1 Larutan penyangga dapat mempertahankan pHnya jika ditambah sedikit asam atau basa, dan
2 pH larutan penyangga tidak berubah jika larutan diencerkan. Pada makhluk hidup terdapat berbagai macam cairan seperti air, sel darah,
dan kelenjar. Cairan ini berfungsi sebagai pengangkut zat makanan dan pelarut zat kimia di dalamnya. Berlangsungnya reaksi itu bergantung pada enzim tertentu,
dan tiap enzim bekerja efektif pada pH tertentu pH optimum. Oleh sebab itu, cairan dalam makluk hidup tersebut mengandung larutan penyangga untuk
mempertahankan pHnya. Darah yang terdapat dalam tubuh memiliki pH sekitar 7,4. Jika pH darah
berubah, kemampuan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa, walaupun dalam jumlah yang
sedikit, harga pH dapat berubah cukup besar. Air tidak dapat mempertahankan pHnya sehingga air tidak termasuk larutan penyangga. Demikian pula larutan
asam dan basa.
2.4.2 Hidrolisis
CH
3
COONa berasal dari asam lemah CH
3
COOH dan basa kuat NaOH, garam ini mengalami hidrolisis sebagian. NH
4
Cl berasal dari basa lemah NH
3
dan asam kuat HCl, garam ini mengalami hidrolisis sebagian. Antara ion-ion Na
+
, Cl
–
dengan air tidak ada yang bereaksi sehingga jumlah ion H
+
dan OH
–
dalam larutan akan sama, dan larutan menjadi netral. NaCl dibentuk dari basa kuat NaOH dan
asam kuat HCl, garam ini tidak mengalami hidrolisis.
K
a
CH
3
COOH sama dengan K
b
NH
3
maka OH
–
dan H
+
yang ada dalam larutan jumlahnya sama. Oleh karena itu larutan bersifat netral. Reaksi hidrolisis
pada garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total. Sifat larutan garam ini bergantung pada harga K
a
dan K
b
asam basa pembentuknya.
Berdasarkan uraian tersebut ciri-ciri garam yang mengalami hidrolisis yaitu garam yang dibentuk dari asam lemah dengan basa kuat, garam yang dibentuk
dari basa lemah dengan asam kuat, dan garam yang dibentuk dari asam lemah dengan basa lemah.
Sifat asam-basa larutan garam bergantung pada kekuatan asam-basa pembentuknya. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa,
garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat bersifat asam, dan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah sifatnya bergantung dari K
a
dan K
b
asam- basa pembentuknya.
Sifat larutan garam yang terhidrolisis bergantung dari asam dan basa pembentuknya. Demikian pula harga OH
–
dan H
+
dari larutan tersebut. 2.3.2.2.1 Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Penentuan [OH
-
] dari larutan garam tersebut adalah sebagai berikut. Persamaan ionisasi:
HA + OH
-
A
-
+ H
2
O Untuk asam lemah:
� =
� ��
− −
�2�
�. �2� =
� ��
− −
K.[H
2
O] adalah suatu tetapan dan diberi simbol K
h
tetapan hidrolisis sehingga persamaan di atas menjadi:
�ℎ = � ��
− −
Dari persamaan berikut �ℎ =
1 �
. �
�ℎ = �
� � ��
− −
= �
� Maka diperoleh
��
−
= � .
−
� dengan K
w
= tetapan kesetimbangan air [A-]
= konsentrasi A- dari garam Ka
= tetapan kesetimbangan asam Perhitungan pOH dapat menggunakan rumus
�� =
1 2
� − � − �[ −] Dengan cara yang sama dalam mendapatkan rumus garam yang berasal dari
basa lemah dan asam kuat, maka didapatkan rumus sebagai berikut. �
+
= � . �
+
� dengan Kw
= tetapan kesetimbangan air [A-]
= konsentrasi M+ dari garam Kb
= tetapan kesetimbangan basa
Perhitungan pOH dapat menggunakan rumus � =
1 2
� − � − � �
+
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah sifatnya bergantung pada harga K
a
dan K
b
asam basa pembentuknya. Contoh: NH
4
CN dan CH
3
COONH
4
. Garam ini mengalami hidrolisis total. Kation dan anion dari garam mengalami hidrolisis dengan reaksi:
M
+
+ A
-
+ H
2
O
⇆
HA + MOH Tetapan hidrolisisnya:
� = � ���
�
+ −
�2� �. �2� =
� ��� �
+ −
Dengan penurunan rumus akan didapat rumus tetapan hidrolisis �ℎ =
� � . �
� = 1
2 � + � − �
Jika Ka = Kb larutan garam bersifat netral. Jika Ka Kb larutan garam bersifat asam.
Jika Ka Kb larutan garam bersifat basa.
2.5 Kerangka Berpikir