Pada Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa jumlah produksi kopi arabika sebesar 318374 kgha dengan produksi rata-rata sebesar 6008,19 kg ha. Produksi ini jauh
lebih tinggi dibandingkan produksi kopi robusta sebesar 16748 kgha dengan produksi rata-rata sebesar 2022,705 kgha.
4.3.5. Analisis Efisiensi
Tingkat efisiensi produksi dapat dilihat secara teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis dapat ditunjukkan oleh hubungan fisik antara faktor-
faktor produksi dengan jumlah produksi yang dapat dihasilkan. Efisiensi teknis tercapai apabila kombinasi input yang terkecil dapat menghasilkan output yang
semaksimal mungkin pada jumlah tertentu. Selanjutnya, efisiensi ekonomi tercapai apabila biaya terendah dapat menghasilkan output yang semaksimal
mungkin dalam jumlah tertentu.
4.3.5.1.Analisa Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dapat dilihat melalui nilai elastisitasnya. Nilai elastisitas adalah perubahan jumlah produksi akibat perubahan faktor produksi yang
dinyatakan dalam bentuk persentase. Koefisien regresi pada fungsi produksi Cobb-Douglash sekaligus menunjukkan besaran elastisitas dengan ketentuan
sebagai berikut: MPX
e = 1 berarti efisien
1 ��
��1
= koefisien regresi = elastisitas e
e 1 berarti tidak efisien, sehingga perlu pengurangan nilai faktor produksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e 1 berarti tidak efisien, sehingga perlu penambahan nilai faktor produksi.
a. Luas Lahan
Pada variabel Luas lahan, nilai e
1
=
�� ��1
= β
1
b. Tenaga Kerja
= 0,611, yang artinya setiap penambahan 1 luas lahan akan menyebabkan peningkatan produksi kopi sebesar
0.611. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor produksi lahan tidak efisien dalam produksi kopi, dimana penggunaan lahan
sudah melewati batas efisiensi. Artinya, perlu pengurangan lahan untuk memproduksi kopi secara tepat guna. Hal ini juga berarti bahwa penambahan
lahan tidak menguntungkan lagi dalam upaya meningkatkan produksi kopi karena penambahan luas lahan sudah tidak sebanding lagi dengan peningkatan produksi
padi yang dapat dihasilkan.
Pada variabel Luas lahan, nilai e
2
=
�� ��1
= β
1
= 0,907, yang artinya setiap penambahan 1 luas lahan akan menyebabkan peningkatan produksi kopi sebesar
0,907. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor produksi tenaga kerja sudah mendekati efisien dalam produksi kopi, namun masih
perlu pengurangan tenaga kerja untuk memproduksi kopi secara tepat guna.
c. Umur Pohon
Pada variabel Umur pohon, nilai e
3
=
�� ��1
= β
1
= -0,602, yang artinya setiap pertambahan 1 umur kopi akan menyebabkan pengurangan produksi kopi
sebesar 0,602. Hal ini berarti, semakin tua umur kopi maka akan semakin rendah produktivitasnya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi di lapangan, bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA