Mekanisme Kerja Desinfektan Jenis

e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid, fungisid, virusid dan juga sporosid. f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif, protozoa dan ragi Cadinda albicans.

2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan

Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut Tan Kirana, 2002 : 1. Kerusakan pada dinding sel Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai dibentuk. 2. Perubahan permeabilitas sel Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. 3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa diperbaiki kembali. 4. Penghambatan kerja enzim Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat Universitas Sumatera Utara kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. 5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.7 Penggunaan Desinfektan

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat. a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1. Golongan pertama a Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B. 1. Klorhexidine Hibitane, Savlon. 2. Cetrimide Cetavlon, Savlon. 3. Fenol-fenol Dettol. Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan : 1. Membersihkan cairan tubuh darah, feses, urin dan dahak. Universitas Sumatera Utara 2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah. 3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit 4. fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai. 2. Golongan kedua b Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B. a. Desinfektan yang melepaskan klorin. Contoh : Natrium hipoklorit pemutih, eau de javel, Kloramin Natrium tosilkloramid, Kloramin T Natrium Dikloro isosianurat NaDDC, Kalsium hipoklorit soda terklorinasi, bubuk pemutih. b. Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine Betadine, Iodine lemah 1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. 2. Aldehid : formaldehid formalin, glutaraldehid cidex.

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.

2.8 Jenis

– Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit a. Lysol mengandung bahan aktif lisol yang merupakan campuran kresol dan sabun. Menurut Volk dan Wheeler 1989 lisol sangat efektif sebagai bakterisid, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organik. b. Germisep mengandung Sodium Dikloroisocyanurate NaDCC Universitas Sumatera Utara c. So klin lantai mengandung Benzalkonium Klorida 1,5, d. Rinso mengandung Natrium Alkilbenzena Sulfonat 22, Natrium Fosfat 10 dan Natrium Karbonat 30 e. Bayclin mengandung NaClO 5,25 f. Karbol mengandung Pine Oil dan Creasylic Acid g. Wipol mengandung bahan aktif minyak atsiri yaitu minyak cemara. Menurut Lutony dan Rahmayati 2002 , salah satu kegunaan minyak atsiri yaitu pembunuh bakteri, sehingga dapat digunakan dalam membersihkan lantai rumah sakit sebagai upaya mencegah infeksi nosokomial.

2.9 Pengertian Pine Oil

Dokumen yang terkait

Efektivitas Beberapa Merek Desinfektan Dalam Menurunkan Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005

2 45 69

Kondisi Sanitasi Ruang Rawat Inap Kelas III Dan Penggunaan Desinfektan Terhadap Jumlah Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2015

22 251 106

Kondisi Sanitasi Ruang Rawat Inap Kelas III Dan Penggunaan Desinfektan Terhadap Jumlah Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2015

0 0 15

Kondisi Sanitasi Ruang Rawat Inap Kelas III Dan Penggunaan Desinfektan Terhadap Jumlah Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2015

0 0 2

Kondisi Sanitasi Ruang Rawat Inap Kelas III Dan Penggunaan Desinfektan Terhadap Jumlah Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2015

0 1 7

Kondisi Sanitasi Ruang Rawat Inap Kelas III Dan Penggunaan Desinfektan Terhadap Jumlah Angka Kuman Lantai Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan tahun 2015

0 4 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desinfektan - Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013

1 1 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013

0 2 7

EFEKTIVITAS DESINFEKTAN PINE OIL 1,5 + CREASYLIC ACID DAN PINE OIL 2,5 TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DELI MEDAN 2013 SKRIPSI

0 0 14

13 ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 0 8