BAB IV EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI
SUMATERA UTARA
4. 1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara
ORARI Sumatera Utara telah mengalami perubahan yang signifikan dalam dekade kedua semenjak berdirinya. Jika dilihat pada awal berdirinya
ORARI masih hanya sebuah organisasi yang kecil dengan jumlah anggota yang sedikit. Keadaan yang demikian berlangsung cukup lama, sampai pada akhirnya
di sekitar tahun 1980-an ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa ORARI berdiri serentak secara nasional di seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 1968, termasuk ORARI
Sumatera Utara. Ketua Umum ORARI Daerah Sumatera Utara yang pertama kali adalah
Bapak Kustoyo 1968 - 1969 , kemudian diteruskan oleh Bapak Marno BCTT 1969 - 1971 dan dilanjutkan oleh Bapak Dr. Soegito Hoesodowijoyom 1971 –
1973 . Dikarenakan ORARI Daerah Sumatera Utara masih dalam tahap pembentukan maka kepengurusannya masih bisa dikatakan belum terstrukstur
secara pasti. Posisi Ketua masih berganti dalam jangka waktu satu sampai dua tahun. Selain itu sampai tahun 1973 dengan Ketua Dr. Soegito Hoesodowijoyo
tercatat bahwa jumlah anggota yang aktif hanyalah sekitar 30 orang
27
. Sebagai organisasi yang masih muda, dapat dimaklumi bahwa untuk
mencapai tujuan dan fungsi utama dari organisasi ORARI itu sendiri secara
27
Wawancara dengan Prof. Dr. Soegito Hoesodowijoyo di Kediamannya Jl. Prof. T. Zulkarnaen No. 11 Medan, pada tanggal 23 Februari 2007.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
sempurna adalah tidak mudah. Selama dekade pertama pertumbuhan ORARI sangatlah lambat. ORARI dengan Ketua beserta anggota-anggotanya belum dapat
berbuat banyak. Mereka hanya melakukan kegiatan-kegiatan sebatas saling berkomunikasi antara sesama anggota saja. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa mereka hanya sekedar kumpul-kumpul di sekretariat yang berupa kediaman dari salah satu anggotanya yakni di rumah kediaman Kol. Wahid Lubis
di Jl. Imam Bonjol No. 46 Medan sambil melakukan hobi-hobian saling berkomunikasi tanpa ada tujuan yang berarti. Bukan berarti ORARI tersebut tidak
berusaha untuk memperluas jaringan oganisasinya, hanya saja banyak orang yang belum mengetahui apa itu ORARI
28
. Mungkin timbul pertanyaan “ Kenapa demikian ? “.
Banyak alasan kenapa masyarakat tidak mau perduli apa itu ORARI dan bergabung dengan ORARI. Adapun alasan kuat masyarakat umum tidak mau
bergabung terhadap ORARI yaitu masih banyak masyarakat yang belum mengerti bidang elektronika komunikasi khususnya radio amatir, ditambah lagi prosesnya
yang memang dapat dikatakan sulit, dimana mereka harus memenuhi syarat terlebih dahulu untuk dapat bisa mengikuti ujian seleksi penerimaan anggota
ORARI. Setiap ujian yang dilakukan ORARI masih minim peminatnya, dikarenakan lagi ujiannya sangat sulit untuk dilewati terutama pada tahap ujian
keterampilan menggunakan Morse. Dimana pada saat itu masih sedikit masyarakat yang paham dan mengerti menggunakan Morse
29
. Salain masyarakat awam, para amatir radio juga masih terkesan enggan
untuk bergabung dengan ORARI, hal ini dikarenakan sekitar tahun-tahun sebelum
28
ibid.,
29
ibid.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
1980, dimana teknologi semi konduktor masih merupakan teknologi mahal, amatir radio masih menggunakan tabung-tabung elektronik untuk membuat
perangkat radio amatir mereka, dan ini memerlukan usaha yang tekun, sukar, dan lama, sehingga hasrat untuk menekuni hobi elektronika komunikasi waktu itu
sangat sedikit, terbatas kepada mereka yang betul-betul memiliki keahlian elektronika. Perangkat mereka untuk melaksanakan kegiatan biasanya berasal dari
hasil rakitan sendiri dan memakai komponen-komponen bekas yang banyak didapatkan di pasar loak.
Pada waktu itu usaha ORARI ingin menarik anggota sebanyak-banyaknya terasa sangat sulit, karena masyarakat tidak tertarik dengan rangkaian-rangkaian
elektronik yang berasal dari barang-barang rongsokan yang rumit dan sulit, padahal waktu itu kewenangan untuk menguji coba anggota dilimpahkan oleh
DETELRI kepada ORARI. Singkatnya, ORARI ingin memasyarakatkan namun masyarakat sama sekali tidak tertarik kepada ORARI
30
.
Mulai tahun 1980-an dapat dikatakan bahwa tahun inilah ORARI mulai dikenal. Hal ini disebabkan karena setelah tahun 1980 semi konduktor memasuki
zaman keemasan dengan sudah dipakainya barang tersebut untuk produksi massal, sehingga menghasilkan suatu peralatan komunikasi yang terbilang canggih waktu
itu yakni Handy Transceiver Handy Talky
31
. Handy Talky telah menjadi benar-benar handy dan untuk menghasilkan power output 100 watt kita tidak perlu
lagi transformator besar dengan tegangan tinggi, bahkan tidak perlu PLN harus masuk rumah, karena dengan accu baterai pun sudah dapat dipergunakan.
30
ibid.,
31
Handy Talkie atau Walkie Talkie adalah sistem radio diantara dua atau lebih orang dengan alat yang dapat mereka bawa kemana-mana. Biasanya pembicaraan pada Handy Talkie
Walkie Talkie berlangsung secara setengah dupleks, artinya pembicaraan dilakukan secara bergiliran dengan jalan menekan tombol bicara yang terdapat pada alat itu.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
Di dalam mobil pribadi, bus umum, sambil tiduran dan bahkan di kamar mandi sekalipun orang bisa menggunakan alat-alat komunikasi tersebut tanpa
takut tersengat aliran listrik. Pasaran elektronika pun tumbuh seperti jamur dimana-mana tanpa memperdulikan aturan maupun peraturan jual beli transceiver,
pokoknya untung. Dengan kata lain bahwa HT diperjualbelikan dengan bebas. Pendek kata masyarakat membutuhkan komunikasi, dimana kelihatannya
semua kegiatan lancar kalau ada komunikasinya. Temu penganten, pak lurah yang di gunung pun merasakan manfaat komunikasi, koordinasi antara ibu di rumah
dan bapak di kantor menjadi lancar, ibu-ibu pun senang karena sewaktu-waktu bisa tahu bapaknya ada dimana, Satpam yang tadinya ronda sekarang cukup pakai
HT saja untuk mengecek kesiapan pos-posnya, pacaran berjalan mulus karena tidak perlu izin khusus untuk keluar pada malam-malam selain malam minggu dan
lain-lain
32
. Demikianlah, tanpa mengetahui aturan dan peraturannya, masyarakat
menjadi pengguna komunikasi. Mereka tidak sadar telah memulai polusi pemakaian frekuensi dan mulai mengganggu dinas-dinas lainnya yang berhak dan
berlisensi. Semuanya mulai terganggu karena kapling frekuensinya mulai kemasukan orang ngebrik berkomunikasi dengan HT .
Mulai tahun 1980-an, yakni semenjak ramainya HT digunakan, mulailah yang berwajib melakukan penertiban-penertiban atau sweeping penggunaan-
penggunaan perangkat komunikasi tanpa izin tersebut. Para pengguna-pengguna perangkat komunikasi mulai tahu bahwa dengan menjadi anggota ORARI maka
akan mendapatkan izin dan tidak akan terkena sweeping. Hal inilah faktor utama
32
Bulletin ORARI Daerah SUMUT, Edisi Khusus Triwulan-I 1987, hlm 25
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
yang menyebabkan pada tahun 1980-an ORARI berkembang dengan pesat, ditambah lagi dengan dipermudahnya ujian masuk menjadi anggota ORARI
dengan dihapuskannya tahap ujian keterampilan menggunakan Morse
33
, dimana didalam tahap inilah banyak peserta yang gagal melewatinya.
Secara mendadak, semenjak dihapuskannya ujian Morse, jumlah anggota ORARI membengkak dalam waktu yang relatif singkat. Masyarakat menjadi
sadar bahwa mereka butuh dan memerlukan ORARI. Orang berlomba masuk ORARI dengan melalui persyaratan ujian dan sebagainya, hanya untuk mencari
legalitas atas kebutuhan komunikasinya, sehingga menimbulkan keadaan yang agak unik di dalam tubuh ORARI itu sendiri
34
. Orang yang tadinya tidak bisa membedakan negatif atau positifnya aliran
listrik, tiba-tiba perlu tahu hal tersebut. Orang yang tidak pernah kenal sekolahan, dan biasanya hanya pandai menghitung untung rugi, tiba-tiba belajar P-4
Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk bisa lulus ujian amatir radio.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tahun 1980-an juga merupakan zaman keemasan dari ORARI Daerah Sumatera Utara. Dengan
banyaknya jumlah anggotanya maka ORARI Daerah Sumatera Utara mulai berbenah diri. Mulai dari keanggotaan sampai ke tubuh organisasi ORARI mulai
mengembangkan diri ke masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan berupa bantuan-bantuan dalam bidang komunikasi sesuai dengan
33
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1985 telah mensyahkan hasil konferensi ITU di Nairobi 1982, yang berarti akan memberlakukan peraturan radio internasional atau radio
regulation bagi Indonesia, dalam pasal 32 dinyatakan bahwa dibuka kesempatan untuk menjadi amatir radio tanpa ujian Morse. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mempermudah proses
seleksi masuk anggota baru ORARI
34
op. cit., hlm 27
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
tujuan awal pembentukan ORARI yakni mengabdi kepada negara dan masyarakat. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan ORARI maka secara pasti
keberadaan ORARI mulai diperhitungkan, baik itu oleh pemerintahan ataupun oleh masyarakat luas.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya pada tahun 1985 ORARI Daerah Sumatera Utara memiliki gedung sekretariat sendiri. Adapun lokasi gedung
sekretariat yang baru ini yakni terletak di Jl. Kapten Muslim No. 189 Medan
35
. Lokasi yang akan didirikannya gedung sekretariat ORARI Daerah Sumatera Utara
ini tanahnya merupakan sumbangan dari Pangdam-II BB. Bangunan gedung yang berarsitektur nasional itu akan membentuk bangunan rumah adat Karo,
sebagai ciri khas daerah Sumatera Utara, dibangun atas swadaya anggota dan bantuan dari para dermawan atas dasar karena ORARI Daerah Sumatera Utara
mendapat penilaian dan penghargaan sebagai daerah yang paling tertib di seluruh Indonesia dalam pemakaian udara telekomunikasi dari Menteri Pariwisata dan
telekomunikasi, yaitu tepatnya pada tahun 1984
36
. Semenjak minat masyarakat untuk memasuki ORARI sangat besar,
terbukti bahwa secara organisasi ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis, dimana selain memiliki gedung sekretariat sendiri, tercatat bahwa telah
dibentuk beberapa ORARI Lokal di Daerah Sumatera Utara
37
, yakni : 1.
Lokal MEDAN, meliputi kecamatan Medan dan kecamatan Medan Denai 2.
Lokal MEDAN BARU, meliputi Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Tuntungan
35
Wawancara dengan Yazwan Batubara di kediamannya Jl. Bulutangkis No. 31 Medan, pada tanggal 19 Oktober 2007
36
Bulletin Organisasi Amatir Radio Indonesia Daerah Sumatera Utara, No. 9+10 Tahun ke IX Oktober 1985
37
loc. cit.,
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
3. Lokal MEDAN TIMUR, meliputi Kecamatan Medan Timur, Kecamatan
Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Belawan 4.
Lokal MEDAN BARAT, meliputi Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Sunggal
5. Lokal SIMANGULUN sekarang Lokal SIANTAR SIMALUNGUN
6. Lokal LANGKAT
7. Lokal DELI SERDANG
8. Lokal TANAH KARO
9. Lokal SIBOLGA
10. Lokal TAPANULI UTARA
11. Lokal NIAS
12. Lokal TAPANULI SELATAN
13. Lokal LABUHAN BATU
14. Lokal ASAHAN sekarang Lokal ASAHAN TANJUNG BALAI
15. Lokal TEBING TINGGI
16. Lokal BINJAI
Keseluruhan Lokal ini merupakan bukti nyata bahwa di sekitar tahun 1980-an keatas ORARI khususnya Sumatera Utara mengalami kemajuan
signifikan di bidang organisasi. Kemajuan tersebut terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya dengan terus melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan
komunikasi informasi dalam mewujudkan pengabdian kepada negara dan masyarakat, seperti bantuan-bantuan komunikasi pada acara-acara penting,
misalnya Pemilu 1987.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
4. 2 Peran Serta ORARI Sebagai Media Komunikasi dalam Pembangunan Nasional