UJI ORGANOLEPTIK HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN

103 terhambat perkembangannya oleh pH 6.0 atau lebih rendah Lawrie, 2003. Penguraian pada beberapa jaringan dalam seperti usus, hati, dan sebagainya terjadi sangat cepat sekali terutama pada usus karena merupakan tempat hidup atau sumber mikroba pembusuk. Tingginya jumlah mikroba pada daging ayam tiren menyebabkan terjadinya pembusukan dan dekomposisi komponen penyusun daging. Beberapa komponen terbentuk akibat terjadinya pembusukan sehingga mempengaruhi kualitas daging ayam, seperti tekstur, warna, dan aroma. Hal ini membuat daging ayam tiren tidak layak untuk dikonsumsi karena seperti halnya makanan apa pun, makanan yang mulai mengalami penguraian atau pembusukan membahayakan kesehatan.

C. UJI ORGANOLEPTIK

Uji organoleptik adalah cara menilai mutu suatu produk dengan menggunakan kepekaan alat indera manusia, yaitu penglihatan dengan mata, penciuman dengan hidung, pencicipan dengan rongga mulut, perabaan dengan ujung jari, dan pendengaran dengan telinga. Pada penelitian ini dilakukan metode Free Choice Profiling dengan melibatkan 30 orang panelis tidak terlatih. Seperti yang diungkapkan oleh Williams dan Langron 1984 pada prinsipnya metode ini dapat dilakukan dengan panelis tidak terlatih. Pada pengujian ini, para panelis mendeskripsikan kesan yang diperoleh dari beberapa parameter. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah adalah aroma, tekstur, dan warna. Kesan yang dirasakan pada masing-masing atribut bisa lebih dari satu. Selain itu dilakukan uji skalar untuk mengetahui intensitas dari masing- masing kesan yang diberikan sampel pada parameter tersebut. Sampel tersebut adalah daging ayam normal dan ayam tiren dengan tiga jenis perlakuan, yaitu mentah, ayam goreng, dan ayam masak dengan bumbu.

a. Aroma

Pengujian terhadap aroma daging ayam dilakukan sebagai indikator terjadinya proses pembusukan. Proses ini mengakibatkan 104 terurainya struktur dan komponen dasar daging., seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi komponen baru yang lebih sederhana. Bau yang timbul disebabkan oleh H 2 S, merkaptan, indol, skatol, putrescine, dan cadaverine yang merupakan hasil akhir dari pemecahan protein Weiser, 1971. Respon panelis terhadap beberapa kesan aroma yang terdapat pada sampel daging ayam normal dan ayam tiren mentah yang diuji, disajikan pada Gambar 11. Aroma Ayam Mentah 5.2 4.9 2.9 4.9 5.7 5.9 4.9 6.3 1 2 3 4 5 6 7 Busuk Amis Darah Bau Daging Meaty Kesan Aroma Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 11. Grafik uji skalar garis terhadap aroma daging ayam mentah Dari gambar di atas, kedua sampel memiliki kesan aroma yang sama, diantaranya aroma busuk, amis, darah, dan bau daging. Meskipun memiliki kesan aroma yang sama, intensitas dari tiap aroma berbeda pada kedua sampel. Pada sampel daging ayam tiren, seluruh kesan aroma memiliki intensitas yang lebih tingggi dibandingkan dengan daging ayam normal. Hal ini disebabkan karena proses pembusukan pada daging ayam tiren berlangsung lebih cepat, sehingga proses pembentukan komponen-komponen penyebab bau tadi menjadi lebih cepat dan menghasilkan aroma yang lebih menyengat. Respon 105 terhadap aroma pada daging ayam normal goreng dan ayam tiren goreng disajikan pada Gambar 12. Aroma Ayam Goreng 7 6.6 6.6 4.9 3.3 1.4 3.5 2.8 6.4 4 5.6 6.4 8.7 5.8 7.5 4.5 4.3 4.2 2 4 6 8 10 G uri h M iny ak Oil y Fa tty Bu suk Ten gik Ami s Da ra h Ba u Dag in g Kesan Aroma Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 12. Grafik Uji Skalar Garis terhadap Aroma Daging Ayam Goreng Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa secara umum ayam normal goreng dan ayam tiren goreng memiliki kesan aroma yang sama. Beberapa kesan aroma seperti bau busuk dan tengik pada sampel ayam tiren goreng memiliki intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan ayam normal goreng. Perbedaan ini cukup signifikan. Bau tengik yang teridentifikasi berasal dari penguraian lemak pada sampel ayam tiren yang berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan ayam normal. Meskipun telah mengalami penggorengan, bau busuk pada ayam tiren masih dapat dirasakan dengan intensitas cukup tinggi. Selain itu bau darah juga masih tercium karena pada daging ayam tiren, darah tidak keluar secara tuntas. Berdasarkan uji skalar yang dilakukan, respon panelis terhadap aroma sampel ayam normal dan ayam tiren dengan perlakuan pemasakan dengan bumbu ditampilkan pada Gambar 13. 106 Aroma Ayam Bumbu 6.1 6.9 7.7 4.3 8.6 3 7.2 6.8 5.1 3.9 8.5 3.2 2 4 6 8 10 Bumbu Semur Kecap Fatty Amis Bau Daging Busuk Kesan Aroma Sko r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 13. Grafik uji skalar garis terhadap aroma daging ayam bumbu Dari Gambar 13. di atas, kedua sampel memberikan kesan aroma yang sama dengan intensitas yang hampir tidak berbeda. Proses pemasakan dengan penambahan bumbu dan rempah-rempah menjadikan kedua sampel sulit untuk dibedakan. Bumbu yang digunakan telah bercampur dan meresap ke dalam daging, sehingga kesan aroma yang dihasilkan juga sama. Beberapa panelis menemukan adanya bau busuk pada daging ayam tiren dengan intensitas yang cukup rendah. Bumbu dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menutupi mutu daging yang telah rusak. Anonim, 2002.

b. Warna

Warna merupakan salah satu parameter mutu daging ayam. Perubahan warna pada daging ayam menjadi salah satu indikator terjadinya pembusukan. Pada pembusukan daging terlihat warna yang berubah menjadi merah coklat agak kehijauan mioglobin dan oksimioglobin berubah menjadi metmioglobin. Hasil uji skalar terhadap warna pada sampel daging ayam normal dan ayam tiren mentah disajikan pada Gambar 14. 107 Warna Ayam Mentah 4.6 7.5 4 3.2 6.4 4.5 5 2.8 2 6.4 5.9 3.8 1 2 3 4 5 6 7 8 Pu tih ke me rah an Ce rah Me rah m ud a Me rah da rah Pu ca t Pu tih ke ku nin ga n Kesan Warna Sko r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 14. Grafik uji skalar terhadap warna daging ayam mentah Berdasarkan gambar di atas, panelis menyatakan daging ayam normal lebih cerah dibandingkan daging ayam tiren. Secara umum warna antara daging ayam normal dan ayam tiren mentah terlihat sangat berbeda. Perbedaan warna yang diberikan cukup signifikan. Hal ini menunjukkan, pada dasarnya perbedaan ayam normal dan ayam tiren sangat mudah dikenali jika daging belum mengalami pengolahan. Salah satu proses pengolahan daging ayam adalah penggorengan. Respon panelis terhadap beberapa kesan warna pada daging ayam normal dan ayam tiren goreng disajikan pada Gambar 15. Warna Ayam Goreng 7.5 6.9 6.5 4.8 4.8 5.4 5.5 6.5 1 2 3 4 5 6 7 8 Putih Kuning Pucat Coklat Kulit Kesan Warna Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 15. Grafik uji skalar terhadap warna daging ayam goreng 108 Dari gambar di atas, warna daging ayam normal goreng lebih putih dibandingkan dengan daging ayam tiren. Bercak-bercak darah yang terdapat pada daging ayam tiren menyebabkan warna daging memiliki tingkat kecerahan yang lebih rendah dibanding ayam normal setelah melalui proses penggorengan. Intensitas warna coklat pada daging ayam tiren goreng lebih tinggi dibandingkan ayam normal. Kondisi ini disebabkan karena proses pemanasan pada saat sampel digoreng memicu terjadinya denaturasi protein, tepatnya pemecahan inti hemoglobin pada darah Lawrie, 2003. Daging ayam tiren masih mengandung banyak darah, sehingga mempercepat terjadinya kondisi tersebut. Hal ini menyebabkan timbulnya wana lebih coklat pada daging ayam tiren goreng. Respon panelis terhadap kesan warna pada sampel daging ayam normal dan ayam tiren yang diolah dengan penambahan bumbu disajikan pada Gambar 16. Warna Ayam Bumbu 6.5 6.1 2.2 3.8 4.9 6.7 1.8 4.3 1 2 3 4 5 6 7 8 Putih Daging Coklat Kecap Kuning HitamGelap Kesan Warna Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 16. Grafik uji skalar terhadap warna daging ayam bumbu Berdasarkan gambar di atas, panelis menyatakan beberapa kesan warna pada sampel. Daging ayam normal tetap memiliki tingkat kecerahan lebih tinggi dibandingkan daging ayam tiren meskipun telah melalui proses pemasakan dengan bumbu. Penambahan kecap 109 menyebabkan kedua sampel memiliki warna coklat di bagian luar daging dengan intensitas yang tidak berbeda jauh. Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan karena banyak penjual ayam tiren yang menggunakan bumbu dan rempah-rempah untuk mengecoh pembeli. Penambahan bumbu membuat daging ayam normal dan aym tiren cukup sulit dibedakan, apalagi jika tidak diperhatikan secara baik- baik Anonim, 2005.

c. Tekstur

Tekstur merupakan salah satu parameter yang juga digunakan untuk mengukur kualitas daging ayam. Tekstur yang diinginkan oleh konsumen adalah tekstur yang empuk sehingga mudah digigit dan dinikmati setelah dimasak Anonim, 2002. Pertumbuhan bakteri pada daging ayam dapat menyebabkan perubahan tekstur daging tersebut. Bakteri tersebut dapat menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan lainnya untuk pertumbuhannya Fardiaz, 1992. Respon panelis terhadap tekstur daging ayam normal dan ayam tiren mentah yang diuji disajikan pada Gambar 17. Tekstur Ayam Mentah 5.5 3 6.5 5.9 5.1 6.4 3.7 4.4 5.4 5.4 1 2 3 4 5 6 7 Alo tL iat Be rse rat Ke ny al Ke ras Le mb ek Lu na kE mp uk Kesan Tekstur Sko r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 17. Grafik Uji Skalar Terhadap Tekstur Daging Ayam Mentah 110 Dari Gambar 17. dapat dilihat beberapa kesan tekstur pada sampel yang berhasil dideskripsikan oleh panelis. Daging ayam normal memiliki intensitas kekenyalan lebih tinggi dibandingkan daging ayam tiren. Perbedaan yang ditunjukkan cukup signifikan. Ketika ayam telah mati maka aliran darahnya berhenti sehingga tidak ada lagi suplai oksigen dan zat-zat gizi bagi otot sebelum ayam mati dalam istilah biologi daging disebut otot. Meskipun ayam telah mati atau tidak bergerak lagi namun jauh di dalam jaringan-jaringan ototnya sel-sel penyusunnya masih beraktifitas. Aktifitas ini meneruskan apa yang biasanya dilakukan oleh sel-sel otot hidup yaitu berkontraksi mengkerut dan meregang. Namun karena tidak ada lagi sumber energi dari luar, otot yang melakukan kontraksi pengkerutanpemendekan akan menyebabkan kekakuan otot atau rigor mortis Anonim, 2002. Pada otot hidup kekakuanpemendekan otot ini dapat kembali meregang bila tersedia energi baru dalam bentuk ATP adenosine trifosfat. Namun karena tidak ada lagi suplai oksigen dan zat-zat gizi maka aktifitas meregang tersebut tidak dapat dilakukan. Ayam yang meronta sebelum atau selama disembelih menyebabkan otot-ototnya kehabisan energi lebih cepat sehingga proses rigor mortis terjadi lebih cepat. Tekstur ayam ini akan lebih alot karena energi dalam otot telah berkurang selama ayam masih hidup. Pada tingkat biologis, hewan yang mati karena bukan disembelih telah mengalami rigor mortis dan sampai pada tahap seluruh sel-sel penyusun tubuh termasuk komponen-komponen penyusun sel telah berhenti beraktifitas sehingga telah memasuki tahap kritis yaitu dekomposisipenguraian. Hal ini menyebabkan daging ayam tiren memiliki tekstur lebih lunak dan tidak kenyal. Respon panelis terhadap tekstur ayam normal goreng dan ayam tiren goreng ditunjukkan pada Gambar 18. 111 Tekstur Ayam Goreng 4.8 6.4 6.2 6.1 5.8 5.3 1 2 3 4 5 6 7 Ke ny al Le mb ek Lu na kE mp uk Ke ras Kesan Tekstur Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 18. Grafik Uji Skalar Terhadap Tekstur Daging Ayam Goreng Berdasarkan gambar di atas, daging ayam normal memiliki intensitas kekenyalan lebih rendah dibandingkan daging ayam tiren. Selain itu, daging ayam normal lebih keras dibandingkan daging ayam tiren setelah melalui proses penggorengan. Pemasakan dengan suhu tinggi dapat meningkatkan sifat keras daging pada waktu pemanasan. Peningkatan keempukan terjadi karena kelarutan kolagen meningkat bila daging digoreng Lawrie, 2003. Pemasakan dengan bumbu menghasilkan tekstur yang berbeda pada sampel. Respon panelis terhadap tekstur daging ayam normal dan ayam tiren yang dimasak dengan bumbu disajikan pada Gambar 19. 112 Tekstur Ayam Bumbu 6.3 3.8 6.6 3.8 5.1 6.5 5.6 3.9 1 2 3 4 5 6 7 Ke ras Alo tL iat Lu na kE mp uk Le mb ek Ke ny al Kesan Tekstur Sk o r Ayam Normal Ayam Tiren Gambar 19. Grafik uji skalar terhadap tekstur daging ayam bumbu Dari gambar di atas, daging ayam mengalami proses pengempukan selama pemasakan. Penggunaan bumbu dan rempah- rempah juga mempengaruhi tingkat keempukan. Daging ayam tiren yang tidak kenyal setelah mengalami pemasakan tetap memiliki intensitas kekenyalan yang lebih rendah dibandingkan daging ayam normal meskipun telah mengalami perlakuan pemasakan dengan bumbu.

D. STATUS AYAM TIREN