Return to Scale Efisiensi

Kuantitas Y Per minggu P Y b B C A Y c D Y A Kuantitas X Per minggu X C Sumber: Nicholson, 2002. Gambar 2.2 Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi Teknis Pada gambar 2.3 garis batas PP’ memperlihatkan seluruh kombinasi dari dua barang barang X dan Y yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kombinasi keduanya pada PP’ dan di dalam batas kurva cembung adalah output yang mungkin diproduksi. Alokasi sumber daya yang dicerminkan oleh titik A adalah alokasi yang tidak efisien secara teknis karena produksi masih dapat ditingkatkan. Titik B contohnya berisi lebih banyak Y dan tidak mengurangi X dibandingkan dengan alokasi A.

2.1.3. Return to Scale

P X X A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Return to Scale RTSatau skala pengembalian merupakan hal yang paling sering diteliti dalam hubungan produksi. Skala pengembalian menunjukkan hubungan perubahan input secara bersama- sama dalam persentase terhadap perubahan output Sugiarto, 2000. Fungsi produksi jangka panjang yang paling umum dipakai adalah fungsi produksi dengan persamaan Q = aL b + c K b + c. Menurut Sugiarto 2000, jumlah pangkat b + c ini mempunyai signifikansi ekonomi yaitu skala pengembalian dengan tiga kemungkinan dalam nilai return to scale, yaitu: a. Jika nilai b+c sama dengan satu, skala pengembalian fungsi produksi tersebut konstan constant return to scale b. Jika nilai b+c lebih besar dari satu, dikatakan skala pengembalian menaik increasing return to scale artinya kenaikan input misalkan m persen akan diikuti kenaikan output sebesar lebih dari m persen. c. Jika nilai b+c kurang dari satu dikatakan skala pengembalian menurun decreasing return to scale, yang menunjukkan persentase kenaikan output lebih kecil dari persentase penambahan inputnya.

2.1.4. Efisiensi

Efisiensi tertumpu pada hubungan antara output dan input-input. Efisiensi mencerminkan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai Widyananto, 2010. Efisiensi merujuk pada output maksimum yang diperoleh atas penggunaan sejumlah sumber daya tertentu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apabila pencapaian output semakin tinggi daripada input yang digunakan maka hal itu menunjukkan efisiensi yang semakin besar. Miller dan Meiners 2000 memperjelas konsep efisiensi dengan membaginya ke dalam dua jenis yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. 2.1.4.1.Efisiensi Teknis Alokasi sumber daya yang efisien secara teknis adalah suatu pengalokasian sumber daya yang tersedia sedemikian rupa, sehingga untuk memproduksi satu atau lebih produk menyebabkan pengurangan produksi barang- barang lainnya Nicholson, 2002. Efisiensi teknis technical eficiency mengharuskan atau mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat memanfaatkan input yang lebih sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Dalam hal ini, proses produksi selalu diusahakan untuk meminimalkan biaya dan tidak menghendaki pemakaian input lebih banyak untuk menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Sebaliknya, dengan lebih sedikit input diusahakan pemaksimalan untuk mencapai jumlah output yang sama, atau bahkan lebih banyak. 2.1.4.2.Efisiensi Ekonomis Secara implisit, dalam konsep efisiensi ekonomis economy eficiency, terkandung gagasan bahwa yang terbaik adalah yang paling hemat biaya least- cost. Pada setiap tingkatan output, suatu perusahaan akan memiliki proses produksi secara ekonomis efisien jika perusahaan itu memanfaatkan sumber daya dan biaya untuk setiap unit outputnya berapa pun total outputnya paling murah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rendah. Konsep efisiensi ekonomis juga diperjelas oleh Nicholson 2002, dengan mendefenisikan bahwa alokasi sumber daya yang efisien secara ekonomis adalah sebuah alokasi sumber daya yang efisien secara teknis dimana kombinasi output yang diproduksi juga mencerminkan preferensi masyarakat. Menurut Soekartawi 2003, efisiensi merupakan sebuah optimalisasi produksi. Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut digunakan secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Menurut Soekartawi, penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis efisiensi teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomis kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Untuk menghitung efisiensi harga maka fungsi produksi yang digunakan adalah : Y = AXb ………………………………………………………………………2.4 atau Log Y = Log A + b Log X maka kondisi produksi marjinal adalah : ∂Y ∂X = b koefisien regresi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b adalah koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian , maka nilai produksi marjinal NPM faktor produksi X, dapat ditulis sebagai berikut : NPM = bYPy X ……………………………………………………………...2.5 dimana : b = elastisitas produksi Y = produksi Py = harga produksi X = jumlah faktor produksi X Kondisi efisien harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat dituliskan sebagai: bYPy X = Px ………………………………………………………………...2.6 atau bYPy XPx = 1 dimana : Px = harga faktor produksi X Dalam praktek, nilai dari Y, Py, X dan Px adalah diperoleh dari nilai rata- ratanya, sehingga persamaan 2.7 dapat ditulis : b Y Py X Px = 1 …………………………………………………………….2.7 Menurut Soekartawi 2003, yang sering terjadi di lapangan adalah kondisi pertanian pada persamaan 2.8 tidak dapat dicapai atau sulit dicapai karena berbagai hal, antara lain : a. Pengetahuan petani dalam menggunakan faktor produksi adalah terbatas; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Kesulitan petani dalam memperoleh faktor produksi dalam jumlah yang tepat waktu; c. Adanya faktor luar yang menyebabkan petani tidak berusaha secara efisien. Karena hal – hal tersebut, maka kemungkinan kondisi persamaan 2.7 dapat ditemuai sebagai berikut: 1. b.Y.Py XPx 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien. Agar bisa mencapai efisien, maka penggunaan faktor produksi X perlu di tambah. 2. NPM Px 1, hal ini berarti bahwa penggunaan faktor produksi X tidak efisien, sehingga perlu dilakukan pengurangan faktor produksi X agar dapat tercapai efisiensi. Nicholson 2002, mengatakan bahwa alokasi sumber daya disebut efisien secara teknis jika alokasi tersebut tidak mungkin meningkatkan output suatu produk tanpa menurunkan produksi jenis barang lainnya.

2.2. Penelitian Terdahulu