BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang masa lalu, di mana peristiwa-peristiwa yang terjadi itu tanpa disadari telah membawa banyak
perubahan bagi seseorang bahkan masyarakat. Setiap peristiwa penting yang terjadi menjadi peristiwa sejarah, termasuk sejarah komunikasi. Seperti yang
diketahui, bahwa manusia sejak zaman dahulu memerlukan dan melakukan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi proses kelangsungan hidup tentu akan
sangat terhambat terutama terhadap apa yang disebut dengan kemajuan. Di zaman dahulu, komunikasi sudah tentu tidak semaju dengan saat ini,
namun tetap saja manusia dan makhluk hidup lainnya memerlukan dan melakukan komunikasi. Ketika bahasa belum ada dipergunakan, manusia melakukan
komunikasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan gerakan tubuh, sampai pada akhirnya semakin lama komunikasi itu semakin berkembang terutama
sampai ditemukannya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi utama. Komunikasi berasal dari kata latin cum berarti dengan, bersama dengan,
dan unus berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata communio yang dalam bahasa inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan
1
. Komunikasi itu berkembang seiring dengan berkembangnya sejarah.
Sejarah mengenai proses komunikasi manusia sejalan dengan rentang waktu yang
1
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Yogyakarta : Kanisius, 2003, hlm. 10
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
berjalan dan menjadikan bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa dan tulisan sebagai alat komunikasi pada manusia menjadikan
segala sesuatunya lebih mudah dicerna, termasuk pada penulisan-penulisan mengenai kehidupan manusia pada zaman dahulu masih bisa dipelajari melalui
tulisan-tulisan yang ada pernah ditulis oleh sejarawan. Tulisan inilah yang menjadikan kehidupan manusia lebih berkembang dan semakin lama semakin
maju. Rekonstruksi peristiwa masa lalu yang dituangkan melalui media tulisan
disebut Historiografi. Melalui buku-buku sejarah yang banyak ditulis oleh sejarawan maka dapat diketahui peristiwa-peristiwa masa lalu yang pernah terjadi
bahkan jauh sebelum lahir kedunia ini. Tulisan-tulisan sejarah ini berguna bagi manusia untuk memahami dan merefleksikan kejadian-kejadian itu kedalam
kehidupannya. Dalam perkembangan sejarah di Indonesia, peranan komunikasi dan
teknologi sangat berpengaruh bagi terwujudnya kemajuan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bagaimana peranan media elektronik dan media cetak dalam
penyebaran berita diawal kebangkitan nasional di Indonesia, terutama radio, televisi, surat kabar, telepon, dan sebagainya. Perkembangan telekomunikasi
tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan mulai menyebar ke daerah-daerah termasuk kota Medan
2
. Radio dalam hal ini bukan sekedar media sebagai hiburan masyarakat atau
yang biasa disebut dengan radio siaran seperti Radio Republik Indonesia RRI , namun pengertian radio yakni komunikasi yang dilakukan oleh individu yang satu
2
Arie Adriadi, PT Radio Pasopati Perkasa di Kota Medan – Sumatera Utara 1971 – 1975, Skripsi Fakultas Sastra Jurusan Ilmu sejarah, 2003, hlm. 2
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
dengan individu yang lain untuk bertukar informasi atau disebut juga radio amatir. Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang dipergunakan oleh seorang
penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Jadi radio amatir tidak mengadakan programa dalam bentuk kesenian, sandiwara, warta berita, hiburan
berupa musik dan lain sebagainya, melainkan hanya percakapan saja
3
. Namun oleh masyarakat umum semua siaran radio di luar RRI adalah radio amatir
4
. Kegiatan ini juga semata-mata dilakukan sebatas hobi oleh mereka yang
mempunyai bakat radio amatir atau disebut juga dengan Amatir Radio. Amatir radio adalah setiap orang yang diberi izin karena berminat teknik radio dengan
tujuan pribadi tanpa maksud keuntungan keuangan atau komersial. Tetapi pada kenyataannya kegiatan komunikasi ini pada masa kemerdekaan merupakan
kegiatan yang terlarang, dikarenakan pada sekitar masa kemerdekaan pihak Jepang sangat berkuasa, tepatnya setelah pihak Belanda dengan seluruh angkatan
perangnya menyerah kalah kepada Jepang. Sejak itu bekas kawasan Hindia Belanda berlaku pemerintahan Jepang. Sebagai konsekwensinya segala sesuatu
berlaku menurut kehendak tentara pendudukan Jepang
5
. Demikian halnya mengenai radio, yang mana hanya untuk kepentingan
Jepang saja radio itu dapat digunakan, misalnya mengenai informasi-informasi mengenai pihak sekutu. Pada saat itu Jepang menggunakan radio untuk
kepentingan militer Jepang. Politik siaran radio Jepang adalah menanam ke dalam jiwa bangsa Indonesia “Nippon Seisin”, mempropagandakan agar rakyat
3
Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1990, hlm. 66
4
Arie Adriadi, loc. cit.,
5
H. Muhammad T.W.H, Peranan Radio di Masa Perang Kemerdekaan di Sumatera Utara, Medan : Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan R.I, 2000, hlm. 17
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
Indonesia menyumbangkan segala tenaga, pikiran dan sebagainya untuk kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik Perang Asia Timur Raya
6
. Namun semangat perjuangan rakyat pada saat itu begitu meluap-luap.
Segala sesuatu usaha yang merintangi kemerdekaan ditantang dan dilawan oleh para pejuang, termasuk pejuang dan pekerja radio. Mereka tidak setuju terhadap
pihak Jepang yang telah menyerah kepada pihak sekutu sekitar tahun 1945 untuk menyerahkan peralatan-peralatan penting di bidang radio. Dalam situasi tegang
dan panas ditambah protes oleh gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohd. Hasan, para pekerja radio atau pejuang dibidang radio bekerja tanpa kenal lelah dan tidak
menghiraukan resiko, mereka bekerja terus untuk memasang pemancar
7
. Sejak proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 segala kegiatan
komunikasi radio belum terorganisir. Sampai akhirnya pada tahun 1966 yakni setelah pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru terjadi banyak
perubahan dalam masyarakat akibat perubahan politik. Situasi peralihan itu merupakan kesempatan yang baik bagi mereka yang mempunyai minat radio
amatir untuk mulai menunjukkan kemampuan dan pengetahuannya. Rasa keingintahuan beberapa anggota masyarakat itu lebih besar daripada
ketakutan akan larangan pemerintah terhadap kegiatan komunikasi radio. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan bagi pemerintah untuk mempertimbangkan
agar dapat membina dan memajukan minat elektronika dan komunikasi radio agar tidak liar dan dapat dimanfaatkan, sehingga perlu mengeluarkan suatu Peraturan
Pemerintah No : 21 Tahun 1967 tentang kegiatan amatir radio di Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah inilah terbentuk sebuah organisasi yang bergerak
6
ibid., hlm. 22-23
7
ibid., hlm. 37
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
khusus menangani segala sesuatunya yang menyangkut kegiatan radio amatir yaitu Organisasi Amatir Radio Indonesia ORARI .
Organisasi Amatir Radio Indonesia ORARI berdiri secara nasional pada tanggal 9 Juli 1968 di Jakarta. Dikatakan berdiri secara nasional karena
ORARI berdiri resmi serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera Utara. ORARI ini merupakan wadah komunikasi radio resmi pertama di Indonesia.
ORARI merupakan suatu bentuk organisasi yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengawasan dan penggunaan gelombang radio, khususnya yang
dialokasikan bagi kegiatan radio amatir dan juga memberikan dukungan komunikasi kepada masyarakat apabila diperlukan dalam rangka penyelamatan
jiwa dan harta benda dengan tata cara yang dibenarkan bagi amatir radio
8
.
1. 2 Rumusan Masalah