Perubahan Seksual dengan Kecemasan Wanita Pra Menopause

5.3.3 Perubahan Seksual dengan Kecemasan Wanita Pra Menopause

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh perubahan seksual terhadap kecemasan wanita pra menopause di Desa Rawang Lama menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan seksual yang dialami responden dalam kategori banyak sebesar 66,0 selebihnya dalam kategori sedikit 34,0. Hasil Uji Chi square didapatkan p=0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara perubahan seksual dengan kecemasan wanita pra menopause. Responden yang mengalami kecemasan saat pra menopause dengan perubahan seksual yang banyak sebesar 82,4 dan sebesar 54,3 mengalami perubahan yang sedikit, sedangkan yang tidak mengalami kecemasan saat pra menopause sebesar 17,6 dengan perubahan seksual yang banyak dan perubahan seksual yang sedikit sebesar 45,7. Uji statistik regresi logistik berganda untuk variabel perubahan seksual menunjukkan ada pengaruh perubahan seksual terhadap kecemasan wanita pra menopause dengan nilai p=0,002 0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa perubahan seksual yang dialami menyebabkan kecemasan wanita pra menopause. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suliyanti 2007 di Kota Bandung melaporkan bahwa perubahan seksualitas yang terjadi pada masa menopause cukup menjadi kendala bagi wanita menopause dalam memenuhi kebutuhan intim dengan pasangannya. Hasil penelitian dengan menggunakan metode survey di enam Negara Eropa yang dilakukan oleh Rosella dan Esme 2008 didapatkan bahwa 62 perempuan mengalami penurunan dorongan seksual dan 35 hal ini dapat berdampak dalam kehidupan sehari- hari. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Prabandani 2009 tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Wonogiri bahwa penyesuaian diri paling sulit baik bagi para wanita pra menopause maupun bagi suami mereka adalah pada masalah perubahan fungsi seksual. Dukungan, perhatian serta kasih sayang dari suami sangat berarti bagi wanita pra menopause sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan fungsi seksual. Hal ini juga didukung oleh penelitian Qomariyati 2013 tentang Hubungan Kecemasan dan Aktivitas Fisik dengan Kehidupan Seksual pada Wanita Pra menopause di wilayah kerja Puskesmas Truck Kabupaten Klaten menunjukkan persentase kehidupan seksual yang tidak normal 74,1. Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Selain itu sebagian besar responden 67,9 berpendapat penyebab perubahan seksual pada masa pra menopause bahwa mereka tidak lagi tertarik untuk melakukan hubungan seksual dikarenakan merasa sudah tua dan adanya perasaan malu terhadap anak cucu. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kasdu 2002 yang menyatakan gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas dan nyeri saat aktivitas seksual karena datangnya menopause sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitasnya berkurang akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan Universitas Sumatera Utara dalam 5 tahun menjelang menopause. Hal tersebut menyebabkan frekuensi hubungan seksual berkurang sehingga terjadi perubahan seksual pada wanita menopause. Sejalan dengan pendapat Asadi 2013 seksualitas wanita mengalami perubahan di masa pra menopause akibat kurangnya produksi hormone estrogen. Hormone estrogen bertugas merawat jaringan, termasuk pada organ seks. Jika kadar estrogen berkurang, jaringan organ seks rentan terhadap masalah. Ada dua perubahan seksual yang penting saat wanita memasuki masa pra menopause. Selain produksi cairan untuk lubrikasi vagina semakin berkurang, elastisitas dan ketebalan epitel genitalia menurun. Dalam kondisi ini wanita sulit terangsang dan kurang sensitif pada sentuhan. Dan karena lubrikasi tak cukup, organ intim pun kering, sehingga jika terjadi penetrasi seksual seringkali menimbulkan rasa nyeri. Menurut asumsi peneliti seksualitas manusia berubah seiring usia bukan berarti aktivitas seksual terhenti, kecemasan wanita pra menopause akibat menurunnya gairah seksual, perlu disikapi dengan bijak oleh seorang istri dalam melayani suami. Hubungan seksualitas tidak harus pelayanan seks yang diakhiri dengan penetrasi, namun memberikan kepuasan melalui sentuhan dan sejenisnya, sehingga suami tetap mengalami orgasme, hal tersebut dapat mengurangi kecemasan akibat perubahan seksual. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN