Ultrasonic Pulse Velocity UPV

Laporan Penelitian 15 ASTM C597-02 2003; Cara kerja Ultrasonic Pulse Velocity UPV yaitu transducer pengirim transmitter mengirimkan gelombang dan ditangkap oleh transducer penerima receiver yang terletak sejauh L dari transmitter. Alat Ultrasonic Pulse Velocity menampilkan besarnya waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk melalui beton yang disebut travel time Δ t . Dengan demikian kecepatan gelombang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: t L V   ............................................................................................1 Keterangan: V : kecepatan perambatan gelombang ultrasonik kms; L: panjang lintasan gelombang m; Δ t : travel time s. Gambar 4. Skema cara alat kerja UPV Sumber: ASTM C597-02, 2003 Kecepatan gelombang untuk beton, biasanya berkisar antara 3700sampai 4200 m s. oleh karena itu, untuk panjang lintasan 300 mm, travel timenya kurang lebih 70 sampai dengan 85μ s . Hal ini jelas bahwa peralatan tersebut harus mampu mengukur dengan sangat akurat seperti mengukur travel time yang pendek. Panjang lintasan juga harus diukur dengan teliti, karena metode Ultrasonic Pulse Velocity adalah sebuah teknik perambatan gelombang, banyak sumber yang Laporan Penelitian 16 20 40 60 80 100 120 130 3,7 3,9 4,1 4,3 4,5 4,7 4,9 5,1 5,3 K u a t te k a n k u b u s M P a Pulse Velocity, kms menimbulkan menipisnya gelombang pada elemen saat pengujian misal jack hammer harus disingkirkan selama pengujian. Pengiriman dan penerimaan gelombang dapat berjalanan dengan baik, jika transducer harus terhubung seluruhnya ke obyek yang diuji, karena jika ada kantong udara yang terperangkap, kemungkinan dapat menyebabkan kesalahan pada pembacaan travel time, untuk menghindari hal tersebut maka digunakan couplant. Couplant yang disediakan di pasaran antara lain minyak teer petroleum jelly, pelumas grease, sabun cair dan pasta kaolin-glyserol. Penggunaan couplant harus setipis mungkin, namun jika permukaan beton sangat kasar maka digunakan grease yang lebih tebal. Perataan dilakukan sebelum pelaksanaan uji UPV. Sewaktu pelaksanaan uji UPV, transducer diberi tekanan yang konstan, ulangi pembacaan pada tempat yang sama, sampai didapat nilai travel time minimum. Pengujian UPV dapat digunakan untuk memprediksi besarnya kuat tekan beton. Besarnya kuat tekan beton diperkirakan dari kecepatan perambatan gelombang ultrasonik, kemudian hasilnya di plotkan kedalam grafik hubungan antara kuat tekan beton dan kecepatan perambatan gelombang. Menurut Budi 2008 grafik hubungan antara kuat tekan beton pulse velocity disajikan pada Gambar 5 di bawah. Gambar 5. Hubungan antara kuat tekan beton dan UPV pada umur 28 hari Sumber: Budi, 2008

B. Kajian Teori tentang Variabel

1. Aspal AC 60 70, Modifikasi Aspal AC 60 70 dan Emulsi Laporan Penelitian 17 Hafeez 2009 meneliti tentang penggunaan aspal modifikasi 60 70 dan 40 50, kadar filler berturut -turut sebesar 2,4 , 3,4 dan 4,4 , menggunakan bahan tambah modifikasi aspal tetrapolymer berfungsi untuk mencari perilaku aspal hot mix akibat beban permanen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan aspal midifikasi tetrapolymer pada daerah rasio plastik ke daerah elastik adalah fungsi dari jumlah repetisi beban, temperatur, tingkat tegangan, modulus aspal semen dan gradasi agregat. Pengujian creep menunj ukkan hasil yang sama dengan prediksi deformasi permanen dibandingkan dengan pengujian beban berulang. Campuran hot mix dengan menggunakan agregat kasar mempunyai ketahanan yang lebih baik apabila dibandingkan agregat halus apabila ditinjau dari beban berulang dan dan besarnya regangan yang terjadi pada specimen. 2. Persentase untuk menghasilkan stabilitas Marshall Optimum Al-Taher, et. Al 2008 mengusulkan mix desain aspal untuk pengujian Marshall modifikasi polymer dengan menggunakan novophalt sebagai berikut: Tabel 4. Karakteristik mix desain aspal Mix Properties Novophalt Normal Asphalt B.C S.C B.C S.C of Asphalt content 4,8 5,4 4,5 5,3 Stability lb 3030 4480 2630 2980 Density t m3 2.307 2.336 2.317 2.350 Flow 0,01in 13 14,10 12,10 13,90 Air VI M 4,9 3,4 4,8 3,9 VMA 15,20 15,30 14,90 15,0 S.C. = surface coarse; BC = binder coarse Dengan modifikasi mix desain di atas, akan menghasilkan peningkatan kualitas aspal seperti di sajikan pada Gambar 6 di bawah.

Dokumen yang terkait

Investigasi Sifat Kepadatan Dan Daya Dukung Bahan Rap (Reclaimed Asphalt Pavement) Bergradasi Dbm (Dense Bitumen Macadam)

0 2 11

INVESTIGASI SIFAT ASPAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FILLER Investigasi Sifat Aspal Rap (Reclaimed Asphalt Pavement) Artifisial Menggunakan Bahan Tambah Filler.

1 4 18

INVESTIGASI SIFAT ASPAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FILLER Investigasi Sifat Aspal Rap (Reclaimed Asphalt Pavement) Artifisial Menggunakan Bahan Tambah Filler.

0 2 18

INVESTIGASI SIFAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) Investigasi Sifat Kepadatan dan Daya Dukung Bahan RAP(Reclaimed Asphalt Pavement) Bergradasi DBM (Dense Bitumen Macadam).

0 5 19

INVESTIGASI SIFAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) Investigasi Sifat Kepadatan dan Daya Dukung Bahan RAP(Reclaimed Asphalt Pavement) Bergradasi DBM (Dense Bitumen Macadam).

0 6 19

PENDAHULUAN Investigasi Sifat Kepadatan dan Daya Dukung Bahan RAP(Reclaimed Asphalt Pavement) Bergradasi DBM (Dense Bitumen Macadam).

0 6 5

2. Uji Kinerja Marshall Agregat Bantak Merapi Dengan Menggunakan Serat Polypropylene

0 1 25

4. Pemanfaatan Agregat Merapi (Bantak) untuk Pembuatan Beton Aspal Panas (Hotmix) dengan Variasi bahan Bitumen

0 0 26

EVALUASI PELAKSANAAN FLEXIBLE PAVEMENT MENGGUNAKAN ASPAL BUTON Yohanes Martono Hadi

0 0 10

KINERJA PROPERTI SEMARBUT ASPAL TIPE I (PENAMBAHAN EKSTRAKSI ASBUTON EMULSI SEBAGAI MODIFIKASI BITUMEN)

0 0 7