penting bagi perkembangan siswa, seperti nilai moral dan perilaku yang baik.
Dari penjelasan beberapa tokoh sebelumnya dapat disimpulkan bahwa stresor akademik terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi pola fikir, kepribadian dan keyakinan, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan tuntutan dan kegiatan akademik itu sendiri yaitu test, kompetisi
kelas, tuntutan waktu, pelajaran yang begitu padat, standar akademik yang tinggi, guru dan lingkungan kelas.
g. Respon terhadap stres akademik
Olejnik dan Holschuh 2007 mengemukakan reaksi terhadap stresor akademik yang terdiri dari:
1. Pemikiran
Respon yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri, takut gagal, sulit berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu,
berfikir terus-menerus mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan.
2. Perilaku
Respon yang muncul dari perilaku, seperti menarik diri, menggunakan obat- obatan dan alkohol, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu
banyak atau terlalu sedikit, dan menangis tanpa alasan. 3.
Reaksi tubuh
Respon yang muncul dari reaksi tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat, kecepatan jantung meningkat, mulut kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan
sakit, mual, dan sakit perut.
4. Perasaan
Respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah, murung, dan
merasa takut. Dari penjelasan tersebut terdapat empat respon terhadap stresor akademik
yaitu pemikiran, perasaan, reaksi tubuh, dan perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarafino 2006 yang menyatakan bahwa stres dapat mempengaruhi
kondisi fisiologis reaksi tubuh dan psikologis pemikiran, perasaan, dan perilaku individu.
d. Penggolongan stres akademik
Olejnik dan Holschuh 2007 juga menjelaskan ada beberapa jenis stres akademik. Siswa mungkin merasa cemas ketika mengikuti ujian, memberikan
pidato atau mengerjakan tugas, atau siswa merasa pada tingkat stres yang umum
general level of stres
sepanjang waktu karena siswa cemas berada di dalam kelas. Stres yang ringan merupakan hal yang baik untuk siswa. Jika siswa tidak
merasa cemas ketika mengikuti ujian, siswa mungkin tidak mempersiapkan diri dengan baik. Tetapi stres yang berat dapat mempengaruhi penampilan akademik
siswa, sebagai contoh siswa mengetahui setiap kata yang harus diberikan ketika sedang berpidato, tetapi siswa terlalu gugup untuk mengatakannya di dalam kelas,
sehingga siswa lupa apa yang akan dikatakannya. Untuk lebih jelasnya Olejnik dan Holschuh 2007, menggolongkannya
menjadi dua, yaitu:
1. Stres yang buruk
bad stress
Stres akan menjadi buruk apabila permintaan atau hasil yang harus dipenuhi melebihi apa yang bisa individu penuhi.
2. Stres yang baik
good stress
Stres terkadang bisa membuat hidup menjadi lebih berharga, misalnya siswa merasa hal yang luar biasa atau merasa lebih berharga setelah berhasil melalui
ujian. Oon 2007 juga mengemukakan empat tipe stres, yaitu:
1. Stres reaktif
Disebabkan oleh tekanan dan tuntutan terhadap siswa yang melebihi kemampuannya. Contohnya: reaksi terhadap tes mendadak, terlambat
menghadiri kegiatan penting di sekolah, atau dimarahi di depan kelas. 2.
Stres kumulatif Respon terhadap stres yang masih berlangsung dan gejalanya meningkat dari
waktu ke waktu. Masalah-masalah tersebut sering menjadi penyebab siswa tidak produktif. Contohnya: siswa tidak mampu mengerti instruksi di kelas atau
terus menerus diomeli atau dimarahi. 3.
Stres insiden kritis Reaksi terhadap tuntutan yang mendadak, diluardugaan, ancaman, dan insiden-
insiden khusus. Stres jenis ini menyebabkan reaksi emosional yang kuat. Contohnya: diganggu secara fisik oleh kakak kelas di sekolah atau terlibat
dalam kecemasan yang mengancam jiwa.
4. Stres postraumatis
Reaksi terhadap ingatan tentang suatu insiden traumatis yang berhubungan
dengan stres. Ingatan ini bersifat menganggu menjadi pemicu reaksi stres. Stres ini juga sering disebut disfungsi kesadaran. Ini terjadi ketika pikiran selama
kondisi sadar diisi oleh ingatan traumatis akibat insiden kritis, misalnya
dibawah ancaman sebilah pisau.
Stres ini membutuhkan pengobatan dan pertolongan psikologis jangka panjang. Stres akademik biasanya hanya meliputi dua katagori stres yang pertama,
yaitu stres reaktif dan kumulatif. C.
Kelas Internasional 4.
Definisi kelas internasioanal
Secara definitif, Sekolah Bertaraf Internasional SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan Standar Nasional Pendidikan SNP yang
meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian. Kedelapan aspek SNP ini kemudian diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, dan diperluas melalui adaptasi
atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota
organization for economic co-operation and development
OECD Ditjen Mandikdasmen, 2010.
Purnama 2010 menyatakan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang telah memenuhi standar nasional pendidikan dan mulai mengacu pada
standar pendidikan salah satu negara anggota OECD. OECD merupakaan sebuah organisasi internasional yang membantu negara-negara anggotanya untuk
menghadapi globalisasi ekonomi. Organisasi ini berpusat di kota Paris, Perancis dan beranggotakan negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Inggris,
Amerika Serikat, dan lain-lain. Hingga saat ini, mayoritas sekolah bertaraf internasional masih berstatus
rintisan RSBI Ditjen Mandikdasmen, 2010. Sekolah dengan status RSBI ini biasanya memulai dengan membuka beberapa kelas internasional, sehingga selain
memiliki kelas internasional juga memiliki kelas reguler. Purnama 2010 mendefinisikan kelas internasional sebagai kelas yang
menggunakan standar internasional, misalnya Cambridge. Bahasa pengantar pembelajaran di kelas adalah bahasa Inggris. Untuk dapat masuk kelas ini
sebelumnya dilakukan serangkaian tes tes potensi, akademik, psikotes termasuk tes TOEFL. Kemampuan bahasa Inggris yang baik sangat penting agar
memudahkan penyerapan materi yang disampaikan. Program pembelajaran kelas internasionl adalah selama tiga tahun, sama seperti kelas regular, namun lulusan
kelas internasional dibekali ijazah yang berstandar internasional. Sujarwo 2010 kelas internasional merupakan sebuah program kelas
dimana siswa di dalamnya merupakan siswa Indonesia yang diharapkan setelah lulus dari program tersebut kemampuan atau
capability
yang mereka miliki berdaya saing internasional. Hal utama yang harus dipenuhi, jika sebuah institusi
atau individu akan menjadi warga internasional adalah bahwa setiap perilaku dan
lifestyle
hendaknya sesuai dengan masyarakat di dunia internasional dengan tidak membedakan etnis, suku maupun ras dari sisi pola pikir maupun perilaku, akan
tetapi budaya daerah yang masih melekat harus tetap dijaga dan dipromosikan dengan cara-cara yang sesuai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas internasional adalah kelas dimana siswa di dalamnya merupakan siswa Indonesia yang dalam proses belajar mengajarnya
menggunakan bahasa pengantar bahasa dan kurikulum internasional, sehingga diharapkan setelah lulus dari program tersebut kemampuan atau
capability
yang berdaya saing internasional,
2. Gambaran umum kelas internasional SMPN 1 Medan