Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 )

(1)

ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA

UTARA ( 1968 – 1988 )

SKRIPSI SARJANA

O L E H

ALEX BOBY IRVANDA HUTASOIT

030706034

PEMBIMBING

Drs. Indera, M. Hum

NIP. 131 785 644

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA ( 1968-1988 )

Yang diajukan oleh : Nama : Alex Boby Irvanda H

NIM : 030706034

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing,

Drs. Indera, M. Hum tanggal………

NIP. 131 785 644

Ketua Departemen Sejarah,

Dra. Fitriaty Harahap, SU tanggal………

NIP. 131 284 309

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA ( 1968-1988 )

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

ALEX BOBY IRVANDA H NIM : 030706034

Pembimbing,

Drs. Indera, M. Hum NIP. 131 785 644

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, SU NIP. 131 284 309


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. NIP. 132 098 531

Panitia Ujian :

NO. Nama Tanda Tangan

1 ……….. ( ……….….. )

2 ……….. ( ………... )

3 ……….. ( ………... )


(6)

Ucapan Terima Kasih

Rasa syukur yang teramat besar dipersembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan tak lupa shalawat beriring salam dipersembahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan junjungan besar kita. Tak lupa juga diucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ayahanda, B. Hutasoit dan Ibunda Chairiyah Siregar yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama dalam masa pendidikan maupun pada masa penulisan skripsi ini baik itu berupa dukungan moril serta materiil, sehingga tidaklah cukup untuk membalas segala apa yang telah Ayahanda dan Ibunda perbuat.

2. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan.

3. Ketua Departemen Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, SU yang juga telah memberikan kesempatan untuk dapat menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan tanpa ada hambatan yang berarti.

4. Dosen Pembimbingku, Bapak Drs. Indera, M. Hum atas segala sesuatu masukan dan bimbingan dari yang telah diberikan, tanpa kontribusi dari Bapak, sulit kiranya untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Dosen Waliku, Ibu Dra. Fatimah, SU yang telah bersedia membimbingku


(7)

6. Para staf pengajar di Departemen Ilmu Sejarah, yang telah memberi ilmu dan pengetahuannya, semoga apa yang sudah didapat berguna dalam kehidupan.

7. Bang Ampera yang betul-betul banyak memberikan bantuan dan

masukan-masukan yang sangat berguna, sehingga bantuan dan jasa yang diberikan tidak akan pernah terlupakan.

8. Seluruh keluargaku mulai dari Abangku Berry dan Rico, Nek Toom yang dapat dikatakan sebagai Ibu juga bagiku, Tonggek, Heru, Kak Onya, Kak Inur, dua keponakanku Roshan dan Raihan yang telah menjadi kawan bermainku, dan yang terakhir Bou Intan yang selalu bersedia membantu dalam keadaan apapun.

9. Seseorang yang selalu mendampingiku dalam keadaan susah dan senang, Fitria Parinduri, sehingga tanpamu mungkin aku takkan bisa seperti ini. 10. Miaz, yang telah banyak memberikan bantuan baik ide,

masukan-masukan, informasi dan sumber-sumber yang dibutuhkan selama penulisan skripsi ini.

11. Kepada seluruh sahabatku di Departemen Ilmu Sejarah, terutama Lucki, Dedi Irawan dan Rahman sebagai sahabat yang paling mengerti diriku, seluruh teman stambuk 03, dan terakhir buat sahabat-sahabatku di luar kampus, Ayie, Iwan, Amoy, Muneh, Ook, Surep, Tommy, Heru, dan yang tak dapat disebut satu persatu, namun nama kalian akan selalu diingat.

Medan, Desember 2007


(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi untuk meraih gelar kesarjanaan. Tak lupa shalawat beriring salam penulis limpahkan kepada Muhammad SAW sebagai junjungan umat manusia yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Adapun skripsi yang ditulis mengenai Organisasi Amatir Radio Indonesia

di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 ). Skripsi ini ditujukan untuk menyelesaikan

pendidikannya sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan. Sangat disadari bahwa di dalam skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu diharapkan agar munculnya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat mencapai kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.

Medan, November 2007


(9)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….………i

Daftar Isi ……….ii

Abstrak …………..………...iii

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..………..…1

1.2 Rumusan Masalah ………5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………6

1.4 Tinjauan Pustaka ………6

1.5 Metode Penelitian ………....………8

BAB II PENGERTIAN RADIO SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI …11 2.1 Arti Penting Radio Sebagai Komunikasi ………11

2.2 Radio Sebagai Alat Komunikasi Massa ………14

2.3 Radio Sebagai Media Elektronika ………17

2.4 Pengaruh Radio Amatir Dalam Penyebaran Informasi …………19

BAB III LATAR BELAKANG ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA ……….…...23

3.1 Sejarah Berdirinya ORARI ………23

3.2 Tugas, Tujuan dan Fungsi ORARI ………27

3.3 Keanggotaan ORARI ………35

3.4 Struktur Organisasi ORARI ………40

3.5 Hak dan Kewajiban Anggota ORARI ………43


(10)

BAB IV EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI

SUMATERA UTARA ………53

4.1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara ………53 4.2 Peran Serta ORARI Sebagai Media Komunikasi

Dalam Pembangunan Nasional ………60 4.3 Dampak dan Respon masyarakat terhadap ORARI …………67 4.4 ORARI Mengahadapi Persaingan Teknologi Media Elektronik …73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………76

5.1 Kesimpulan ………76

5.2 Saran ………79

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(11)

Abstrak

Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) di Sumatera Utara sebagai wadah atau tempat untuk bernaungnya para amatir radio terutama yang ada di Sumatera Utara. Dapat dikatakan bahwa segala sesuatunya yang bersangkutan dengan kegiatan radio amatir dikendalikan dan diatur oleh ORARI. Semenjak munculnya ORARI terutama di Sumatera Utara, segala sesuatunya yang berkaitan dengan komunikasi radio dapat berjalan lancar dengan adanya kontribusi dari ORARI melalui para anggota dan pengurusnya. Sampai sekarang ini masih dapat dirasakan hasil dan andil dari ORARI tersebut terhadap kemajuan di bidang komunikasi radio, yakni dengan banyaknya peralatan komunikasi anggota ORARI yang sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air seperti Handy Talkie/Walkie Talkie dan radio-radio pemancar. Selain itu, ORARI dianggap sebagai tempat pendidikan non formal, dimana para anggotanya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih mengenai komunikasi radio, karena anggotanya harus terus belajar berbagai pengetahuan ilmu komunikasi, hingga tercipta seorang anggota ORARI yang dapat dijadikan sebagai sumber daya manusia yang dapat dambil manfaatnya. Dalam bidang kemanusiaan sumbangsih ORARI sudah terlihat nyata, seperti bantuan komunikasi pada bencana-bencana alam, SAR hingga pada bantuan komunikasi pada acara-acara penting, misalnya pada Pemilu-Pemilu yang dilakukan Pemerintah ORARI turut ambil peranan melalui para anggotanya.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang masa lalu, di mana peristiwa-peristiwa yang terjadi itu tanpa disadari telah membawa banyak perubahan bagi seseorang bahkan masyarakat. Setiap peristiwa penting yang terjadi menjadi peristiwa sejarah, termasuk sejarah komunikasi. Seperti yang diketahui, bahwa manusia sejak zaman dahulu memerlukan dan melakukan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi proses kelangsungan hidup tentu akan sangat terhambat terutama terhadap apa yang disebut dengan kemajuan.

Di zaman dahulu, komunikasi sudah tentu tidak semaju dengan saat ini, namun tetap saja manusia dan makhluk hidup lainnya memerlukan dan melakukan komunikasi. Ketika bahasa belum ada dipergunakan, manusia melakukan komunikasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan gerakan tubuh, sampai pada akhirnya semakin lama komunikasi itu semakin berkembang terutama sampai ditemukannya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi utama.

Komunikasi berasal dari kata latin cum berarti dengan, bersama dengan, dan unus berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata communio yang dalam bahasa inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan 1).

Komunikasi itu berkembang seiring dengan berkembangnya sejarah. Sejarah mengenai proses komunikasi manusia sejalan dengan rentang waktu yang

1)

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius, 2003, hlm. 10


(13)

berjalan dan menjadikan bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi pada manusia menjadikan segala sesuatunya lebih mudah dicerna, termasuk pada penulisan-penulisan mengenai kehidupan manusia pada zaman dahulu masih bisa dipelajari melalui tulisan-tulisan yang ada pernah ditulis oleh sejarawan. Tulisan inilah yang menjadikan kehidupan manusia lebih berkembang dan semakin lama semakin maju.

Rekonstruksi peristiwa masa lalu yang dituangkan melalui media tulisan disebut Historiografi. Melalui buku-buku sejarah yang banyak ditulis oleh sejarawan maka dapat diketahui peristiwa-peristiwa masa lalu yang pernah terjadi bahkan jauh sebelum lahir kedunia ini. Tulisan-tulisan sejarah ini berguna bagi manusia untuk memahami dan merefleksikan kejadian-kejadian itu kedalam kehidupannya.

Dalam perkembangan sejarah di Indonesia, peranan komunikasi dan teknologi sangat berpengaruh bagi terwujudnya kemajuan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bagaimana peranan media elektronik dan media cetak dalam penyebaran berita diawal kebangkitan nasional di Indonesia, terutama radio, televisi, surat kabar, telepon, dan sebagainya. Perkembangan telekomunikasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan mulai menyebar ke daerah-daerah termasuk kota Medan 2).

Radio dalam hal ini bukan sekedar media sebagai hiburan masyarakat atau yang biasa disebut dengan radio siaran seperti Radio Republik Indonesia ( RRI ), namun pengertian radio yakni komunikasi yang dilakukan oleh individu yang satu

2)

Arie Adriadi, PT Radio Pasopati Perkasa di Kota Medan – Sumatera Utara 1971 – 1975,


(14)

dengan individu yang lain untuk bertukar informasi atau disebut juga radio amatir. Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Jadi radio amatir tidak mengadakan programa dalam bentuk kesenian, sandiwara, warta berita, hiburan berupa musik dan lain sebagainya, melainkan hanya percakapan saja 3). Namun oleh masyarakat umum semua siaran radio di luar RRI adalah radio amatir 4).

Kegiatan ini juga semata-mata dilakukan sebatas hobi oleh mereka yang mempunyai bakat radio amatir atau disebut juga dengan Amatir Radio. Amatir radio adalah setiap orang yang diberi izin karena berminat teknik radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan atau komersial. Tetapi pada kenyataannya kegiatan komunikasi ini pada masa kemerdekaan merupakan kegiatan yang terlarang, dikarenakan pada sekitar masa kemerdekaan pihak Jepang sangat berkuasa, tepatnya setelah pihak Belanda dengan seluruh angkatan perangnya menyerah kalah kepada Jepang. Sejak itu bekas kawasan Hindia Belanda berlaku pemerintahan Jepang. Sebagai konsekwensinya segala sesuatu berlaku menurut kehendak tentara pendudukan Jepang 5).

Demikian halnya mengenai radio, yang mana hanya untuk kepentingan Jepang saja radio itu dapat digunakan, misalnya mengenai informasi-informasi mengenai pihak sekutu. Pada saat itu Jepang menggunakan radio untuk kepentingan militer Jepang. Politik siaran radio Jepang adalah menanam ke dalam jiwa bangsa Indonesia “Nippon Seisin”, mempropagandakan agar rakyat

3)

Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1990, hlm. 66

4)

Arie Adriadi, loc. cit., 5)

H. Muhammad T.W.H, Peranan Radio di Masa Perang Kemerdekaan di Sumatera Utara, Medan : Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan R.I, 2000, hlm. 17


(15)

Indonesia menyumbangkan segala tenaga, pikiran dan sebagainya untuk kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik ( Perang Asia Timur Raya ) 6).

Namun semangat perjuangan rakyat pada saat itu begitu meluap-luap. Segala sesuatu usaha yang merintangi kemerdekaan ditantang dan dilawan oleh para pejuang, termasuk pejuang dan pekerja radio. Mereka tidak setuju terhadap pihak Jepang yang telah menyerah kepada pihak sekutu sekitar tahun 1945 untuk menyerahkan peralatan-peralatan penting di bidang radio. Dalam situasi tegang dan panas ditambah protes oleh gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohd. Hasan, para pekerja radio atau pejuang dibidang radio bekerja tanpa kenal lelah dan tidak menghiraukan resiko, mereka bekerja terus untuk memasang pemancar 7).

Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 segala kegiatan komunikasi radio belum terorganisir. Sampai akhirnya pada tahun 1966 yakni setelah pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru terjadi banyak perubahan dalam masyarakat akibat perubahan politik. Situasi peralihan itu merupakan kesempatan yang baik bagi mereka yang mempunyai minat radio amatir untuk mulai menunjukkan kemampuan dan pengetahuannya.

Rasa keingintahuan beberapa anggota masyarakat itu lebih besar daripada ketakutan akan larangan pemerintah terhadap kegiatan komunikasi radio. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan bagi pemerintah untuk mempertimbangkan agar dapat membina dan memajukan minat elektronika dan komunikasi radio agar tidak liar dan dapat dimanfaatkan, sehingga perlu mengeluarkan suatu Peraturan Pemerintah No : 21 Tahun 1967 tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah inilah terbentuk sebuah organisasi yang bergerak

6)

ibid., hlm. 22-23 7)


(16)

khusus menangani segala sesuatunya yang menyangkut kegiatan radio amatir yaitu Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ).

Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) berdiri secara nasional pada tanggal 9 Juli 1968 di Jakarta. Dikatakan berdiri secara nasional karena ORARI berdiri resmi serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera Utara. ORARI ini merupakan wadah komunikasi radio resmi pertama di Indonesia. ORARI merupakan suatu bentuk organisasi yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengawasan dan penggunaan gelombang radio, khususnya yang dialokasikan bagi kegiatan radio amatir dan juga memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio 8).

1. 2 Rumusan Masalah

ORARI mempunyai peran yang penting dalam menyampaikan informasi yang benar pada masyarakat, karena ORARI merupakan organisasi yang resmi ada di Indonesia dan disetujui oleh pemerintah Indonesia. ORARI adalah Induk organisasi dari amatir radio yang ada di Indonesia. Jadi seluruh amatir radio berada dibawah naungan dan pengawasan ORARI Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai Orari dan perkembangannya di Sumatera Utara. Sesuai dengan judulnya yaitu “Organisasi Amatir Radio Indonesia di Sumatera Utara ( 1968 – 1988 )”, maka dibuatlah suatu batasan masalah. Hal ini dilakukan agar tulisan ini tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas. Adapun masalah yang akan dibahas dan dikaji adalah sebagai berikut :

8)


(17)

1. Mengapa ORARI berdiri di Sumatera Utara ?

2. Bagaimana perkembangan ORARI di Sumatera Utara ?

Batasan masalah antara tahun 1968-1988 karena secara nasional ORARI diresmikan pada tanggal 9 Juli 1968, diakhiri tahun 1988 karena mengikuti masa bakti kepemimpinan dari ORARI dan Musyawarah Nasional ( Munas ) dilakukan setiap 5 tahun sekali 9), dan ORARI mengalami masa jayanya disekitar tahun tersebut.

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yang akan dipaparkan oleh penulis, yakni untuk mengetahui, antara lain :

1. Latar belakang berdirinya ORARI di Sumatera Utara. 2. Perkembangan ORARI di Sumatera Utara.

Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk lebih memperkenalkan sejarah ORARI sebagai media komunikasi dan informasi.

2. Untuk lebih memperluas pengetahuan tentang eksistensi ORARI sebagai alat komunikasi di Sumatera Utara.

1. 4 Tinjauan Pustaka

Menurut H. Muhammad T.W.H, dalam buku yang berjudul “ Peranan Radio Di Masa Perang Kemerdekaan “. Buku ini menjelaskan salah satu bukti sejarah tentang peranan radio sebagai salah satu unsur komunikasi massa dalam

9) ibid.,


(18)

melaksanakan misinya merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Di dalam buku ini sangat jelas diungkapkan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia di dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan dengan senjata saja, tetapi juga dilaksanakan melalui senjata-senjata media massa seperti salah satunya yaitu melalui pemancar-pemancar yang dilahirkan oleh para pejuang radio di Sumatera Utara. Selain itu juga menceritakan sedikit mengenai sejarah lahirnya radio sebagai salah satu unsur komunikasi massa.

Menurut Onong Uchjana Effendi yang berjudul “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek “, menjelaskan tentang apa itu radio mulai dari sejarahnya, perkembangannya dari masa ke masa, sampai kegunaannya sebagai media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat pada zaman sekarang ini. Dengan adanya komunikasi maka akan terjadi perubahan dan peralihan dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang lebih maju, khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan. Oleh karena itu tidak hanya diperlukan mahasiswa Ilmu Komunikasi, tetapi juga dapat berguna bagi para mahasiswa lainnya ataupun siapa saja yang senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

“ Buku Panduan MUNAS VII & HAMFEST 2001 " yang ditulis oleh team ORARI, dimana buku ini bersifat panduan khusus terhadap anggota-anggota ORARI dalam mengikuti dan melaksanakan Musyawarah Nasional. Buku ini juga mencantumkan tugas-tugas ORARI sebagai media komunikasi radio amatir, struktur organisasi dan hukum ORARI, hak dan kewajiban keanggotan ORARI,


(19)

keanggotaan ORARI, fungsi ORARI, etika berkomunikasi terutama ala amatir radio, kode etik dalam amatir radio,dan kegiatan-kegiatan anggota ORARI.

Putra Azhari dalam skripsinya yang berjudul “ Peranan Radio Rimba Raya Dalam Mempertahankan kemerdekaan di Aceh ( 1945 – 1949 ) “, menceritakan bahwa Radio Rimba Raya sebagai salah satu contoh radio di masa kemerdekaan yang berhasil membuktikan bahwa radio secara tidak langsung berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, hanya saja Radio Rimba Raya merupakan radio siaran. Jadi buku ini dijadikan sebagai bahan perbandingan antara radio amatir dengan radio siaran yang mana pada awal kemerdekaan hampir mempunyai kemiripan, misalnya dari segi kegunaan bahwa Radio Rimba Raya tidak digunakan sebagai media hiburan tetapi sebagai alat penyampaian informasi penting mengenai penjajah dan penyampaian informasi kemerdekaan ke kota-kota lain agar dapat didengar oleh masyarakat luas. Sama halnya dengan radio amatir yang digunakan sebagai alat informasi dan komunikasi antar individu.

1. 5 Metode Penelitian

Di dalam melakukan penelitian, maka diperlukan adanya sebuah metode penelitian yang memudahkan penelitian untuk menghasilkan sebuah tulisan sejarah yang baik. Pengertian dari metode sejarah adalah suatu proses yang benar berupa aturan-aturan yang dirancang untuk membantu dengan efektif dalam mendapatkan kebenaran sejarah. Sedangkan untuk mendapatkan kebenaran sejarah diperlukan adanya ketentuan-ketentuan ( metode ) yang baku.


(20)

Di dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Heuristik, yaitu merupakan langkah dimana penulis mengumpulkan

data-data yang mendukung dalam menyelesaikanpenelitian. Adapun data-data-data-data yang didapat yaitu buku, arsip, dokumen, koran, artikel, dan hasil wawancara yang berhubungan dengan judul. Dalam mengumpulkan data-data itu penulis membagi lagi kedalam beberapa langkah lagi, yaitu sebagai berikut :

a) Metode penelitian lapangan ( field research ) yaitu mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dianggap mampu memberikan masukan-masukan yang berarti sebagai sumber penelitian seperti wawancara tokoh ORARI Sumatera Utara misalnya wawancara dengan Dr. Sugito Husodowijoyo selaku ketua ORARI Sumatera Utara tahun 1972.

b) Metode penelitian kepustakaan ( library research ) yaitu berusaha mengumpulkan buku, arsip, dokumen, majalah dan artikel yang dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan.

2. Kritik, yaitu melakukan kritik terhadap semua sumber yang telah

dikumpulkan dan diverifikasi dengan tujuan agar dapat diperoleh sumber yang betul-betul terpercaya, validitas dan akurat, dimana kritik ini terbagi dua :

a) kritik ekstern yaitu memeriksa dengan teliti sumber tersebut dari bagian luar sumber tersebut, dimulai dari bentuk tulisan, penerbit


(21)

dan lain-lain sehingga dapat dilihat apakah sumber yang digunakan betul-betul orisinil atau tidak.

b) Kritik intern yaitu dengan cara melihat isinya apakah dapat diterima sebagai kenyataan dan menyoroti penulis sumber apakah ia dapat memberikan kesaksian yang benar sehingga dapat diketahui kredibilitas sumber tersebut.

3. Interpretasi, yaitu setelah sumber-sumber tersebut dapat dibuktikan

otensitasnya kemudian sumber-sumber tersebut diolah dan dikembangkan serta ditafsirkan sehingga menjadi fakta sejarah yang benar.

4. Historiografi, yaitu tahap akhir dari penulisan, atau dapat juga dikatakan dengan penulisan akhir dari suatu penelitian yang diperoleh dari fakta-fakta, dilakukan secara sistematis dan kronologis.


(22)

BAB II

PENGERTIAN RADIO SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI

2. 1 Arti Penting Radio Sebagai Komunikasi

Perkembangan komunikasi sangat ditentukan oleh dinamika kehidupan manusia. Semakin maju tingkat peradaban manusia, akan semakin maju pula alat komunikasi yang diperlukan. Pada waktu manusia belum mengenal alat komunikasi modern, mereka mempergunakan masa media sebagai alat komunikasi dengan bermacam-macam cara, seperti mengadakan pesta-pesta, mengadakan musyawarah-musyawarah dan sebagainya. Adakalanya mereka juga mempergunakan alat bunyi-bunyian, menyalakan api, berteriak-teriak diantara lembah-lembah, membuat tanda-tanda dengan asap, menyalakan obor, menaikkan bendera, melambaikan tangan dan berbagai lambang komunikasi lainnya 10).

Semuanya itu semakin berkembang ketika alat komunikasi berupa radio ditemukan dan dikembangkan oleh beberapa tokoh-tokoh terkenal. Sejarah lahirnya radio dimulai pada tahun 1902 oleh Dane yang berhasil menciptakan penerimaan pesan ( message ) dalam jarak pendek dengan menggunakan kawat beraliran listrik. Kemudian penemuan lain lagi bagi perkembangan radio yakni oleh seorang ahli teori ilmu alam yang berkebangsaan Inggris bernama James Maxwell, dimana ia berhasil menemukan rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetik sebagai gelombang yang digunakan radio dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetik tersebut juga dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan jalur eksperimen. Selain membuktikan bahwa rumus

10)

Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi Di Daerah : Radio Rimba Raya Di Aceh,


(23)

Maxwell adalah benar, Hertz juga dapat membuktikan bahwa dengan suatu permukaan dari logam yang cocok gelombang elektromagnetik dapat direfleksikan kepada suatu cahaya. Setelah Hertz, muncul Guglielmo Marconi seorang kebangsaan Italia yang berhasil menemukan perangkat komunikasi tanpa kabel atau disebut juga dengan radio 11).

Perkembangan komunikasi semakin besar dimana sejak ditemukannya radio, maka berkomunikasi jarak jauh sudah dapat dilakukan melalui gelombang radio. Radio adalah sistem pengiriman dan penerimaan informasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Dengan sistem ini kita bisa menerima dan mengirimkan informasi jarak jauh dalam waktu yang sangat singkat.

Secara umum radio dapat diartikan sebagai suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan dan menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa radio adalah semua peralatan yang dapat dipergunakan manusia atau pemerintah untuk menyalurkan pendapat, pesan dan buah pikiran sehingga terjadi hubungan antara individu dengan individu, antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya, serta hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Radio sebagai salah satu alat komunikasi memegang peranan penting dalam menyebarkan informasi, sehingga mendapat julukan sebagai kekuatan kelima / the fifth sense setelah lembaga edukatif ( pemerintah ), legislatif ( parlemen ), yudikatif ( lembaga peradilan ) dan pers atau surat kabar. Sebenarnya

11)


(24)

televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio hanya dapat didengar, tetapi televisi selain dapat didengar ( auditif ) juga dapat dilihat ( visual ). Walaupun demikian belum pernah televisi diberi julukan kekuatan keenam. Oleh karena itulah kalau dalam suatu negara terjadi revolusi atau peperangan, kudeta, pemberontakan dan sebagainya, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menguasai radio 12).

Radio merupakan media komunikasi yang tidak kurang penting dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Radio merupakan media komunikasi yang relatif baru kalau dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti film, bahasa non linguistik, bahasa tulisan dan media surat kabar. Namun demikian peranan dan pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Melalui radio dapat disiarkan segala bentuk dan segala siaran. Jangkauan radio dapat mencapai sasarannya dalam jarak jauh tanpa mengenal adanya batasan ruang dan letak geografis dari suatu tempat. Peranan radio sebagai alat komunikasi dapat dipergunakan oleh manusia dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan aman maupun dalam situasi perang.

Fleksibilitas dari fungsi radio dapat dilihat pada kapal-kapal yang mempergunakan radar untuk menentukan posisinya baik dalam cuaca cerah maupun saat cuaca kabut. Berita-berita cuaca, peringatan-peringatan dalam pelayaran, tanda-tanda tertentu dan semua informasi lain dikirim lewat radio. Dalam situasi kabut pesawat-pesawat terbang yang melakukan penerbangan juga ditentukan melalui radio. Mobil polisi, ambulans dan berbagai kendaraan lainnya ditentukan pula oleh informasi yang diterima melalui alat komunikasi radio.

12)


(25)

Oleh karena itu radio sangat berperan dalam menyebarluaskan informasi terutama pada masa revolusi fisik. Peranan radio bahkan lebih penting daripada media cetak lainnya seperti surat kabar. Radio merupakan alat komunikasi yang sederhana dan praktis serta dapat mencapai sasarannya tanpa harus ada alat pengantar yang lain, sedangkan surat kabar disamping harus melalui proses penerbitan juga harus ada alat pengangkut untuk mencapai sasarannya. Oleh karena itu dalam situasi peperangan atau pada saat negara sedang terancam media radio lebih praktis fungsinya daripada surat kabar.

Begitu pentingnya alat komunikasi radio dalam kehidupan manusia terutama dalam situasi genting atau peperangan. Bahkan dalam era pembangunan ini peranan radio masih dirasakan kegunaannya, selain dapat menyampaikan informasi berupa berita radio juga berperan sebagai media hiburan, reklame dan berbagai aneka kebutuhan informasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. 2 Radio Sebagai Alat Komunikasi Massa.

Yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah bentuk penyampaian komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah besar orang atau khalayak. Contoh media massa adalah radio, televisi, surat kabar, dan film. Keempat media ini berkembang dan mengalami kemajuan yang pesat. Media massa tersebut dapat menjangkau ribuan bahkan jutaan khalayak di berbagai tempat.

Mass media sebagai alat komunikasi selalu dibutuhkan oleh umat manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam suatu negara alat komunikasi mampu mempersatukan masyarakat dalam suatu wadah negara kesatuan.


(26)

Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu :

1. Sebagai alat memberikan informasi ( fungsi Komunikatif ), artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui, memahami sesuatu.

2. Sebagai alat yang mendidik ( fungsi edukatif ), artinya isinya dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan moral seseorang.

3. Sebagai alat menghibur ( fungsi entertaintment ), yakni melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya, mengisi waktu luangnya 13) .

Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. Tak ada sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal elektromagnetik yang dipancarkan oleh pemancar radio. Radio sebagai salah satu jenis media massa ( mass media ), adalah sarana atau saluran komunikasi massa seperti halnya surat kabar, majalah dan televisi. Ciri khas utama radio sebagai komunikasi massa adalah Auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu 14).

Komunikasi yang dilakukan di radio seperti halnya di media massa lain yaitu komunikasi massa yakni komunikasi kepada orang banyak ( massa ) dengan menggunakan media. Radio sebagai alat komunikasi massa merupakan yang paling efektif dibandingkan yang lainnya, karena informasinya dapat disampaikan

13)

Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm. 11

14)

Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism, Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia, 2004, hlm. 19


(27)

dan diterima dalam waktu yang singkat, ditambah lagi bahwa radio dapat menjadi faktor penting dalam penyebaran informasi di dalam sebuah kesatuan atau negara, contohnya yaitu bagaimana ketika proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 dapat disiarkan ke seluruh penjuru tanah air bahkan ke seluruh penjuru dunia.

Karena termasuk media massa, radio juga memiliki karakteristik media massa sebagai berikut :

1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak atau orang banyak. Siapa saja boleh mendengarkan dan menggunakan radio, tidak ada batasan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh.

2. Universalitas, dimana pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak.

3. Periodesitas, maksudnya yaitu tetap atau berskala, misalnya harian atau mingguan.

4. Kontinuitas, dimana berkesinambungan atau terus menerus sesuai dengan periode mengudara.

5. Aktualitas, dimana berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik 15).

Peranan radio sebagai media massa dalam pembangunan nasional tidak diragukan lagi keberadaannya. Fungsinya sebagai agen pembaharu ( agent of change ) menempatkannya menduduki posisi penting. Letak peranannya adalah

15)


(28)

dalam hal membantu proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang lebih maju, khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembaharuan. Radio adalah medium yang berperan dalam pembangunan. Kebijaksaan dan program pembangunan pemerintah disebarluaskan melalui medium ini.

2. 3 Radio Sebagai Media Elektronika

Radio adalah salah satu diantara media elektronika disamping televisi dan film. Media ini sama penting perannya seperti media cetak surat kabar, majalah dan lain-lain dalam menyampaikan pesannya kepada masyarakat. Perbedaan masing-masing media dapat ditinjau dari berbagai aspek, misalnnya dari sifat lambang komunikasi yang digunakan untuk mengkonkritkan pesan-pesan yang disampaikannya. Hal ini akan jelas terlihat antara media cetak seperti surat kabar dan majalah dengan media elektronika seperti radio, televisi, dan film. Malahan sesama media elektronika juga berbeda, misalnya antara televisi dengan radio 16).

Media cetak seperti surat kabar atau majalah, menyampaikan informasi dengan lambang-lambang tercetak, sehingga menerpa indera penglihatan. Karena lambang yang digunakan dominan bahasa tulisan, maka dituntut kemampuan membaca dari khalayaknya. Akibatnya, seseorang harus benar-benar memperhatikan untuk dapat mencerna isinya. Apalagi, media ini berusaha memberikan informasi yang lebih luas dan komprehensif mengenai objek dan isu yang diberitakan. Apabila kurang dimengerti seseorang dapat berulang-ulang

16)


(29)

melihat dan membacanya, dapat diangsur memahaminya, tergantung keinginan. Mau dimulai dari bagian awal, bagian tengah atau bagian akhirnya, tergantung pembaca. Ini bisa terjadi karena sifat lambang yang digunakannya mampu menguasai waktu, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Televisi dan film lambangnya bersifat audio visual, sehingga dapat menerpa indera dan mata telinga seseorang. Untuk itu memang tidak mutlak membutuhkan syarat kemampuan membaca dari khalayaknya. Namun sinkronisasi antara lambang suara dan gambar terkadang tulisan mengharuskan seseorang memusatkan perhatian untuk mendengar dan melihat sehingga dapat memahaminya secara utuh. Karena visualisasi gambar hidup yang disampaikannya maka kelebihan media ini adalah bahwa lambang-lambangnya dapat menggambarkan sesuatu objek lebih mendekati kebenaran.

Sebagai salah satu media elektronika, radio mempunyai sifat-sifat khas yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Lambang komunikasi radio bersifat auditif, terbatas kepada rangkaian suara atau bunyi yang hanya menerpa indera telinga. Karenanya radio tidak menuntut khalayaknya untuk memiliki kemampuan membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar. Begitu sederhananya persyaratan yang dituntut radio. Dengan keterbatasan itu radio memiliki keunggulan.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, generasi pesawat radio transistor berukuran kecil dengan kemampuan daya tangkap yang tinggi, serta harganya relatif murah. Orang dapat menggunakannya dimana saja. Jadi siapa saja, kapan saja, dimana saja, mengenai apa saja, orang bisa menggunakan dan mendengarkan


(30)

radio. Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari kalangan paling bawah sampai kalangan tingkat atas. Komunikasi dan informasi melalui radio lebih aktual, dan lebih cepat penyampaiannya, karena secara teknis lebih memungkinkan dibanding dengan media lain seperti surat kabar atau televisi.

2. 4 Pengaruh Radio Amatir Dalam Penyebaran Informasi dan Komunikasi

Seperti yang telah diutarakan di atas sebelumnya bahwa radio terbagi kedalam dua bagian yaitu radio siaran ( broadcast ) dengan radio amatir. Tetapi yang dibahas di sini adalah radio amatir.

Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya dengan tujuan untuk saling berkomunikasi. Kegiatan radio amatir di Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, meskipun tidak diketahui secara pasti tahun berapa kegiatan ini dimulai.

Kegiatan ini dilakukan oleh para amatir radio yang merupakan sebutan untuk mereka yang mempunyai hobi di bidang elektronika radio untuk menyalurkan hasrat amatirisme. Amatir radio adalah setiap orang yang diberi izin karena berminat teknik radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan atau komersial. Kesibukan mereka hanya demi pengetahuan atau pendidikan, penyelidikan dan percobaan dalam bidang komunikasi radio.

Para amatir radio ini umumnya berkenalan lewat udara, bertukar pikiran, serta menyampaikan penemuan-penemuan mereka dari hasil percobaaan yang telah mereka lakukan. Mereka berkomunikasi dengan cara dan gaya yang khas. Tidak ada pembatasan umur, jenis kelamin, jabatan, keahlian, bangsa, bahasa, dan


(31)

agama. Tukar menukar informasi dapat saja dilakukan mulai dari kepala pemerintahan di suatu negara dengan rakyat biasa. Dari seorang pengusaha besar di Jepang dengan seorang pelajar di Amerika atau dari seorang pelaut yang sedang berlayar di lautan pasifik dengan seorang ibu rumah tangga di Indonesia.

Bantuan-bantuan yang positif di bidang komunikasi dan informasi sudah banyak yang disumbangkan oleh amatir radio. Salah satu contoh nyatanya yaitu ketika pecah perang kemerdekaan tahun 1945-1949, dimana mereka ikut berjuang melalui kegiatan komunikasi radio dan menjadi corong perjuangan dengan memberitakan perkembangan keadaan republik yang masih muda.

Informasi-informasi yang mereka kirimkan kebanyakan merupakan berita mengenai keadaan cuaca, berita kecelakaan, berita SAR, kebakaran, panggilan-panggilan darurat, keamanan dan ketertiban di masyarakat, dan lain-lain. Ditambah lagi bahwa kegiatan radio amatir digunakan sebagai alat komunikasi darurat atau cadangan, guna membantu pemerintah ataupun masyarakat. Semuanya itu merupakan ciri khas dari amatir radio yang mengutamakan nilai-nilai pelayanan amatirisme radio kepada masyarakat banyak sebagai bantuan komunikasi yang bersifat sukarela dan non komersil.

Keahlian dan keterampilan yang dimiliki para amatir radio, merupakan sumber daya masyarakat yang sewaktu-waktu apabila sarana komunikasi pemerintah terganggu, jasanya dapat diperlukan pemerintah untuk menyelenggarakan jaringan komunikasi dalam keadaan daurat. Di lingkungan kediamannya, amatir radio tidak hanya menunggu kapan tenaganya diperlukan. Mereka selalu siap membantu dalam keadaan darurat yang sewaktu-waktu bisa


(32)

terjadi disekitarnya, seperti kebakaran, banjir, kecelakaan yang menyangkut jiwa manusia dan sebagainya.

Secara organisatoris, amatir radio selalu bekerja sama dengan Badan Nasional yang menyangkut jiwa manusia ( SAR ). Amatir radio melakukan semua itu tanpa pamrih. Peraturan pemerintah melarang kegiatan radio amatir menerima upah atas jasa-jasa yang telah mereka berikan. Seperti halnya Pramuka, amatir radio bila diperlukan selalu siap untuk mendarmabaktikan tenaga dan keahliannya bagi masyarakat. Bencana alam, selalu timbul tanpa peringatan dan telah membuat repot instansi pemerintah yang menanganinya. Pada saat itulah amatir radio radio selalu tampil untuk menyumbangkan tenaganya bagi kepentingan masyarakat. Dengan jalan menciptakan jaringan komunikasi darurat, para amatir radio membantu para petugas dalam melaksanakan tugas mereka dengan sebaik-baiknya.

Bila kita ingat kembali bencana-bencana alam yang selama ini terjadi di dalam negeri sendiri, diantaranya :

X Tahun 1983 dan 1984, gunung api Soputan di Sulawesi Utara meletus dan menimbulkan banyak korban jiwa

X Kecelakaan pesawat PANAM di Bali

X Kecelakaan kapal TAMPOMAS di Laut Jawa

X Tahun 1985, meletusnya gunung Galunggung di Jawa Barat setelah ‘tidur’ sekian lama, hingga menimbulkan bencana yang luar biasa.

X Banjir, baik dalam skala kecil maupun besar, dan sebagainya.

Dalam kejadian-kejadian seperti tersebut di atas, peranan amatir radio selalu menonjol baik di dalam penyelenggaraan komunikasi dan informasi darurat


(33)

melalui radio maupun dalam memberikan jasa-jasa pencaharian dan penyelamatan jiwa manusia 17).

Amatir radio melakukan komunikasi radionya hanya dengan sesama amatir radio lainnya. Ia hanya beroperasi pada frekuensi radio yang telah dialokasikan khusus untuk radio amatir. Namun pemerintah perlu untuk mengeluarkan sebuah keputusan mengenai kegiatan ini, karena penggunaan frekuensi dan gelombangnya memang belum teratur. Dengan alasan ini maka Organisasi Amatir Radio Indonesia ( ORARI ) dibentuk. Organisasi inilah yang kemudian menjadi satu-satunya wadah resmi dan disahkan oleh negara Indonesia guna menghimpun para amatir radio di Indonesia.

17)

AMATIR RADIO Media Komunikasi Organisasi Amatir Radio Indonesia, Tahun I Nomor 4-5 April-Mei 1998, hlm. 12-13


(34)

BAB III

LATAR BELAKANG ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA

3. 1 Sejarah Berdirinya ORARI

ORARI berdiri berdasarkan Peraturan pemerintah nomor : 21 Tahun 1967 juncto Peraturan Pemerintah nomor : 20 tahun 1980, dan berinduk kepada

International Amateur Radio Union ( IARU ) yang menjadi anggota International Telecomunication Union ( ITU ), di mana Pemerintah Indonesia

menjadi salah satu anggotanya. Aturan main ORARI harus tunduk juga kepada IARU dan disesuaikan dengan ketentuan ITU dengan International

Telecomunication Convention ( ITC ) nya, dimana wakil Pemerintah Indonesia

ikut menandatangani serta telah diratifikasi dengan Undang-Undang nomor : 11 Tahun 1985 18).

ORARI sendiri lahir melalui perjalanan panjang. Pada tahun 1930 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda ( Nederland Indies ) amatir radio di Indonesia telah membentuk organisasi yang menamakan dirinya NIVERA ( Nederland Indische Vereniging Radio Amateur ) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia. Berdirinya organisasi ini disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada periode antara tahun-tahun 1933 hingga 1943, PK2MN seorang anggota bumiputra NIVERA mendirikan Solosche Radio Vereniging yang disusul oleh anggota bumiputra NIVERA lainnya dengan mendirikan organisasi sejenis seperti MARVO, CIRVO, VORO, VORL dan lainnya. Di tahun 1937 lahirlah Persatuan Perikatan Radio Ketimuran ( PPRK ).

18)


(35)

Cikal bakal ORARI kemudian diteruskan dengan lahirnya sebuah organisasi yang menamakan dirinya PRAI ( Persatuan Radio Amatir Indonesia ) pada akhir 1945. di akhir bulan Deember 1949, saat penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, semua kegiatan-kegiatan dihentikan dan dibubarkan. Pada tahun 1950 hingga 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI ( Persatuan Amatir Radio Indonesia ). Namun di tahun 1952, karena memandang situasi di tanah air tidak memungkinkan, maka Pemerintah Indonseia mengeluarkan ketentuan bahwa selain pemancar radio milik pemerintah dilarang mengudara dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965. pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No. 5 tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seizin pihak yang berwenang.

Tetapi dengan adanya larangan itu bukan berarti kegiatan radio amatir berhenti begitu saja, para amatir radio masih saja terus melakukan kegiatannya dengan cara sembunyi-sembunyi. Sampai pada akhirnya di sekitar tahun 1966 antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi 19)

.

Di tahun 1966, tepatnya tanggal 14-26 Februari 1966, mengudara radio Ampera ( Amanat Penderitaan Rakyat ) yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan Orde Baru. Muncul pula berbagai stasiun radio laskar Ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan komunikasi dan broadcast. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya

19)

Muhamad Mufid, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Jakarta : PRENADA MEDIA, 2005, hlm. 34


(36)

sebagai radio amatir. Mereka mengudara pada frekuensi yang dipilih sendiri dan alat-alatnya menggunakan komponen radio bekas yang bisa dibeli di pasar loak. Dari rongsokan pemancar bekas kapal selam, tank, atau panser sampai ke rongsokan pesawat televisi dan radio, disiarkan pesan-pesan perjuangan yang bercampur baur dengan komunikasi antar remaja.

Satu tahun kemudian diberbagai daerah telah terbentuk organisasi-organisasi amatir radio, seperti PARD ( Persatuan Amatir Radio Djakarta ), PARB ( Persatuan Amatir Radio Bandung ), PARJ ( Persatuan Amatir Radio Jogjakarta ). Khusus mengenai perkembangan organisasi amatir radio di DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta ) dapat dicatat di sini bahwa di tahun 1966 dibentuk PRAJOGJA ( Persatuan Radio Amatir Jogjakarta ) yang anggotanya cenderung mengadakan layanan penyiaran 20).

Protes dan teguran berdatangan dari kalangan telekomunikasi radio internasional, karena siaran-siaran ‘liar’ itu sangat mengganggu siaran radio resmi. Bahkan komunikasi radio penerbangan pun tidak terlepas dari gangguan pemancar-pemancar seperti itu.

Setelah munculnya beberapa organisasi tersebut, setahun kemudian ketua DETELRI ( Dewan Telekomunikasi RI ) Dr. Rubiono Kertopati memanggil tokoh-tokoh amatir radio untuk mendapatkan masukan guna merumuskan ketentuan pemerintah tentang kegiatan amatir radio di Indoesia dan hasilnya adalah pada tanggal 30 Desember 1967 keluarlah Peraturan pemerintah Nomor 21 tahun 1967 tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Peraturan inilah yang menyediakan wadah khusus untuk mereka yang bergerak di bidang radio amatir

20)


(37)

dengan memberikan alokasi frekuensi dan kelas-kelas tertentu bagi para operatornya.

Tanggal 9 Juli 1968, berdirilah ORARI ( Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia ) yang pelaksanaan teknis dan administratifnya dijalankan dengan Surat Keputusan DETELRI ( Dewan Telekomunikasi RI ) No. 004/1968, melalui kongres pertama ORARI di Jakarta, dimana dalam kongres itu segala sesuatunya termasuk AD/ART ORARI disahkan dan diakui sebagai satu-satunya wadah resmi amatir radio di Indonesia, sehingga tanggal tersebut dinyatakan sebagai Hari Lahirnya ORARI dan Hari Amatir Radio Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, nama organisasi itu mengalami sedikit perubahan menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia, dengan akronim tetap sama yaitu ORARI.

Atas dasar pandangan pemerintah bahwa dengan adanya kegiatan amatirisme radio inilah maka ORARI diberi wewenang dan izin untuk berdiri, dimana dalam hal ini pemerintah mengharapkan adanya sumbangsih dari kebiasaan dan eksistensi para radio amatir bagi kemajuan bangsa dan negara terutama dalam bidang komunikasi radio.

Perkembangan yang sangat pesat di bidang elektronika dan mudahnya barang-barang elektronika masuk ke Indonesia memacu ORARI untuk berbenah diri secara profesional. Jumlah anggotanya dalam waktu singkat membengkak, kegiatannya mulai dikenal di dunia internasional, dan kemampuan para operatornya diakui oleh masyarakat amatir radio. Secara perorangan, banyak anggota ORARI yang menjadi anggota organisasi-organisasi amatir radio negara-negara lain.


(38)

3. 2 Tugas, Tujuan dan Fungsi ORARI

ORARI merupakan satu-satunya wadah yang diakui dan disahkan oleh negara atau pemerintah untuk menghimpun para amatir radio di Indonesia. Maksud pemerintah merestui berdirinya ORARI adalah untuk membangun sebuah wadah berbentuk organisasi bagi para amatir radio yang belum terorganisir. Hal ini dikarenakan di Indonesia banyak para amatir radio yang merupakan orang-orang yang mempunyai hobi elektronika dan bakat berkomunikasi radio melalui pemancar dan stasiun radio amatir. Dengan adanya organisasi ini maka kegiatan radio amatir tidak akan mengganggu frekuensi dan pemakaian gelombang bagi stasiun-stasiun radio pemerintah ataupun swasta yang bergerak di bidang broadcast ( siaran ) yang memang sudah mendapat izin dari pemerintah.

ORARI sebagai organisasi yang bergerak di bidang komunikasi radio harus mempunyai tugas, tujuan dan fungsi yang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

a. Tugas ORARI

Tugas utama dari organisasi ini adalah melakukan pembinaan kepada seluruh anggotanya di segala bidang yang berkaitan dengan kegiatan amatir radio itu sendiri, baik yang menyangkut pembinaan administratif maupun pembinaan teknis. Seringkali terjadi, amatir memungkinkan fasilitas komunikasi di tempat-tempat yang tidak mempunyai fasilitas komunikasi atau dimana fasilitas komunikasi masih sangat kurang. Dari mulai gangguan frekuensi yang terjadi pada frekeunsi ORARI itu sendiri, baik berupa gangguan maupun cara-cara berkomunikasi yang tidak menurut ketentuan yang berlaku. Untuk itu ORARI


(39)

menegaskan beberapa point terutama tugas-tugas yang harus dijalani baik itu secara personal ataupun kelompok.

Adapun tugas ORARI sesuai dengan AD/ARTnya adalah sebagai berikut :

1. Membina dan memajukan radio amatir di Indonesia, serta memperjuangkan kepentingan amatir radio agar tercipta amatir radio yang berdisiplin, maju dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan masuknya para amatir radio yang baru menjadi anggota ORARI diharapkan lebih mudah dihimpun dan dibina, daripada mereka menjadi breaker liar yang mengganggu. Salah satu faktor paling penting dalam tiap organisasi adalah faktor disiplin. Tanpa adanya disiplin pada diri kita sendiri, sukarlah untuk mengatur dan membimbing anggota-anggotanya. Untuk itu dalam hal ini pemerintah melalui ORARI mencoba untuk menjadikan anggota-anggotanya sebagai amatir radio yang berdisiplin agar dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam bidang komunikasi melalui radio amatir dengan terlebih dahulu dilatih dan ditanamkan jiwa berdisiplin kepada anggota dengan mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan, baik peraturan-peraturan-peraturan-peraturan Nasional maupun Internasional.

2. Menanamkan kesadaran dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Dalam hal ini seorang radio amatir dituntut untuk dapat berjiwa profesional, dengan alasan bahwa seorang radio amatir merupakan sebuah potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh banyak orang apabila sang amatir radio mau dan mampu menggunakan potensinya di jalan yang benar, dan mentaati segala peraturan bagi mereka yang sudah menjadi anggota ORARI dan bagi mereka para amatir radio yang tidak terdaftar


(40)

sebagai anggota ORARI agar dapat memahami dunia amatirisme, yakni untuk tidak melakukan kegiatan amatir radio yang dapat merugikan bangsa dan negara, karena segala sesuatunya yang bersangkutan mengenai radio amatir diatur dan diawasi oleh pemerintah melalui ORARI.

3. Membantu pemerintah dalam pengawasan dan pengamanan penggunaan gelombang radio, khususnya yang dialokasikan bagi kegiatan amatir radio. Seperti yang kita ketahui bahwa radio terbagi atas radio broadcast ( siaran ) dan radio amatir, oleh karena itu pemakaian gelombang radio tentu tidak terkendali tanpa adanya pengalokasian masing-masing gelombang. Dalam hal ini melalui ORARI maka gelombang-gelombang radio itu lebih teratur, dimana pemakaian gelombang dan frekuensi radio oleh para amatir radio tidak akan mengganggu frekuensi dan gelombang radio broadcast yang sedang siaran. Di luar itu semua masih ada masalah dan kekacauan yang terjadi, misalnya komunikasi yang kurang tertib dapat menjurus pada kejahatan, penyelundupan dan lain-lain. Dengan demikian dampak yang timbul akibat gangguan tersebut dapat menyebabkan gangguan dan tidak berfungsinya komunikasi untuk menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian ORARI melalui anggotanya dituntut agar dapat memperhatikan ini semua, walaupun terkadang dalam ORARI itu sendiri para anggotanya masih ada yang belum mentaati aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

4. Memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio. Untuk hal yang demikian para anggota ORARI sudah menampakkan beberapa bukti nyata kerja mereka, dimulai dari bantuan


(41)

komunikasi berupa laporan pandangan mata yang berharga bila melihat sesuatu kejadian yang menyangkut masalah masyarakat segera dilaporkan melalui Handy Talky / Walkie Talkie kepada sesama anggota dan diteruskan untuk dilaporkan kepada orang yang tepat untuk dapat menangani masalah. Kebanyakan kejadian-kejadiannya berupa kebakaran, kebanjiran, kecelakaan dan kemacetan lalu lintas, perkelahian, perampokan, tanah longsor dan lain-lain.

Dengan demikian, merupakan kesalakan fatal apabila ada oknum, badan atau instansi yang menyaingi pemerintah dengan mendirikan wadah lain di luar ORARI dengan dalih membina stasiun dan operator liar / gelap agar mereka tidak liar dan dapat dimanfaatkan. Lebih-lebih kalau oknum tersebut adalah oknum ORARI dan instansi tersebut adalah instansi yang lebih mengerti. Izin mendirikan pemancar dan izin operatornya sah apabila dikeluarkan oleh pemerintah.

Namun apabila dilihat lebih lanjut, melalui jalur-jalur pembinaan organisasi saja tidak akan dapat tercapai hasil yang efektif. Hubungan antara pembinaan dan yang dibina, antar pengurus dan anggota harus erat.

b. Tujuan ORARI

Sesuai dengan uraian di atas, adapun tujuan ORARI menurut Anggaran Dasarnya adalah Membantu usaha pemerintah dalam membina dan memajukan amatir radio di Indonesia dan memanfaatkannya guna menunjang pembangunan nasional demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(42)

Pada dasarnya ORARI merupakan organisasi yang dibentuk pemerintah untuk memberikan kesempatan yang luas kepada mereka yang mempunyai hobi radio elektronika agar bakat dapat dibina dan dimanfaatkan guna memajukan dunia amatirisme terutama di Indonesia.

Salah satu syarat untuk menjadi anggota ORARI adalah seorang yang Pancasilais, hal ini dikarenakan ideologi negara Indonesia adalah Pancasila. Dalam ujian untuk menjadi anggota ORARI selain kecakapan dalam teknik radio, juga diuji kemampuan P-4 ( Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila ) dari peserta. Dengan demikian para amatir-amatir radio yang baru harus berjiwa tangguh dengan menjunjung tinggi pedoman-pedoman yang ada dan mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk terus menerus menyebarluaskan dan mengamalkannya.

Jadi jelasnya bahwa persyaratan P-4 bagi amatir radio adalah dimaksudkan untuk membentuk amatir radio yang beradab, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, berjiwa demokrasi dan berjiwa sosial serta takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Potensi-potensi yang ada pada diri mereka inilah yang dimanfaatkan guna menunjang upaya pembangunan nasional bangsa Indonesia. Pertama, kegiatan amatir radio selain merupakan cara penyaluran minat dan bakat dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan di bidang elektronika bagi individu-individu, juga merupakan suatu sumber daya yang dapat membantu pengembangan di bidang telekomunikasi. Dengan kegiatan amatir radio yang tertib dan berkembang maju, bibit tenaga telekomunikasi yang baik dapat dibina


(43)

dan dipergunakan untuk mengatasi kekurangan tenaga ahli di bidang telekomunikasi.

Jaringan radio amatir dapat pula dipergunakan dalam keadaan darurat untuk kepentingan kemanusiaan dan keamanan. Selanjutnya, pengalaman, penelitian dan percobaan yang dilaksanakan amatir radio dapat pula menjadi sumbangan yang berarti dibidang elektronika. Keseluruhan itu dapat ditemukan pada anggota-anggota ORARI. Hal ini dikarenakan satu-satunya wadah kegiatan amatir radio yang resmi dan diakui Pemerintah di Indonesia adalah ORARI.

Kedua, dengan demikian peranan ORARI adalah turut memberikan sumbangannya kepada usaha-usaha Pemerintah Republik Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta turut dalam memelihara kesatuan dan persatuan bangsa serta persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain di dunia melalui kegiatan-kegiatannya.

c. Fungsi ORARI

Untuk mencapai tujuannya, ORARI mempunyai 3 ( tiga ) fungsi, yaitu Fungsi Administratif, Fungsi Operasional, dan Fungsi Khusus.

Fungsi Administratif ORARI adalah wadah pembinaan amatir radio di Indonesia. Dalam fungsi ini, kegiatan organisasi adalah memperjuangkan hak dan legalitas, serta mengadakan penataran dan bimbingan untuk anggotanya.

Fungsi Operasional ORARI adalah sebagai sarana Bantuan Komunikasi radio dalam rangka komunikasi cadangan nasional dan kemanusiaan. Untuk merealisasikan fungsi ini, organisasi menyelenggarakan Public Service melalui beberapa kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.


(44)

Fungsi Khusus ORARI adalah sarana bantuan pemerintah dalam mengawasi pemakaian gelombang radio dan penggunaan alat-alat pemancar. Setiap amatir radio mempunyai kewajiban memberikan informasi kepada yang berwajib tentang pemakaian gelombang radio dan alat-alat pemancar secara gelap yang diketahuinya 21).

Sesuai dengan uraian di atas, jika dilihat dari segi masing-masing fungsinya, dapat dikatakan bahwa keseluruhan merupakan hal-hal positif yang ditunjukkan oleh ORARI. Dari fungsi administratif, dapat dihasilkan para amatir radio yang berbakat dan dimanfaatkan demi kemajuan bangsa, dimana kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan secara resmi tidak dilarang oleh pemerintah. Melalui beberapa penataran dan bimbingan kepada anggotanya, ditanamkan kepada masing-masing anggota bahwa kegiatan yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk membantu kemajuan bangsa, bukan untuk kepentingan pribadi masing-masing individu dan kelompok.

Dalam rangka fungsi operasionalnya, para anggotanya melakukan berbagai macam kegiatan. Diantaranya, kegiatan amatir radio yang berupa Rag Chewing yang merupakan kegiatan berkomunikasi antar amatir radio yang paling tua dan populer di udara serta menyangkut suatu subyek atau topik. Subyek atau topik yang diprioritaskan adalah hal yang menyangkut teknik radio dan perangkatnya. Kesempatan ini banyak disalahgunakan dengan berbicara tanpa subyek, dan menjurus kepada hal-hal yang negatif 22).

DXing yang sebenarnya hanya merupakan Rag Chewing Internasional dengan ikatan ketentuan timbal balik antar negara. Berkomunikasi dengan seorang

21)

op. cit., 22)

Wawancara dengan Yazwan Batubara di kediamannya Jl. Bulutangkis No. 31 Medan, pada tanggal 19 Oktober 2007.


(45)

amatir radio dari suatu negara yang tidak mempunyai hubungan baik dengan Indonesia merupakan larangan, lebih-lebih dengan seorang amatir radio dari negara yang memusuhi Indonesia. Namun jika dilakukan dengan amatir radio dari negara-negara yang mempunyai hubungan baik dengan Indonesia dapat diambil keuntungan, terutama dari segi Pariwisata, dimana melalui kegiatan ini dapat diperkenalkan beberapa tempat di Indonesia yang mempunyai potensi wisata yang baik.

Contest adalah suatu kompetisi yang diselenggarakan secara teratur guna menguji kemahiran dan keterampilan para amatir radio sebagai hasil latih diri. Salah satu bentuk Contest adalah memburu QSL Card dengan Awardnya, yakni memburu kartu yang berfungsi sebagai koleksi dan dapat dijadikan syarat untuk mendapatkan Award ( penghargaan ) dan kenaikan pangkat.

Untuk fungsi khusus, sudah diuraikan sebelumnya bahwa melalui ORARI dan angotanya dapat diawasi pemakaian gelombang radio baik itu gelombang radio siaran ataupun gelombang radio gelap yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun oknum-oknum tersebut ada juga anggota dari ORARI, dimana mereka melakukan komunikasi dengan tujuan kepentingan pribadi baik itu berupa sekedar pembicaraan biasa sampai pembicaraan yang menyangkut bisnis 23).

Tugas, tujuan dan fungsi ORARI merupakan suatu akibat dari maksud pemerintah merestui berdirinya ORARI. Dengan demikian, tugas, tujuan dan fungsi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi harus konsisten dengan maksud

23) ibid.,


(46)

pemerintah. Hal ini dapat terjamin karena Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ORARI harus dikukuhkan oleh pemerintah.

3. 3 Keanggotaan ORARI

Bagi siapa saja yang berminat menjadi amatir radio harus mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh badan telekomunikasi pemerintah setempat dan dibantu sepenuhnya oleh ORARI. Di Indonesia hal itu dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Ujian ini meliputi keterampilan menerima dan mengirim Kode Morse 24), peraturan radio nasional dan internasional mengenai kegiatan amatir radio dan siaran radio umumnya, tata cara berkomunikasi radio internasional, teknik radio sebagai pengetahuan dasar serta bahasa Inggris. Ujiannya dilakukan secara tertulis di tempat-tempat yang telah ditentukan, misalnya pada tahun 1981 ujian dilaksanakan di Gelanggang Mahasiswa USU.

Adapun guna ujian ini yaitu untuk mendapatkan Surat Keterangan Kecakapan Amatir Radio ( SKKAR ) yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi sebagai bukti bahwa seseorang telah lulus ujian. Setelah lulus ujian dan mendapatkan SKKAR mereka diharuskan untuk mendaftar kepada ORARI untuk mendapatkan Surat Izin Amatir Radio sesuai dengan tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki.

Ada empat tingkat kemahiran yang dimiliki oleh amatir radio di Indonesia, yakni :

24)

Kode Morse adalah Bahasa Internasional dengan singkatan-singkatannya, yang merupakan tabir bahasa sehingga komunikasi internasional lebih mudah dilakukan. Jika dibandingkan dengan komunikasi menggunakan suara, secara teknis kode morse dapat mencapai jangkauan yang sama jauhnya walau dengan kekuatan pancar yang lebih kecil. Bila kondisi operasi radio sangat buruk dan komunikasi vokal tidak dapat dilakukan, kode morse seringkali dapat menembusnya.


(47)

• Pemula / Hotel, diberikan apabila telah lulus ujian tingkat pemula yang mencakup pengetahuan pancasila, radio elektronika dasar dan perundangan / peraturan tentang radio. Merupakan tingkatan yang paling baru dibuat dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk menampung hobinya dalam radio amatirisme, dengan masa izin berlaku 1 ( satu ) tahun. Untuk tingkatan ini dibebaskan ujian morse, yang bagi sementara orang merupakan syarat yang sangat berat dan sulit untuk dipelajari, tetapi bekerja pada frekuensi diatas 30 MHz.

• Siaga / Delta, dimana syarat untuk memperoleh ijin amatir radio tingkat siaga adalah sama dengan kelas pemula, kecuali harus mengikuti dan lulus ujian kode morse dengan kecepatan 5 perkataan permenit ( 5 WPM ) dengan masa izin berlaku 3 ( tiga ) tahun, dan hanya boleh dipergunakan untuk hubungan radio amatir di dalam negeri atau lokal dengan para amatir radio yang mempunyai izin amatir radio. Kekuatan pemancar yang dipergunakan sebatas maksimum 10 watt.

• Penggalang / Charlie, harus menempuh dan lulus tingkat lanjutan dari ujian yang diberikan pada tingkat siaga, ditambah dengan bahasa inggris untuk komunikasi radio, harus mampu dan lulus ujian kode morse dengan kecepatan 8 perkataan permenit ( 8 WPM ), dengan masa izin berlaku 5 ( lima ) tahun, dan hanya boleh dipergunakan untuk hubungan radio amatir di dalam negeri atau nasional dengan para amatir radio yang mempunyai izin amatir radio. Kekuatan pemancar yang dipergunakan sebatas maksimum 75 watt


(48)

• Penegak / Bravo, dengan syarat ujian tingkat lanjut dari tingkat penggalang ditambah dengan ujian teknik radio terapan, harus lulus ujian kode morse dengan kecepatan 12 perkataan permenit ( 12 WPM ), dengan masa izin berlaku 5 ( lima ) tahun, dan dapat dipergunakan untuk hubungan radio amatir dengan luar negeri atau internasional dengan para amatir radio internasional yang sah. Kekuatan pemancar yang dipergunakan sebatas maksimum 500 watt 25).

Pembagian ini disebabkan karena pada dasarnya kemampuan elektronika seseorang tentu berbeda-beda, terutama dalam menggunakan radio amatir.

Tidak semua anggota ORARI memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sama. Walaupun mereka sudah lulus ujian dan sudah terdaftar sebagai anggota ORARI yang sah, mereka akan diberikan nama panggilan ( Call Sign ) sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan mereka masing-masing. Jika kemampuan mereka hanya sekedar dasar-dasar elektronika saja mereka akan diberi Call Sign Hotel. Setelah itu jika mereka ingin naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi mereka harus mengikuti ujian tingkat kemahiran selanjutnya, dan apabila lulus maka diberikan Call Sign Delta. Begitu seterusnya jika mereka ingin masuk ke tingkat yang lebih tinggi lagi mereka harus mengikuti ujian tingkat kemahiran selanjutnya dengan materi ujian berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya.

Hak memiliki dan menggunakan perlengkapan stasiun radio amatir serta ban frekuensi radio juga juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat izin yang dimiliki. Tingkat Penegak memiliki semua hak yang ada bagi amatir radio baik

25)


(49)

dalam kekuatan pemancar dan ban frekuensi yang boleh dipakai maupun daya pancaran yang diizinkan, misalnya kode morse, suara, kode digital, dan pancaran televisi. Tingkat Pemula tidak dikenakan ujian keterampilan mengirim dan menerima kode morse. Siaga, Penggalang dan Penegak, sebaliknya harus dapat mengirim dan menerima kode morse, masing-masing dengan kecepatan 5,8 dan 12 kata permenit. Dengan demikian untuk tingkat Charlie dan Bravo sudah boleh melakukan komunikasi keluar negeri ( Dxing ) 26) dengan ketentuan komunikasi internasional.

Setiap orang yang sudah menempuh ujian amatir radio yang diselenggarakan pemerintah hanya dapat melakukan kegiatan radio amatir jika sudah menjadi anggota ORARI. Dalam praktek, nama panggilan ( call sign ) yang secara teoretis diberikan pemerintah kepada yang berhak, dan dialokasikan oleh pengurus ORARI setempat bagi anggotanya yang baru.

Bagi pemilik Ijazah Negara Operator Telegrap dan Telepon Radio ( OTTR ) tertentu yang berminat menjadi amatir radio dibebaskan dari kewajiban mengikuti ujian dan dapat diberikan izin amatir radio berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

Adapun pembagian keanggotaan dalam ORARI dibebankan menurut macam-macam sebagai berikut :

1. Anggota Biasa

• Adalah setiap warga negara Indonesia yang telah memenuhi segenap persyaratan Pemerintah dan Organisasi untuk melakukan kegiatan amatir radio

26)


(50)

• Bersedia mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi

• Mengajukan permohonan dan disetujui 2. Anggota Luar Biasa

• Adalah setiap warga negara asing yang telah memperoleh izin dari Pemerintah Republik Indonesia dan telah memenuhi persyaratan organisasi untuk melakukan kegiatan amatir radio di dalam wilayah Indonesia.

• Bersedia mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi

• Mengajukan permohonan dan disetujui 3. Anggota kehormatan

• Adalah setiap orang yang karena jasa-jasanya terhadap ORARI sebagai organisasi atau karena jabatannya dapat diangkat sebagai anggota kehormatan.

• Bersedia menjadi anggota kehormatan

• Mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Pemerintah dan Organisasi Dari ketiga keanggotaan berupa Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan ini, ketiga-tiganya diangkat dengan surat keputusan ketua umum ORARI atas usul ketua ORARI daerah.

Keanggotaan yang telah diperoleh dapat gugur dengan alasan-alasan antara lain :

• Atas permintaan sendiri


(51)

• Anggota Luar Biasa yang sudah tidak tinggal lagi di Indonesia • Izin amatir radio telah kadaluarsa

• Tidak membayar iuran • Meninggal dunia

• Terkena sanksi pidana-pidana kejahatan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

• Dipecat

• Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota

3. 4 Struktur Organisasi ORARI

Secara organisasi ORARI berada di bawah International Amateur Radio Union ( IARU ) region III yang merupakan organisasi amatir radio dunia, sedangkan secara hukum ORARI berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan Departemen Perhubungan.

ORARI tersusun atas tingkat-tingkat organisasi sebagai berikut :

1. ORARI Pusat yang merupakan induk organisasi berkedudukan di ibukota negara dan dipimpin oleh ketua umum ORARI.

2. ORARI Daerah berkedudukan di ibukota provinsi dan dipimpin oleh ketua ORARI Daerah.

3. ORARI Lokal berkedudukan di kotamadya atau kabupaten daerah tingkat II

ORARI Daerah Sumatera Utara mempunyai wewenang untuk membuat peraturan-peraturan yang berlaku terhadap segenap anggota di daerahnya dan mengeluarkan instruksi-instruksi serta meminta laporan atas pelaksanaannya.


(52)

Dalam menciptakan hubungan yang erat antara pengurus pusat dan pengurus daerah ORARI menciptakan suatu media yaitu semacam Pusat Publikasi atau Pusat Informasi yang mempunyai peranan sebagai wadah dan sarana menyampaikan informasi baik yang bersifat pembinaan ataupun informasi lainnya di bidang radio komunikasi dari pengurus kepada anggota ataupun sebaliknya di luar jalur surat menyurat resmi. Pusat Publikasi juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan latihan, tugasnya menerbitkan buku-buku panduan dan program pendidikan ataupun latihan bagi kemajuan amatir radio. Pusat Publikasi ini juga mengelola suatu penerbitan berupa majalah atau buletin yang ditangani secara profesional agar eksistensi benar-benar dapat dijamin secara baik.

Dengan diterbitkannya majalah atau buletin tersebut akan dapat dicapai suatu pembinaan yang lebih efektif, tercipta suatu komunikasi langsung dari atas ke bawah atau sebaliknya, sekaligus dapat memberikan wadah yang menarik bagi bakat-bakat anggota untuk mengetengahkan ide ataupun gagasan baru demi kemajuan amatir radio.

Dalam hubungan ini Pengurus Pusat tidak lagi melaksanakan kegiatan operasional secara fisik, karena pada hakekatnya Pusat lebih banyak membuat kebijaksanaan. Yang melaksanakan kegiatan operasional adalah Daerah dengan lokal-lokalnya, karena mereka yang lebih menguasai daerahnya masing-masing dan lebih mengetahui / mengenal sifat masyarakat atau kondisi dan aspirasi masyarakat di daerahnya, kecuali itu kegiatan-kegiatan yang bersifat nasional sesuai kebutuhan dapat dikoordinasikan oleh Pengurus ORARI Pusat dan terutama kegiatan-kegiatan Internasional masih ditanganinya langsung.


(53)

Pusat membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan umum dan diteruskan kepada Daerah, begitu juga Daerah meneruskan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut sampai ke lokal-lokal melalui surat resmi maupun melalui badan publikasi yang telah dipunyai, agar semua kebijaksanaan dapat langsung sampai kepada anggota.

ORARI Daerah Sumatera Utara memiliki :

a. Ketua yang berkewajiban memimpin Organisasi Daerah, melaksanakan rencana kerja Daerah yang berdasarkan rencana induk ORARI Pusat serta peraturan yang berlaku. Dalam rangka melaksanakan kewajibannya ketua dapat mengeluarkan instruksi-instruksi, serta ketentuan-ketentuan bagi Daerahnya, dan membuat laporan berkala kepada ORARI Pusat. Ketua disini bertanggung jawab kepada Ketua Umum ORARI Pusat atas pelaksanaan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh ORARI Pusat, dimana selain itu ketua juga bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah.

b. Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban membantu Ketua dalam rangka penyelenggaraan pimpinan sehari-hari dibidangnya masing-masing. Keduanya dapat mewakili Ketua Daerah dalam kegiatan-kegiatan dan hubungan ke dalam atau ke luar negeri sesuai bidangnya. Sebagai wakil juga berkewajiban menyusun rencana kerja dibidangnya, menentukan kegiatan-kegiatan pelaksanaan rencana kerja dalam bidangnya, sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan atau keputusan rapat kerja Pengurus Daerah. Selain itu, juga


(54)

berkewajiban mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi dalam bidangnya.

c. Sekretaris dan Wakil Sekretaris yang bertanggung jawab kepada ketua dan berkewajiban melaksanakan tata usaha kepengurusan daerah, menyelenggarakan arsip, mengurus ijin, mengurus urusan tanda anggota, dan menyusun laporan berkala.

d. Bendahara dan Wakil Bendahara yang bertanggung jawab kepada ketua dan berkewajiban menyusun anggaran serta mengatur pembiayaan organisasi, menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan kebijaksanaan Ketua Daerah dan ketentuan-ketentuan organisasi. Selain itu juga berkewajiban mengurus iuran organisasi, serta membuat laporan keuangan secara berkala.

e. Ketua-Ketua Bagian menurut keperluan yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban untuk melaksnakan rencana kerja dalam bagian masing-masing, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi dalam bagiannya masing-masing.

f. Pembantu-Pembantu Umum menurut keperluan yang bertanggung jawab kepada Ketua dan berkewajiban untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ketua Daerah.

ORARI dalam beraktivitas sebagai organisasi juga mempunyai agenda Musyawarah Daerah untuk tingkat daerah yang merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam ORARI Daerah dan bersidang sedikitnya satu kali dalam tiga tahun. Melalui musyawarah ini dubentuk dan dipilh pengurus-pengurus yang akan menjabat serta dewan pelindung dan penasehat ORARI. Selain itu melalui


(55)

musyawarah juga ditetapkan kebijaksanaan umum dan rencana kerja untuk masa jabatan pengurus.

3. 5 Hak dan Kewajiban Anggota ORARI

Hak dan kewajiban bagi tiap-tiap anggota ORARI diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ORARI. Adapun hak-hak bagi tiap-tiap anggota ORARI yaitu sebagai berikut :

A. Anggota Biasa berhak :

1. Berbicara dalam rapat, yakni hak untuk memberikan masukan-masukan dalam musyawarah ataupun memberikan tanggapan-tanggapan terhadap masalah yang dibicarakan dalam rapat.

2. Memberikan suara dalam rapat, yakni apabila dilakukan pemilihan dan pergantian susunan kepengurusan secara mendadak, sebagai anggota berhak untuk ikut memberikan suara dalam menentukan pemilihan kepengurusan yang akan dibentuk.

3. Memilih dan dipilih sebagai Anggota Pengurus, maksudnya yaitu sebagai anggota berhak untuk mencalonkan ataupun dicalonkan dalam susunan kepengurusan yang akan dibentuk, baik itu sebagai kandidat yang akan dipilih ataupun hanya sebagai pemilih dalam menentukan kepengurusan yang terlebih dahulu ditetapkan

4. Membela diri atas hukuman karena melakukan pelanggaran baik itu berupa penyalahgunaan frekuensi, misalnya melakukan komunikasi dengan stasiun radio yang tidak mempunyai izin dan identitas yang sah. Biasanya hukuman itu berupa sanksi administratif berupa


(56)

peringatan-peringatan sampai pada penyegelan sementara dan sanksi pidana berupa hukuman atau denda disertai dengan penyitaan perangkat radio.

5. Mendapatkan perlindungan, dimana oleh Pengurus diberikan kesempatan bagi anggota yang melanggar. Maksudnya yakni apabila seorang anggota melakukan pelanggaran maka Pengurus melalui Daerahnya akan memperjuangkan dan memberikan bahan pertimbangan agar anggota tersebut diberikan hukuman berupa teguran ataupun peringatan saja.

B. Anggota Luar Biasa berhak : 1. Hadir dan berbicara dalam rapat 2. Membela diri

3. Mendapatkan perlindungan C. Anggota Kehormatan berhak :

1. Mendapat undangan untuk mengahadiri upacara-upacara dan rapat-rapat tertentu. Dalam hal ini anggota kehormatan merupakan golongan teratas dalam keanggotaan ORARI. Biasanya mereka ini tergolong kepada tingkat kemahiran yang paling tinggi yaitu tingakt Penegak / Bravo. Dengan demikian golongan keanggotaan ini yang akan dipilih sebagai perwakilan dari daerahnya masing-masing untuk mengikuti undangan rapat dari instansi-instansi pemerintah dan swasta, serta musyawarah-musyawarah yang membicarakan bidang radio amatir baik itu dalam skala nasional maupun internasional.

2. Mempunyai hak berbicara

Sedangkan kewajiban bagi tiap-tiap anggota ORARI adalah sebagai berikut :


(57)

A. Anggota Biasa berkewajiban : 1. Membayar iuran

2. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan-peraturan organisasi

3. Menghadiri rapat

4. Melaksanakan segala keputusan-keputusan yang telah diambil dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Rapat Umum Anggota 5. Memelihara, memajukan, dan mengembangkan kegiatan amatir radio di

Indonesia

B. Anggota Luar Biasa berkewajiban : 1. Membayar iuran

2. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan-peraturan organisasi

3. Melaksanakan segala keputusan-keputusan yang telah diambil dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Rapat Umum Anggota 4. Memelihara dan menjaga nama baik organisasi

5. Memelihara, memajukan, dan mengembangkan kegiatan amatir radio di Indonesia

C. Anggota Kehormatan berkewajiban :

Membantu pembinaan dan perkembangan amatir radio di Indonesia, dikarenakan Anggota kehormatan merupakan golongan tertinggi yang ada dalam keanggotaan ORARI, baik itu dari penggolongan jabatan ataupun tingkat kemahiran.


(58)

3. 6 Kode Etik ORARI

Seorang amatir radio harus menjunjung tinggi kode etiknya, yaitu sebagai berikut :

- Pertama : Berjiwa Perwira. Secara sadar ia tidak akan menggunakan udara

untuk kesenangan pribadi sedemikian rupa sehingga mengurangi kesenangan orang lain.

Kalimat di atas dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa amatir radio adalah disiplin. Masalah ini timbul karena kemampuan setiap stasiun mengganggu komunikasi lain, baik dengan menumpangkan siaran lain. Perbuatan ini menonjolkan kepribadian yang lemah, tidak demikian dengan amatir radio.

Amatir radio berjiwa perwira maksudnya yaitu ia disiplin dimana tercakup sifat-sifat tahan diri, tahan emosi, tidak gegabah, tidak ceroboh. Dengan begitu ia makin meningkatkan sifat mental tenggang rasa, keakraban, kesabaran, kejujuran, tegas dan cermat. Sebaliknya, apabila sang amatir diganggu, di situ pula sang amatir bisa menahan diri. Ia tidak akan tersinggung, dan betapa sakit rasanya ia diganggu, ia tetap tidak mengumandangkan kegusaran, kejengkelan, amarah dan sebagainya meskipun ia bisa mengetahui apa atau siapa yang mengganggu itu.

Pada kesempatan lain lokasi pengganggu diusahakan ditemukannya dan melaporkannya kepada Pengurusnya, dengan keyakinan bahwa bahwa pada suatu saat di kemudian hari gangguan itu tidak akan ada lagi.

- Kedua : Setia. Ia mendapat izin amatir dari pemerintah karena organisasinya


(59)

Amatir adalah hobi dan kepadanya diberi kemungkinan dan kesempatan untuk mengudarakan hasil jerih payahnya. Tidak hanya itu saja, di udara ia bertemu dengan rekan-rekan sehobi sehingga dapat saling bertukar pikiran tentang banyak masalah dan persoalan, bahkan berakhir dengan bertemu. Dikarenakan kesempatan ini amatir radio berterima kasih kepada Pemerintah dan organisasinya dengan cara setia dan patuh kepada kewajibannya. Selain itu ia juga dituntut untuk menjunjung tinggi nama organisasinya, mulai dari masyarakat sekitarnya berupa mengusahakan agar peralatannya tidak menggangu pancaran radio dan televisi masyarakat sekitarnya, sampai pada kegiatan komunikasi internasional, dimana ia harus berusaha berpegang teguh pada peraturan yang berlaku.

- Ketiga : Progresif. Amatir radio selalu menyesuaikan stasiun radionya

setingkat dengan ilmu pengetahuan. Ia membuatnya dengan baik dan efisien, ia mempergunakan dan melayaninya dengan cara yang bersih dan teratur.

Kesimpulan dari butir Kode Etik ini adalah bahwa amatir radio memiliki dan mengoperasikan stasiun radio yang tidak menyebabkan gangguan, kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Apabila mengudara maka amatir radio harus mengusahakan sinyalnya baik dan bersih, begitu juga dengan cara ia melayani, harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan dengan dasar sebagai hobi, maka sang amatir akan selalu memperbaiki, meningkatkan peralatan dan kemampuannya agar selalu setingkat dengan kemajuan pengetahuan.


(60)

- Keempat : Ramah Tamah. Jika diminta, ia akan mengirim beritanya dengan

perlahan dan sabar, kepada yang belum berpengalaman ia memberi nasehat, pertimbangan dan bantuan secara ramah tamah. Inilah ciri-ciri khas amatir radio.

Kalau butir Kode Etik benar-benar dihayati dan dipahami sehubungan dengan amatirisme radio, maka tidak bisa ditemukan bahwa amatir radio itu memberi pelajaran atau mengajar amatir radio lainnya. Nasehat, pertimbangan dan bantuan itulah yang memang selalu menjadi pedoman amatir radio. Nasihat dan pertimbangan itu selalu adalah opsi bagi amatir lainnya, artinya ia dapat menggunakan atau tidak menggunakannya. Keseluruhannya bisa dihubungkan dengan non komersil, yang sesuai dengan tujuan dasar ORARI.

- Kelima : Amatir Radio Berjiwa Seimbang. Radio merupakan hobinya, ia

tidak akan memperkenankan hobinya mempengaruhi kewajibannya terhadap rumah tangga, pekerjaan, sekolah atau masyarakat sekitarnya.

Butir dari Kode Etik ini mengatakan bahwa hobi memang bisa mempengaruhi kewajibannya. Uang, waktu dan gangguan-gangguan lainnya dapat terjadi apabila amatir radio tidak memahami dan menjalani dengan benar butir-butir dari Kode Etik yang ada. Bagi para pelajar dan mahasiswa perlu diingatkan bahwa sekolah adalah utama, sedangkan kegiatan amatir radio merupakan kegiatan kedua setelahnya. Gangguan-gangguan dapat terjadi juga pada lingkungan sekitar amatir radio, misalnya gangguan gelombang pada televisi dikarenakan gelombang radio para amatir radio. Disinilah kepribadian dari amatir dinilai.


(61)

- Keenam : Amatir Radio adalah Seorang Patriot. Ia selalu siap sedia dengan

pengetahuan dan stasiun radionya untuk mengabdi kepada negara dan masyarakat. Tidak pernah dunia manusia ini tidak dilanda kejadian-kejadian ukuran bencana, disamping perang, dunia dan negara cukup sering dilanda bencana seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, angin topan, kebakaran alam, dan lain sebagainya. Tidak perlu dijelaskan bahwa dalam keadaan-keadaan tersebut komunikasi menjadi sangat penting dan diperlukan.

Sistem komunikasi biasanya pada tempat-tempat bencana seperti hutan, lautan tidak ada, dan kalaupun itu kota, komunikasi akan terhenti apabila kota itu dilanda banjir, dilanda angin topan, dan sebagainya. Disinilah sang amatir dengan segala keterampilannya diperlukan. Dalam kondisi sulit bagaimanapun dapat menyelenggarakan komunikasi menolong sesama manusia dalam keadaan darurat.

Keseluruhan butir-butir kode Etik tersebut oleh ORARI kepada anggota-anggotanya harus betul-betul dijalankan dan diamalkan. Hal ini karena pada dasarnya ORARI merupakan sebuah organisasi, dan Kode Etik merupakan aturan dan peraturan yang bersifat organisasi. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, apabila ada anggotanya yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.

Selain itu sebagai amatir radio harus mempunyai etika-etika sebelum ataupun sedang berkomunikasi. Adapun etika-etika dalam berkomunikasi itu sebagai berikut :

- Bahasa terbuka, yakni menggunakan bahasa yang dimengerti umum, dilarang menggunakan bahasa sandi, bahasa daerah, dan bahasa-bahasa yang tidak sopan.


(62)

- Bahasa santun, yakni amatir radio harus bisa menyadari bahwasanya pembicaraan di frekuensi dapat didengar banyak orang maka amatir radio harus berbicara dengan jelas dan sopan, jangan berbicara sambil makan, mendengarkan musik ataupun siaran televisi, membaca koran, marah bernyanyi dam sebagainya.

- Pembicaraan yang wajar, yakni tidak boleh melakukan pembicaraan untuk keperluan dagang, politik, menyebarkan gosip, menyebarkan berita yang menyesatkan, berita yang meresahkan masyarakat dan sebagainya.

Namun dari keseluruhan uraian di atas, bukan berarti Kode Etik dan Etika-Etika berkomunikasi tersebut dijalani betul-betul oleh para anggota ORARI. Masih ada beberapa anggota ORARI yang tidak menjalani dan mengamalkannya, misalnya masih ada kekacauan dan gangguan yang terjadi dalam frekuensi ORARI sehingga terjadi dengan apa yang dinamakan polusi frekuensi, ditambah lagi cara-cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, misalnya banyak anggota ORARI dalam melakukan komunikasi radio memanggil rekan-rekannya dengan tidak memakai prefix dan banyak yang melakukan pemanggilan seenaknya sendiri, bahkan sampai ada yang menggunakan bahasa yang tidak sopan. Cara ini sangattidak dibenarkan oleh ORARI.

Hal ini terjadi biasanya pada malam hari, yang mana oleh para anggotanya melakukan komunikasi radio untuk mengisi waktu senggang dengan pembicaraan yang tidak penting atau sekedar saling mengobrol santai sampai menjurus kepada hal-hal yang berada diluar kepentingan organisasi sampai ada yang lupa waktu. Mereka tidak sadar bahwa selain itu mereka masih mempunyai banyak kegiatan dan keperluannya masing-masing selain hanya berkomunikasi di radio.


(63)

Dan pada akhirnya dari beberapa contoh nyata yang diuraikan diatas mengenai masih banyaknya oknum-oknum ORARI yang melakukan beberapa pelanggaran-pelanggaran, dapat dilihat dan dikaitkan bahwasanya masih banyak oknum-oknum ORARI yang tidak betul-betul memahami dan mengamalkan keselurahan Kode Etik amatir radio yang ada, terutama terletak pada Kode Etik ORARI butir kelima yang mengatakan bahwa amatir radio berjiwa seimbang.


(64)

BAB IV

EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI SUMATERA UTARA

4. 1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara

ORARI Sumatera Utara telah mengalami perubahan yang signifikan dalam dekade kedua semenjak berdirinya. Jika dilihat pada awal berdirinya ORARI masih hanya sebuah organisasi yang kecil dengan jumlah anggota yang sedikit. Keadaan yang demikian berlangsung cukup lama, sampai pada akhirnya di sekitar tahun 1980-an ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis.

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa ORARI berdiri serentak secara nasional di seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 1968, termasuk ORARI Sumatera Utara.

Ketua Umum ORARI Daerah Sumatera Utara yang pertama kali adalah Bapak Kustoyo ( 1968 - 1969 ), kemudian diteruskan oleh Bapak Marno BCTT ( 1969 - 1971 ) dan dilanjutkan oleh Bapak Dr. Soegito Hoesodowijoyom ( 1971 – 1973 ). Dikarenakan ORARI Daerah Sumatera Utara masih dalam tahap pembentukan maka kepengurusannya masih bisa dikatakan belum terstrukstur secara pasti. Posisi Ketua masih berganti dalam jangka waktu satu sampai dua tahun. Selain itu sampai tahun 1973 dengan Ketua Dr. Soegito Hoesodowijoyo tercatat bahwa jumlah anggota yang aktif hanyalah sekitar 30 orang 27).

Sebagai organisasi yang masih muda, dapat dimaklumi bahwa untuk mencapai tujuan dan fungsi utama dari organisasi ORARI itu sendiri secara

27

) Wawancara dengan Prof. Dr. Soegito Hoesodowijoyo di Kediamannya Jl. Prof. T. Zulkarnaen No. 11 Medan, pada tanggal 23 Februari 2007.


(1)

Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 11+12

Desember 1985


(2)

Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 11+12

Desember 1985


(3)

Sumber : Bulletin ORARI Daerah Sumatera Utara Tahun ke IX No. 9+10 Oktober

1985


(4)

(5)

(6)