembaga pemerintah pusat serta mempunyai ruang lingkup yang luas dan ditingkat nasional. b. Kebijakan pendidikan di tingkat daerah, yakni kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah tingkat daerah dan hanya berlaku di daerah yang menerapkan kebijakan tersebut. Pendapat lain menurut Ali Imron H. M. Hasbullah, 2015: 47-50, perspektif pengambilan kebijakan, secara konsepsional, kebijakan memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut: a. Tingkat Kebijakan Nasional Dalam tingkat kebijakan nasional ini yang menjadi penentu kebijakan adalah MPR DPR DPD, cakupan berlakunya secara nasional, sering juga disebut sebagai kebijakan administratif. b. Tingkat Kebijakan Umum Tingkat kebijakan ini ditentukan oleh pemerintah atau eksekutif, sifat kebijakan pendidikan yang bersifat umum, merupakan kebijakan pendidikan eksekutif oleh karena yang menentukan adalah mereka yang berada pada tingkat eksekutif. Termasuk dalam kebijakan ini adalah Undang-undang, peraturan pemerintah, serta keputusan, peraturan, dan instruksi presiden. 20 c. Tingkat Kebijakan Khusus Penentu dalam kebijakan khusus ini adalah para Menteri sebagai pembantu Presiden, dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. d. Tingkat Kebijakan Teknis Tingkat kebijakan teknis ini sering disebut sebagai kebijakan operatif, karena kebijakan ini merupakan pedoman palaksanaan. Penentu Kebijakan ini berada pada Pejabat eselon 2 ke bawah, seperti Direktorat Jendral atau pimpinan lembaga non-departemen. Hasil dari kebijakannya dapat berupa peraturan, keputusan dan instruksi pimpinan lembaga. Berdasarkan tingkat kebijakan teknis inilah para gubernur, bupati, kepala dinas dan sebagainya melaksanakan kebijakan sesuai dengan faktor kondisional dan situasional daerahnya atau dengan kata lain disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing.

5. Proses Pembuatan Kebijakan Pendidikan