3. 6 Kode Etik ORARI
Seorang amatir radio harus menjunjung tinggi kode etiknya, yaitu sebagai berikut :
- Pertama : Berjiwa Perwira. Secara sadar ia tidak akan menggunakan udara
untuk kesenangan pribadi sedemikian rupa sehingga mengurangi kesenangan orang lain.
Kalimat di atas dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa amatir radio adalah disiplin. Masalah ini timbul karena kemampuan setiap stasiun mengganggu
komunikasi lain, baik dengan menumpangkan siaran lain. Perbuatan ini menonjolkan kepribadian yang lemah, tidak demikian dengan amatir radio.
Amatir radio berjiwa perwira maksudnya yaitu ia disiplin dimana tercakup sifat-sifat tahan diri, tahan emosi, tidak gegabah, tidak ceroboh. Dengan begitu ia
makin meningkatkan sifat mental tenggang rasa, keakraban, kesabaran, kejujuran, tegas dan cermat. Sebaliknya, apabila sang amatir diganggu, di situ pula sang
amatir bisa menahan diri. Ia tidak akan tersinggung, dan betapa sakit rasanya ia diganggu, ia tetap tidak mengumandangkan kegusaran, kejengkelan, amarah dan
sebagainya meskipun ia bisa mengetahui apa atau siapa yang mengganggu itu. Pada kesempatan lain lokasi pengganggu diusahakan ditemukannya dan
melaporkannya kepada Pengurusnya, dengan keyakinan bahwa bahwa pada suatu saat di kemudian hari gangguan itu tidak akan ada lagi.
- Kedua : Setia. Ia mendapat izin amatir dari pemerintah karena organisasinya
dan akan setia dan patuh kepada negara dan organisasinya.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
Amatir adalah hobi dan kepadanya diberi kemungkinan dan kesempatan untuk mengudarakan hasil jerih payahnya. Tidak hanya itu saja, di udara ia
bertemu dengan rekan-rekan sehobi sehingga dapat saling bertukar pikiran tentang banyak masalah dan persoalan, bahkan berakhir dengan bertemu. Dikarenakan
kesempatan ini amatir radio berterima kasih kepada Pemerintah dan organisasinya dengan cara setia dan patuh kepada kewajibannya. Selain itu ia juga dituntut untuk
menjunjung tinggi nama organisasinya, mulai dari masyarakat sekitarnya berupa mengusahakan agar peralatannya tidak menggangu pancaran radio dan televisi
masyarakat sekitarnya, sampai pada kegiatan komunikasi internasional, dimana ia harus berusaha berpegang teguh pada peraturan yang berlaku.
- Ketiga : Progresif. Amatir radio selalu menyesuaikan stasiun radionya
setingkat dengan ilmu pengetahuan. Ia membuatnya dengan baik dan efisien, ia mempergunakan dan melayaninya dengan cara yang bersih dan teratur.
Kesimpulan dari butir Kode Etik ini adalah bahwa amatir radio memiliki dan mengoperasikan stasiun radio yang tidak menyebabkan gangguan, kecelakaan
atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Apabila mengudara maka amatir radio harus mengusahakan sinyalnya baik dan bersih, begitu juga dengan cara ia
melayani, harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan dengan dasar sebagai hobi, maka sang amatir akan selalu memperbaiki, meningkatkan
peralatan dan kemampuannya agar selalu setingkat dengan kemajuan pengetahuan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
- Keempat : Ramah Tamah. Jika diminta, ia akan mengirim beritanya dengan
perlahan dan sabar, kepada yang belum berpengalaman ia memberi nasehat, pertimbangan dan bantuan secara ramah tamah. Inilah ciri-ciri khas amatir radio.
Kalau butir Kode Etik benar-benar dihayati dan dipahami sehubungan dengan amatirisme radio, maka tidak bisa ditemukan bahwa amatir radio itu
memberi pelajaran atau mengajar amatir radio lainnya. Nasehat, pertimbangan dan bantuan itulah yang memang selalu menjadi pedoman amatir radio. Nasihat dan
pertimbangan itu selalu adalah opsi bagi amatir lainnya, artinya ia dapat menggunakan atau tidak menggunakannya. Keseluruhannya bisa dihubungkan
dengan non komersil, yang sesuai dengan tujuan dasar ORARI.
- Kelima : Amatir Radio Berjiwa Seimbang. Radio merupakan hobinya, ia
tidak akan memperkenankan hobinya mempengaruhi kewajibannya terhadap rumah tangga, pekerjaan, sekolah atau masyarakat sekitarnya.
Butir dari Kode Etik ini mengatakan bahwa hobi memang bisa mempengaruhi kewajibannya. Uang, waktu dan gangguan-gangguan lainnya dapat
terjadi apabila amatir radio tidak memahami dan menjalani dengan benar butir- butir dari Kode Etik yang ada. Bagi para pelajar dan mahasiswa perlu diingatkan
bahwa sekolah adalah utama, sedangkan kegiatan amatir radio merupakan kegiatan kedua setelahnya. Gangguan-gangguan dapat terjadi juga pada
lingkungan sekitar amatir radio, misalnya gangguan gelombang pada televisi dikarenakan gelombang radio para amatir radio. Disinilah kepribadian dari amatir
dinilai.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
- Keenam : Amatir Radio adalah Seorang Patriot. Ia selalu siap sedia dengan
pengetahuan dan stasiun radionya untuk mengabdi kepada negara dan masyarakat. Tidak pernah dunia manusia ini tidak dilanda kejadian-kejadian ukuran
bencana, disamping perang, dunia dan negara cukup sering dilanda bencana seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, angin topan, kebakaran alam, dan
lain sebagainya. Tidak perlu dijelaskan bahwa dalam keadaan-keadaan tersebut komunikasi menjadi sangat penting dan diperlukan.
Sistem komunikasi biasanya pada tempat-tempat bencana seperti hutan, lautan tidak ada, dan kalaupun itu kota, komunikasi akan terhenti apabila kota itu
dilanda banjir, dilanda angin topan, dan sebagainya. Disinilah sang amatir dengan segala keterampilannya diperlukan. Dalam kondisi sulit bagaimanapun dapat
menyelenggarakan komunikasi menolong sesama manusia dalam keadaan darurat. Keseluruhan butir-butir kode Etik tersebut oleh ORARI kepada anggota-
anggotanya harus betul-betul dijalankan dan diamalkan. Hal ini karena pada dasarnya ORARI merupakan sebuah organisasi, dan Kode Etik merupakan aturan
dan peraturan yang bersifat organisasi. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, apabila ada anggotanya yang melanggar akan dikenakan sanksi
sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. Selain itu sebagai amatir radio harus mempunyai etika-etika sebelum
ataupun sedang berkomunikasi. Adapun etika-etika dalam berkomunikasi itu sebagai berikut :
- Bahasa terbuka, yakni menggunakan bahasa yang dimengerti umum,
dilarang menggunakan bahasa sandi, bahasa daerah, dan bahasa-bahasa yang tidak sopan.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
- Bahasa santun, yakni amatir radio harus bisa menyadari bahwasanya
pembicaraan di frekuensi dapat didengar banyak orang maka amatir radio harus berbicara dengan jelas dan sopan, jangan berbicara sambil makan,
mendengarkan musik ataupun siaran televisi, membaca koran, marah bernyanyi dam sebagainya.
- Pembicaraan yang wajar, yakni tidak boleh melakukan pembicaraan
untuk keperluan dagang, politik, menyebarkan gosip, menyebarkan berita yang menyesatkan, berita yang meresahkan masyarakat dan sebagainya.
Namun dari keseluruhan uraian di atas, bukan berarti Kode Etik dan Etika- Etika berkomunikasi tersebut dijalani betul-betul oleh para anggota ORARI.
Masih ada beberapa anggota ORARI yang tidak menjalani dan mengamalkannya, misalnya masih ada kekacauan dan gangguan yang terjadi dalam frekuensi
ORARI sehingga terjadi dengan apa yang dinamakan polusi frekuensi, ditambah lagi cara-cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, misalnya
banyak anggota ORARI dalam melakukan komunikasi radio memanggil rekan- rekannya dengan tidak memakai prefix dan banyak yang melakukan pemanggilan
seenaknya sendiri, bahkan sampai ada yang menggunakan bahasa yang tidak sopan. Cara ini sangattidak dibenarkan oleh ORARI.
Hal ini terjadi biasanya pada malam hari, yang mana oleh para anggotanya melakukan komunikasi radio untuk mengisi waktu senggang dengan pembicaraan
yang tidak penting atau sekedar saling mengobrol santai sampai menjurus kepada hal-hal yang berada diluar kepentingan organisasi sampai ada yang lupa waktu.
Mereka tidak sadar bahwa selain itu mereka masih mempunyai banyak kegiatan dan keperluannya masing-masing selain hanya berkomunikasi di radio.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
Dan pada akhirnya dari beberapa contoh nyata yang diuraikan diatas mengenai masih banyaknya oknum-oknum ORARI yang melakukan beberapa
pelanggaran-pelanggaran, dapat dilihat dan dikaitkan bahwasanya masih banyak oknum-oknum ORARI yang tidak betul-betul memahami dan mengamalkan
keselurahan Kode Etik amatir radio yang ada, terutama terletak pada Kode Etik ORARI butir kelima yang mengatakan bahwa amatir radio berjiwa seimbang.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009
BAB IV EKSISTENSI ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA DI
SUMATERA UTARA
4. 1 Selayang Pandang ORARI di Sumatera Utara
ORARI Sumatera Utara telah mengalami perubahan yang signifikan dalam dekade kedua semenjak berdirinya. Jika dilihat pada awal berdirinya
ORARI masih hanya sebuah organisasi yang kecil dengan jumlah anggota yang sedikit. Keadaan yang demikian berlangsung cukup lama, sampai pada akhirnya
di sekitar tahun 1980-an ORARI mengalami kemajuan yang sangat drastis.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa ORARI berdiri serentak secara nasional di seluruh Indonesia pada tanggal 9 Juli 1968, termasuk ORARI
Sumatera Utara. Ketua Umum ORARI Daerah Sumatera Utara yang pertama kali adalah
Bapak Kustoyo 1968 - 1969 , kemudian diteruskan oleh Bapak Marno BCTT 1969 - 1971 dan dilanjutkan oleh Bapak Dr. Soegito Hoesodowijoyom 1971 –
1973 . Dikarenakan ORARI Daerah Sumatera Utara masih dalam tahap pembentukan maka kepengurusannya masih bisa dikatakan belum terstrukstur
secara pasti. Posisi Ketua masih berganti dalam jangka waktu satu sampai dua tahun. Selain itu sampai tahun 1973 dengan Ketua Dr. Soegito Hoesodowijoyo
tercatat bahwa jumlah anggota yang aktif hanyalah sekitar 30 orang
27
. Sebagai organisasi yang masih muda, dapat dimaklumi bahwa untuk
mencapai tujuan dan fungsi utama dari organisasi ORARI itu sendiri secara
27
Wawancara dengan Prof. Dr. Soegito Hoesodowijoyo di Kediamannya Jl. Prof. T. Zulkarnaen No. 11 Medan, pada tanggal 23 Februari 2007.
Alex Boby Irvanda Hutasoit : Organisasi Amatir Radio Indonesia Di Sumatera Utara 1968-1988, 2007 USU e-Repository © 2009