Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL
DENGAN
PERILAKU KESEHATAN
PADA MASYARAKAT PEDESAAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
VERAWATI SILALAHI 051301101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS PSIKOLOGI
MEDAN
JUNI, 2009
(2)
SKRIPSI
Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
Dipersiapkan dan disusun oleh Verawati Silalahi
051301101
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 11 Juni 2009
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) NIP. 140 080 762
Dewan Penguji
1. Arliza J. M.si Penguji I _____________ NIP132 303 828 merangkap sebagi pembimbing
2. Josetta M. R. T, M.si Penguji II ______________ NIP 132 255 304
3. Eka Danta S. Psi, psikolog Penguji III ______________ NIP
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini yang berjudul:
Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk meraih gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2009
Verawati Silalahi NIM 051301101
(4)
Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
Verawati dan Rodiatul
`
ABSTRAK
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan sendiri bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi juga oleh perilaku individu yaitu perilaku kesehatan. penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki perilaku hidup sehat. Di negara maju perilaku masyarakat sangat menunjang terhadap perilaku hidup sehat, sedangkan di negara berkembang perilaku masyarakat kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di Indonesia perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan. Penyakit diare, pernafasan, perut dan kulit masih sering muncul khususnya di daerah pedesaan. Masyarakat pedesaan masih minim pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah locus of control, namun berdasarkan hasil penelitian masih ada ketidakkonsistenan antara hubungan kedua variabel tersebut.
Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat desa yang ada di kecamatan panguruaran kabupaten samosir yang berusia minimal 12 tahun. Tehnik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisa data menggunakan korelasi pearson product moment
yang melibatkan 2 skala yaitu skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
locus of control dengan perilaku kesehatan. pada masyarakat pedesaan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,444 (R = 0,444)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.
Menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Chairul, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi
2. Ibu Rodiatul H.S, M. Si, psikolog selaku Pembimbing Skripsi. Saya ucapkan terimakasih atas kesabaran serta masukan dari ibu sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Pak Zulkarnain selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan dari bapak.
4. Ibu Etty Rahmwaty yang telah banyak memberikan masukan dan saran bagi terselesainya skripsi ini.
5. Orang tua saya tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya.
(6)
7. Sahabat saya Yustian Sinaga yang telah mambantu saya dalam pengambilan data dan menjadi sahabat dalam menjalani suka duka selama kuliah, saya ucapkan terimakasih.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.
Medan, Juni 2009
(7)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian C. Manfaat Penelitian D. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Kewirausahaan
1. Pengertian Perilaku Kesehatan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan 3. Aspek-Aspek perilaku kesehatan
B. Locus of control
1. Pengertian Locus of control
(8)
C. Hubungan Locus of control dengan perilaku kesehatan D. Hipotesa penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian B. Defenisi Operasional
1. Perilaku Kesehatan 2. Locus of control
C. Populasi dan Metode Pengambilan sampel 1. populasi dan sampel
2. jumlah sampel penelitian 3. tehnik pengambilan sampel D. Alat Pengumpulan Data
1. Skala Locus of control
2. Skala Perilaku Kesehatan
E. Validitas dan Reliabilitas alat ukur 1. Uji validitas
2. Hasil daya beda aitem 3. Reliabilitas
G. Hasil uji coba alat ukur Penelitian 1. Skala Locus of control
2. Skala perilaku kesehatan H. Prosedur Penelitian
(9)
2. tahap pelaksanaan penelitian 3. tahap pengolahan data I. Metode Analisa Data
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHAN A. Analisa Data
1. Gambaran Subjek Penelitian 2. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
B. Saran
1. Saran Penelitian 2. Saran Praktis DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Cara Penilaian Skala Locus Of Control
Tabel 2. Blueprint Skala Locus Of Control Saat Uji Coba Tabel 3. Cara Penilaian Skala Perilaku Kesehatan
Tabel 4. Blueprint SkalaPerilaku Kesehatan Saat Uji Coba
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Setelah Uji Coba Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Untuk Penelitian Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku Kesehatan setelah Uji Coba Tabel 8. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku KesehatanUntuk Penelitian Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 12. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 13. Linearitas Hubungan Variabel Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan
Tabel 14. Hasil Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 15. Hasil Analisa Regresi
Tabel 16. Kriteria Kategorisasi Data Locus of Control dan Perilaku Kesehatan Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian Locus Of Control
Tabel 18. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Hipotetik Tabel 19. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Empirik
(11)
Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Hipotetik Tabel 22. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Empirik Tabel 23. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 24. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Usia
Tabel 25. kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin Tabel 26. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 27. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Usia
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data try out dan uji daya beda dan reliabilitas aitem Lampiran 2 Skala locus of control dan skala perilaku kesehatan Lampiran 3 Data penelitian dan hasil penelitian
(13)
Hubungan Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan Pada Masyarakat Pedesaan
Verawati dan Rodiatul
`
ABSTRAK
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan sendiri bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi juga oleh perilaku individu yaitu perilaku kesehatan. penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki perilaku hidup sehat. Di negara maju perilaku masyarakat sangat menunjang terhadap perilaku hidup sehat, sedangkan di negara berkembang perilaku masyarakat kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di Indonesia perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh terhadap munculnya masalah kesehatan. Penyakit diare, pernafasan, perut dan kulit masih sering muncul khususnya di daerah pedesaan. Masyarakat pedesaan masih minim pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah locus of control, namun berdasarkan hasil penelitian masih ada ketidakkonsistenan antara hubungan kedua variabel tersebut.
Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan tujuan untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat desa yang ada di kecamatan panguruaran kabupaten samosir yang berusia minimal 12 tahun. Tehnik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisa data menggunakan korelasi pearson product moment
yang melibatkan 2 skala yaitu skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
locus of control dengan perilaku kesehatan. pada masyarakat pedesaan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,444 (R = 0,444)
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala, telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan diri maupun kelompok. Hal ini terbukti dengan ditemukannya berbagai cara pengobatan secara tradisional maupun alami yang dilakukan turun-temurun dengan pengetahuan seadanya. Penanganan kesehatan masyarakat yang sistematis baru dikembangkan pada abad ke-15, dengan mulai dijumpainya dampak penyakit pada masyarakat, terjadinya wabah dan epidemi.
Di abad ke-19 berbagai usaha medis dilakukan untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit, namun penurunan telah terjadi lama sebelum vaksin dan pengobatan diperkenalkan (Grob, Leventhal, Prohaska & Hirschman dalam Sarafino, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan terjadi karena adanya pencegahan (prevention) seperti meningkatkan kebersihan (hygiene), daya tahan tubuh yang tinggi (mengkonsumsi nutrisi yang lebih baik) dan inovasi kesehatan publik seperti membangun pemurni air (water purifier). Akibatnya semakin sedikit manusia yang meninggal oleh penyakit karena semakin sedikit pula yang terkena penyakit (Leventhal, Prohaska & Hiraschman dalam Sarafino, 2006).
Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan
(15)
merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Menurut Belloc dan Breslow (1972) ada tujuh perilaku penting yang baik untuk kesehatan antara lain, tidur tujuh sampai delapan jam setiap malam, tidak merokok, sarapan setiap hari, tidak mengonsumsi minuman beralkohol satu kali atau lebih setiap hari, berolah raga secara teratur, tidak mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan berat badan tidak lebih dari 10% dari berat badan ideal.
Peran perilaku kesehatan mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan perilaku kesehatan mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok (Sarafino, 2006). Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Center for Disease Control and Prevention
(dalam Sarafino, 2006) yang menemukan bahwa 50% dari 10 penyebab kematian disebabkan karena gaya hidup. Perilaku kesehatan dapat menurunkan angka kematian yang berhubungan dengan gaya hidup dan bisa menunda kematian, sehingga dapat meningkatkan harapan hidup dan membuat individu bebas dari penyakit kronis dan komplikasi.
Di negara-negara maju, perilaku masyarakatnya sangat menunjang terhadap hidup sehat sehingga lebih proaktif untuk mencegah dan menanggulangi
(16)
permasalahan kesehatan, sedangkan di negara-negara berkembang dan miskin, perilaku masyarakatnya kurang menunjang terhadap perilaku hidup sehat. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, pada umumnya masyarakatnya masih berorientasi pada pengobatan penyakit bukan pada pencegahan penyakit. Perilaku masyarakat belum mendukung ke arah perilaku hidup sehat dan memberikan pengaruh yang paling besar terhadap munculnya masalah kesehatan di masyarakat (Kasnodihardjo, 2006). Hal ini sejalan dengan Nitta Isdian (2008) yang mengatakan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih terpuruk, yang ditandai dengan fenomena temuan kasus-kasus gizi buruk dibeberapa daerah di Indonesia, sementara masalah kesehatan lain seperti penyakit infeksi (campak, polio, diare, dan TBC) masih belum dapat diatasi.
Selain penyakit-penyakit tersebut, penyakit infeksi lain seperti diare, pernafasan, perut, dan kulit juga masih sering muncul. Penyakit-penyakit ini mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh yang rendah. Munculnya penyakit tersebut disebabkan karena daya tahan tubuh yang rendah akibat dari ketidakseimbangan pemenuhan gizi dan kebutuhan dan paling sering dijumpai di daerah pedesaan. Penyakit diare sendiri menduduki peringkat atas di daerah pedesaan (Aswitha & Biarso, 1990). Sampoerno (2006) menyatakan bahwa munculnya penyakit-penyakit tersebut salah satunya disebabkan karena rendahnya hidup sehat masyarakat. Diare adalah gejala umum dari banyak penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, seperti minum air yang belum dimasak; menggunakan wadah makanan atau minuman yang tidak bersih; makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu;
(17)
mencuci piring, sendok, hanya dengan air atau tidak mencucinya sama sekali; membuang hajat di sembarang tempat; membuang sampah sembarangan sehingga bisa menjadi sarang lalat; membiarkan makanan tidak tertutup sehingga dapat dikotori lalat; makan buah dan sayur mentah yang tidak dicuci terlebih dahulu; memasak makanan dengan tidak sempurna sehingga tidak cukup untuk membunuh semua kuman yang ada; dan memakan makanan yang basi atau makanan sisa yang belum dipanasi. Daerah pedesaan juga merupakan daerah epidemis demam berdarah karena kondisi lingkungan yang buruk, warga buang hajat diselokan, sampah berserakan di berbagai tempat dan sarana air bersih yang masih sedikit ( Sinaga, dkk , 2005).
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003) predisposising dan enabling factor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan individu. Predisposising factor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial, dan ekonomi. Pengetahuan masyarakat pedesaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan masih tergolong kurang. Masyarakat desa masih ada yang mengalami persalinan dengan bantuan non medis ( dukun beranak). Hal ini bukan hanya karena kurangnya tenaga kesehatan tetapi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan yang sehat dan aman. Hal ini didukung dengan penelitian yang menemukan bahwa tingginya angka kematian bayi di daerah pedesaan salah satunya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu akan diare (warman, 2008).
(18)
Predisposising faktor bukan satu-satunya faktor pemicu perilaku kesehatan yang rendah, enabling factor juga mengambil peranan penting. Enabling factor
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat misalnya, air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, dan ketersediaan makanan yang bergizi, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya; perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil.
Sarana dan prasarana ini sendiri masih kurang memadai di daerah pedesaan. Kondisi lingkungan di daerah pedesaan masih tergolong buruk. Hal ini terlihat dari sampah yang berserakan di berbagai tempat dan sarana air bersih yang masih sedikit (Sinaga, dkk , 2005). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosiady (2008) yang menemukan bahwa pemukiman masyarakat pedesaan belum memenuhi standart sanitasi lingkungan yang sehat. Sanitasi dasar seperti jamban dan tempat pembuangan sampah masih jarang ditemukan di rumah warga. Meskipun beberapa rumah warga memiliki jamban namun kondisinya secara fisik tidak terawat dengan baik. Selain kondisi lingkungan yang masih buruk pelayanan kesehatan di pedesaan juga belum memadai. Pusat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit masih sulit dijangkau oleh masyarakat desa. Tenaga pelayanan kesehatan seperti dokter
(19)
dan bidan juga masih kurang. Peralatan rumah sakit di desa juga belum memadai, seperti pap smear dan mamogram untuk pemeriksaan kesehatan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu adalah
personal control (dalam Taylor, 2003). Thompson (dalam Wallstone, 1981) mengatakan personal control merupakan sebuah kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu mempengaruhi kejadian yang tidak diinginkan.
Personal control terdiri dari beberapa jenis, yaitu self-efficacy dan locus of control. Self-efficacy merupakan derajat kepercayaan individu akan kemampuannya melakukan tindakan tertentu pada situasi tertentu (Bandura, 1977). Locus of control (Rotter, 1966) menggambarkan keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Sumber penentu ini berasal dari internal (internal locus of control) atau eksternal (external locus of control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol yang berlebihan, dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. External locus of control
merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar dirinya seperti faktor keberuntungan, nasib atau takdir, misalnya individu yang mengalami penyakit diabetes percaya bahwa hal itu disebabkan oleh faktor keturunan atau takdir.
(20)
Wallstone (1982), menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki
external locus of control sebaliknya cenderung terlibat dalam perilaku yang dapat merusak kesehatan. Menurut Wallstone (1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) juga menyimpulkan bahwa control merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan dan kondisi kesehatan individu. Penelitian lain yang mendukung hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan dilakukan oleh Seeman dan Evan (1962). Penelitian mereka menunjukkan bahwa individu yang aktif mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control. Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini, dilakukan pada pasien-pasien yang menderita tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control
ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control .
Dalam penelitian lain ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Calnan menemukan hubungan yang positif antara olah raga teratur dengan internal locus of control (Bennett, Calnan, Duffy, Norman, Smith & Murphy, dalam Graffeo, 2006) namun pada penelitian lain tidak ditemukan adanya hubungan antara locus of control dengan olah raga teratur (Callaghan, Laffrey & Isenburg, Melamed, Rabinowitz, Weisburg, Tal & Ribak, dalam
(21)
Graffeo, 2006). Hubungan antara locus of control dengan perilaku memilih makanan yang sehat juga dilakukan, namun tidak ada hubungan yang konsisten antara kedua variabel tersebut (Bennett, Durry, Moore, Smith, Murphy & Smith, Schank & Lawrence, dalam Graffeo, 2006). Penelitian Bennet (1998) juga menemukan bahwa locus of control internal tidak selalu mempengaruhi konsumsi alkohol.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu: ”Apakah ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat pedesaan mengenai pentingnya perilaku kesehatan dalam mempengaruhi kondisi kesehatan.
(22)
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang Psikologi khususnya psikologi klinis di bidang kesehatan.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Pada latar belakang masalah dibahas tentang buruknya kondisi kesehatan masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan. Di pedesaan justru banyak penyakit berkembang yang erat kaitannya dengan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan ini salah satunya dipengaruhi oleh kontrol personal yaitu locus of control. Beberapa penelitian menemukan bahwa hubungan kedua variabel ini tidak konsisten. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.
Bab II : Landasan Teori
Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, meliputi landasan teori dari locus of control, landasan teori perilaku kesehatan dan hubungan antara locus of
(23)
control dengan perilaku kesehatan. Bab ini juga mengajukan hipotesa sementara terhadap masalah penelitian, dimana menduga ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi mengenai definisi operasional dari kedua variabel, populasi dan sampel yang akan digunakan, metode pengumpulan data serta metode analisa data. Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala locus of control dan skala perilaku kesehatan. Daya beda aitem kedua skala akan diuji dengan menggunakan korelasi
Pearson Product Moment dan reliabilitasnya akan diuji dengan koefisien Alpha Cronbach. Untuk melihat hubungan kedua variabel peneliti menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisi gambaran umum dari subyek penelitian, hasil penelitian dan interpretasinya sesuai dengan hipotesa penelitian, hasil tambahan yang turut memperkaya hasil penelitian dan pembahasan.
(24)
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang bisa menjadi inspirasi bagi peneliti yang lain untuk bidang kajian yang sama.
(25)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Kesehatan
1. Pengertian perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
Menurut Sarafino (2006) perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status kesehatan.
Taylor (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Misalnya menggosok gigi dan diet sehat.
Pengertian perilaku kesehatan dalam penelitian ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Taylor. Perilaku kesehatan adalah tindakan
(26)
yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan (dalam Taylor 2003) antara lain:
a. Faktor demografik
Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources
yang lebih sedikit (Gottlieb & Green, 1984) b. Usia
Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985).
c. Nilai
Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa, 1991).
d. Personal Control
Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang dilakukan pada
(27)
Health locus of control scale (Wallstone, Wallstone & DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan mereka.
e. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990).
f. Personal Goal
Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting, individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal.
g. Perceived Symptoms
Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan sensasi pada paru-paru mereka.
h. Akses ke Health Care Delivery system
Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan health care system.
(28)
i. Faktor kognisi
Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi, seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.
3. Aspek-aspek perilaku kesehatan
Roizen (1999) mengatakan ada 7 aspek perilaku kesehatan yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku kesehatan individu yaitu;
1. Makan dan minum
a) Mengkonsumsi makanan rendah kalori dan lemak, diet berbagai jenis makanan yang bergizi tinggi.
b) Mengkonsumsi makanan berbahan kacang kedelai segar (tidak termasuk kecap).
c) Mengkonsumsi ikan yang kaya omega 3, seperti salmon minimal satu kali seminggu.
d) Minum minimal 8 gelas air mineral perhari. e) Sarapan setiap hari.
f) Mengkonsumsi makanan yang kaya B6, C, D, E, folate, kalsium atau suplemen tepat yang kaya vitamin tersebut, setiap hari.
g) Menghindari kurang vitamin dan tambahan mineral (khususnya vitamin A dan zat besi).
h) Menghindari diet (makan dengan tepat).
i) Mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah yang sedang (sekitar satu kali dalam satu hari).
(29)
2. Olah raga
a) Olah raga teratur (berjalan 30 menit perhari, atau setaranya).
b) Membangun stamina dengan mengikuti aerobic dengan istirahat tiga kali seminggu.
c) Membangun kekuatan otot dengan mengangkat beban atau mengikuti latihan kekuatan lain tiga kali seminggu selama 10 menit.
3. Kebiasan sehat
a) Menggosok gigi dan flosis setiap hari (penyakit peridontal membahayakan sistem kekebalan dan berkontribusi pada penyakit jantung secara signifikan).
b) Tidur yang baik (7-8 jam setiap malam).
c) Mendapat sinar matahari selama 10-20 menit untuk menghasilkan vitamin D.
d) Menggunakan sabuk pengaman dan memiliki kantong udara di mobil. e) Tinggal di daerah yang memiliki udara bersih (level ozon yang rendah,
hydrokarbon dan zat-zat lain). 4. Seks
a) Memiliki seks sehat (menghindari sex casual dan menggunakan kondom).
b) Memiliki orgasme yang lebih sering. 5. Stres dan dukungan sosial
a) Menghindari stres yang tinggi atau menghadapi stres dengan baik. b) Hidup sesuai dengan penghasilan dan menghindari kebangkrutan.
(30)
c) Mengembangkan hubungan sosial dengan keluarga dan teman. 6. Berat dan Jantung sehat
a) Mempertahankan berat badan yang ideal.
b) Menjaga tekanan darah rendah (dibawah 140/90 dan ideal 115/76). c) Kolesterol yang lebih rendah (total kolesterol dibawah 240mg/dl dan
yang baik 40 mg/dl atau lebih). 7. Tembakau dan rokok
a) Tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.
b) Tidak bekerja atau tinggal di daerah yang berasap (mengkonsumsi pasif tetap berbahaya).
c) Menghindari menggunakan obat-obatan terlarang.
B. Locus Of Control
1. Pengertian locus of control
Menurut Rotter (1966) locus of control adalah keyakinan individu mengenai sumber penentu perilaku. Locus of control terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, sedangkan external locus of control adalah cara dimana individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya.
2. Faktor yang mempengaruhi locus of control
Robinson dan Shaver (1974) mengelompokkan faktor yang mempengaruhi perkembangan locus of control menjadi 2, yaitu:
(31)
a) Episodic antecedent
Episodic antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control seperti kecelakaan atau kematian seseorang yang dicintai.
b) Accumulation antecedent
Accumulation antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control diskriminasi sosial, perasaan tidak berdaya dan pola asuh orang tua.
3. Aspek- aspek locus of control
Rotter (dalam Phares, 1992) menyatakan ada 2 aspek dalam locus of control, yaitu aspek internal dan aspek eksternal:
1. Aspek Internal
Seseorang yang memiliki aspek internal percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari dalam dirinya. Mereka selalu menghubungkan suatu peristiwa dengan faktor dalam dirinya. Faktor dalam aspek internal adalah kemampuan, minat dan usaha.
a. Kemampuan
Individu yang memiliki internal locus of control percaya pada kemampuan yang mereka miliki. Kesuksesan dan kegagalan sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka.
(32)
b. Minat
Individu yang memiliki internal locus of control memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku, peristiwa dan tindakan mereka.
c. Usaha
Individu yang memiliki internal locus of control bersikap pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilaku mereka.
2. Aspek Eksternal
Seseorang yang memiliki external locus of control percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal adalah nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain.
a. Nasib
Individu yang memiliki external locus of control percaya akan firasat baik, buruk. Mereka menganggap kesuksesan dan kegagalan yang mereka peroleh sudah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang telah terjadi.
b. Keberuntungan
Individu yang memiliki external locus of control menganggap setiap orang memiliki keberuntungan dan mereka sangat mempercayai adanya keberuntungan.
(33)
c. Sosial Ekonomi
Individu yang memiliki externallocus of control bersifat materialistik dan menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan.
d. Pengaruh Orang Lain
Individu yang memiliki external locus of control sangat mengharapkan bantuan orang lain dan menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih yang lebih tinggi dari mereka, mempengaruhi perilakunya.
Berdasarkan aspek-aspek locus of control dapat disimpulkan bahwa ada 2 aspek locus of control yaitu aspek internal (minat, usaha dan kemampuan) dan aspek eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi dan pengaruh orang lain).
C. Hubungan Locus Of Control dengan Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah personal control (dalam Taylor, 2003). Personal control terdiri atas self-efficacy dan locus of control. Self-efficacy merupakan derajat kepercayaan individu akan kemampuannya melakukan tindakan tertentu pada situasi tertentu (Bandura, 1977). Locus of control menggambarkan keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya (Rotter, 1966). Sumber penentu ini berasal dari internal (internallocus of control) atau eksternal
(34)
(external locus of control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol yang berlebihan dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. Locus of control external merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar dirinya seperti faktor keberuntungan, nasib atau takdir, misalnya individu yang mengalami penyakit diabetes percaya bahwa hal itu disebabkan oleh faktor keturunan atau takdir.
Walker (2001) mengatakan bahwa dalam area kesehatan, control memiliki hubungan yang positif dengan kondisi kesehatan. Ketika individu mampu menentukan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi terhadap dirinya maka individu itu disebut in control. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallstone (1982) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki
eksternal locus of control sebaliknya cenderung terlibat dalam perilaku yang dapat merusak kesehatan. Menurut Wallstone (1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) menyimpulkan bahwa control merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan dan kondisi kesehatan individu. Penelitian lain yang mendukung hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan dilakukan oleh Seeman dan Evan (1962). Penelitian mereka menunjukkan bahwa individu
(35)
yang aktif mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control. Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini dilakukan pada pasien-pasien yang menderita tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control.
Dari penjelasan dapat dilihat bahwa ada hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan, dimana individu yang memiliki internal locus of control
cenderung memiliki perilaku kesehatan yang tinggi, sedangkan individu yang memiliki external locus of control cenderung memiliki perilaku kesehatan yang rendah.
D. Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan dengan:
H0: Tidak ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan. Hi: Ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan.
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan.
Jenis penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel ini dapat bersifat positif atau negatif. Hubungan yang bersifat positif artinya, semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin tinggi pula nilai varibel yang lain dan sebaliknya semakin rendah nilai satu variabel maka semakin rendah pula nilai variabel yang lain. Hubungan negatif artinya, semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin rendah nilai variabel yang lain dan sebaliknya semakin rendah nilai satu variabel maka semakin tinggi nilai variabel yang lain (Goodwin, 2005).
Korelasi antara dua variabel biasanya orang segara menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara kedua varibel tersebut. Kesimpulan semacam itu kerap kali tidak benar, sebab tidak semua korelasi menunjukkan sebab akibat (Hadi, 2000). Hal ini didukung oleh Goodwinn (2005) yang menyatakan bahwa jika terdapat hubungan antara dua variabel misalnya varibel A dan B, ada kemungkinan A mempengaruhi B, tetapi juga terdapat kemungkinan
(37)
B mempengaruhi A. Ia juga menyatakan bahwa dalam penelitian korelasional tidak ada hubungan sebab akibat, sehingga tidak ada variabel tergantung dan variabel bebas.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu locus of control dan perilaku kesehatan.
B. Definisi Operasional Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Perilaku kesehatan akan diukur dengan menggunakan skala perilaku kesehatan yang disusun oleh peneliti berdasarkan indikator perilaku kesehatan yang diungkapkan oleh Roizen (1999). Semakin tinggi skor yang dicapai individu berarti semakin tinggi perilaku kesehatannya.
Locus of control
Locus of control dalam penelitian ini akan dikhususkan dalam kesehatan atau dapat disebut locus of control dalam kesehatan. Locus of control dalam kesehatan adalah keyakinan individu mengenai sumber penentu kondisi kesehatan mereka. Sumber penentu kondisi kesehatan dapat dikendalikan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Internal yaitu keyakinan seseorang mengenai
(38)
kondisi kesehatan dikendalikan oleh sejumlah faktor yang ada dalam dirinya yaitu; kemampuan, minat dan usaha. Eksternal yaitu keyakinan seseorang mengenai kondisi kesehatan dikendalikan oleh sejumlah faktor yang berada di luar dirinya yaitu; nasib, keberuntungan, sosial ekonomi dan pengaruh orang lain.
Locus of control dalam kesehatan merupakan suatu kontsrak yang kontinum, mulai dari eksternal hingga internal.
Locus of control dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala locus of control dalam kesehatan yang dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek yang diungkapkan oleh Rotter. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin internal. Semakin rendah skor yang dicapai seseorang berarti semakin eksternal.
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel
Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan (Hadi, 2000). Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah masyarakat desa kecamatan Pangururan kabupaten Samosir, minimal berusia 12 tahun. Populasi minimal berusia 12 tahun karena perilaku kesehatan mulai berkembang pada usia 11 atau 12 tahun (Cohen, Brownell & Felix dalam Taylor 2003). Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek
(39)
penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).
2. Jumlah sampel penelitian
Bailey (dalam Soehartono, 2004) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Sedangkan menurut Siegel (1994) tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal sampel penelitian. Kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Azwar (2001) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sesuai dengan pendapat Azwar, peneliti menetapkan 60 orang sampel.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling.
(40)
D. Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut metode skala. Metode skala digunakan karena data yang diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2001).
1. Skala locus of control
Skala locus of control dalam kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
locus of control yang dikemukakan oleh Julian Rotter (dalam Phares, 1992) dan diaplikasikan dalam kesehatan. Skala ini terdiri dari 2 aspek yaitu internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba skala tersebut untuk menjamin kelayakan skala. Skala ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian aspek internal untuk pernyataan SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Bobot penilaian aspek eksternal untuk pernyataan SS = 1, S = 2, TS= 3 dan STS = 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala nilai-nilai utama
locus of control yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
(41)
Tabel 1. Cara Penilaian Skala Locus Of Control
Skor Bentuk Pernyataan
SS S TS STS
Internal 4 3 2 1
Eksternal 1 2 3 4
Aitem skala locus of control disusun berdasarkan aspek locus of control
dikemukakan oleh Julian Rotter dengan blue print pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Blueprint Skala Locus Of Control Saat Uji Coba
No Aspek Item Jumlah Persentase
1 Internal
a. Kemampuan 1, 14, 21, 27, 35, 40, 46, 56
8 14 b. Minat 2, 13, 15, 28, 34,
41, 47, 55
8 14 c. Usaha 3, 12, 16, 22, 33,
42, 48, 54
8 14 2 Eksternal
a. Nasib 4, 11, 17, 23, 29, 36, 49, 53, 52, 57
10 18 b. Keberuntungan 5, 10, 18, 24, 30,
37, 43, 50,
8 14 c. Sosial Ekonomi 6, 9, 19, 25, 31, 38,
44,
7 12 d. Pengaruh Orang
Lain
7, 8, 20, 26, 32, 39, 45, 51,
8 14
Total 57 57 100
2. Skala perilaku kesehatan
Skalaperilaku kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek perilaku kesehatan
(42)
perilaku makan dan minum, olah raga, kebiasan sehat, seks, stres dan dukungan sosial, berat dan jantung sehat, tembakaudan rokok.
Peneliti melakukan uji coba skala untuk menjamin kelayakan skala. Skala ini menggunakan skala model Likert yang terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable
(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala nilai-nilai utama perilaku kesehatan yg digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Cara Penilaian Skala Perilaku Kesehatan Skor
Bentuk Pernyataan
SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
Butir-butir aitem skala perilaku kesehatan disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Roizen (1999) dengan blue print pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Blueprint SkalaPerilaku Kesehatan Saat Uji Coba Nomor Aitem
No. Dimensi Perilaku
Kesehatan Favorable Unfavorable
Jumlah Persentase (%) 1. Makan dan
minum
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13.
1 9 36
(43)
Nomor Aitem No
Dimensi Perilaku
Kesehatan Favorable Unfavorable
Jumlah Persentase (%)
3. Kebiasan sehat 10, 11, 12 19 4 16
4. Seks 17, 25 2 8
5. Stres dan dukungan sosial
16, 22, 15, 21
23, 24 6 24
6. Berat dan Jantung sehat
14 1 4
7. Tembakau dan rokok
18, 20 2 8
Total 17 8 25 100
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes (Azwar, 2001).
1. Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat pernyataan, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000).
(44)
2. Uji daya beda aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes, dengan kata lain memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2001). Pengujian daya beda item ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2001). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian yaitu skala perilaku kesehatan dan skala locus of control.
3. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat reliabilitas alat ukur yang menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1997). Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan reliabilitas
(45)
konsistensi internal yaitu single trial administration dimana skala psikologi hanya diberikan satu kali pada kelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 1997). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alfa cronbach. Analisa data diperoleh melalui program SPSS 12.0 version for windows.
G. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Penyebaran skala untuk uji coba terhadap alat ukur penelitian dilaksanakan di Medan mulai tanggal 5 Maret 2009 sampai 13 Maret 2009 kepada 90 orang mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari desa. Akan tetapi, skala yang berhasil kembali hanya sebanyak 86 skala dengan rincian bahwa sebanyak 80 skala dapat diolah datanya, 6 tidak diisi dengan lengkap sesuai dengan petunjuk.
1. Skala locus of control
Hasil uji coba skala locus of control menunjukkan reliabilitas alfa sebesar 0,8837 dengan nilai rxy aitem bergerak dari -0,1057 sampai 0,6568. Menurut Pearson, untuk jumlah sampel 80 orang, maka aitem dianggap memiliki daya beda yang memuaskan dengan nilai korelasi minimal 0,2018. Jumlah aitem yang diujicobakan adalah 57 aitem, dan dari aitem-aitem tersebut terdapat 44 aitem yang memiliki daya beda yang tinggi dengan nilai rxy > 0,2018. Tabel 5 menunjukkan distribusi aitem setelah uji coba.
(46)
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Setelah Uji Coba
No Aspek Item Jumlah Persentase
.1 Internal
. a. Kemampuan 1, 14, 21, 35, 40, 46, 56
7 16
b. Minat 2, 13, 28, 41, 47, 55 6 14
c. Usaha 16, 22, 33, 42, 48, 54
6 14 2 Eksternal
a. Nasib 4, 11, 23, 36, 49, 53, 52, 57
8 18 b. Keberuntungan 5, 10, 18, 24, 30,
37, 43, 50,
8 18 c. Sosial Ekonomi 9, 19, 25, 31, 44, 5 11
d. Pengaruh Orang Lain
26, 32, 39, 51, 4 9
TOTAL 44 44 100
Setelah melakukan pengguguran aitem maka koefisien alfa menjadi 0,9016 dengan nilai rxy aitem bergerak dari 0,2028 sampai 0,6753. Kemudian peneliti melakukan penomoran aitem yang baru. Pada tabel 6, aitem-aitem merupakan penomoran aitem yang baru yang akan digunakan untuk skala penelitian.
(47)
Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Locus Of Control Untuk Penelitian
No Aspek Item Jumlah Persentase
.1 Internal
. a. Kemampuan 1, 9, 13, 24, 28, 33, 43
7 16
b. Minat 2, 8, 19, 29, 34, 42 6 14
c. Usaha 10, 14, 23, 30, 35, 41
6 14 2 Eksternal
a. Nasib 3, 7, 15, 25, 36, 40, 39, 44
8 18 b. Keberuntungan 4, 6, 11, 16, 20, 26,
31, 37,
8 18 c. Sosial Ekonomi 5, 12, 17, 21, 32, 5 11
d. Pengaruh Orang Lain
18, 22, 27, 38, 4 9
Total 44 44 100
2 Skala locus of control
Hasil uji coba skala locus of control menunjukkan reliabilitas alfa sebesar 0,7232 dengan nilai rxy aitem bergerak dari -0,2455 sampai 0,5414. Menurut Pearson , untuk jumlah sampel 80 orang, maka aitem dianggap memiliki daya pembeda yang memuaskan dengan nilai korelasi minimal 0,1802.
Jumlah aitem yang diujicobakan adalah 25 aitem, dan dari aitem-aitem tersebut terdapat 20 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang tinggi dengan nilai rxy > 0,1883. Tabel 7 menunjukkan distribusi aitem setelah uji coba.
(48)
Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku Kesehatan setelah Uji Coba Nomor Aitem
No Dimensi Perilaku
Kesehatan Favorable Unfavorable
Jumlah Persentase (%) 1. Makan dan
minum
2, 4, 5, 6, 7, 13.
1 7 35
2. Olah raga 9 - 1 5
3. Kebiasan sehat 10, 11, 12, - 3 15
4. Seks - 17, 25 2 10
5. Stres dan dukungan sosial
16, 22, 15, 21
- 4 20
6. Berat dan Jantung sehat
14 - 1 5
7. Tembakau dan rokok
- 18, 20 2 10
Total 15 5 20 100
Setelah melakukan pengguguran aitem maka koefisien alfa menjadi 0,7733 dengan nilai rxy aitem bergerak dari 0,1883 sampai 0,5177. Kemudian peneliti melakukan penomoran aitem yang baru. Pada tabel 8, terdapat aitem-aitem yang merupakan penomoran aitem yang baru yang akan digunakan untuk skala penelitian.
(49)
Tabel 8. Distribusi Aitem-Aitem Skala Perilaku KesehatanUntuk Penelitian Nomor Aitem
No. Dimensi Perilaku
Kesehatan Favorable Unfavorable
Jumlah Persentase (%) 1. Makan dan
minum
2, 3, 4, 5, 6, 11.
1 7 35
2. Olah raga 7 - 1 5
3. Kebiasan sehat 8, 9, 10, - 3 15
4. Seks - 15, 20 2 10
5. Stres dan dukungan sosial
14, 19, 13, 18
- 4 20
6. Berat dan Jantung sehat
12 - 1 5
7. Tembakau dan rokok
- 16, 17 2 10
Total 15 5 20 100
H. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap persiapan penelitian
Dalam tahap persiapan, yang dilakukan peneliti adalah : 1. Penyusunan alat ukur
Pada penelitian ini, peneliti menyusun alat ukur locus of control yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Rotter dan aspek perilaku kesehatan yang dikemukakan oleh Roizen.
(50)
2. Uji coba alat ukur
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba alat ukur yang telah disusun. Uji coba dilakukan di Medan pada tanggal 5 maret 2009 sampai 13 Maret 2009 kepada 86 orang mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari desa. Skala diberikan langsung oleh peneliti. Dari 90 set skala yang disebarkan yang kembali sebanyak 86 set skala, tetapi data skala yang dapat dipergunakan sebanyak 80 set skala dikarenakan 6 set skala lagi tidak dapat dipergunakan karena ada pernyataan yang tidak diisi.
3. Penyusunan alat ukur penelitian
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS for windows 10.0 version. Aitem-aitem yang sahih kemudian disajikan dalam skala penelitian. Peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala uji coba untuk skala locus of control sebanyak tiga kali pengolahan data sehingga di dapat dari 57 aitem yang diujicobakan, digunakan 44 aitem untuk penelitian lebih lanjut dengan koefisien alfa keseluruhan butir pernyataan sebesar 0,9016. Uji validitas dan reliabilitas skala uji coba untuk skala perilaku kesehatan dilakukan sebanyak tiga kali pengolahan data sehingga didapat dari 25 aitem yang diujicobakan, digunakan 20 aitem untuk penelitian lebih lanjut dengan koefisien alpha keseluruhan pernyataan sebesar 0,7733.
(51)
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa skala
locus of control dan skala perilaku kesehatan dimana masyarakat pedesaan diminta memberi respon pada skala tersebut. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 16 Maret 2009 sampai 19 Maret 2009 . Skala diberikan kepada 68 orang. Banyaknya skala yang berhasil kembali adalah 65 set skala dengan rincian 60 set skala dapat diolah datanya sedangkan 5 set skala tidak dapat diolah datanya karena tidak sesuai dengan petunjuk pengisian.
3. Tahap pengolahan data
Setelah diperoleh data dari alat ukur, tahap selanjutnya adalah pengolahan data dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS for windows 12.0 version.
I. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisis statistik. Pertimbangan menggunakan analisa statistik dalam penelitian ini adalah:
a. Statistik bekerja dengan angka-angka. b. Statistik bersifat objektif.
c. Statistik bersifat universal, dalam arti dapat digunakan pada semua bidang penelitian (Hadi, 2000)
Untuk mendapatkan hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan digunakan koefisien korelasi pearson product moment. Data yang diperoleh akan
(52)
diolah dengan analisis statistik dengan menggunakan program spss version 12.0 for windows.
Sebelum data diolah dilakukan uji asumsi, yaitu: 1. Uji normalitas sebaran.
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel yakni locus of control dan perilaku kesehatan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
one sample Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai p > 0.05.
2. Uji linearitas hubungan.
Uji linearitas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel
locus of control berkorelasi secara linear terhadap data variabel perilaku kesehatan. Uji linearitas hubungan ini dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode analisa regresi. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi secara linear jika nilai p < 0.05 atau nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel. Semua data pada penelitian, dianalisa dengan menggunakan SPSS for windows 12.0. version.
(53)
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasi data penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subyek penelitian, hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian.
A. Analisa Data
1. Gambaran subjek penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat pedesaan di Kecamatan Pangururan. Gambaran subyek penelitian diperoleh berdasarkan usia, status kerja, dan jenis kelamin.
a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia
Berdasarkan usia subjek penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :
Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia N Persentase
16-20 7 11,7 %
23-40 29 48,3 %
41-63 24 40 %
(54)
Berdasarkan tabel 9 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar berusia antara 23-40 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (48,3 %), yang berusia 41-63 tahun sebanyak 24 orang (40 %), yang berusia 16-20 tahun sebanyak 7 orang (11,7 %). b. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis pekerjaan
Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan N Persentase
Wiraswasta 3 5 %
Petani 39 65 %
Guru 6 10 %
Pelajar 4 6,7 %
Ibu rumah tangga 6 10 %
Perawat 2 3,3 %
Total 60 100 %
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petani sebanyak 39 orang (65 %), guru dan ibu rumah tangga masing-masing sebanyak 6 orang (10%), pelajar sebanyak 4 orang (6,7 %), wiraswasta sebanyak 3 orang (5 %), dan perawat sebanyak 2 orang (3,3 %).
(55)
c. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Persentase
Laki-laki 19 31,67 %
Perempuan 41 68,33 %
Total 60 100 %
Dari tabel 11 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi subyek penelitian adalah perempuan, yaitu sebanyak 41 orang (68, 33 %), sedangkan masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (31,67 %).
2. Hasil penelitian
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang meliputi hasil uji asumsi dan hasil utama penelitian. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel yakni locus of control dan perilaku kesehatan telah terdistribusi secara normal dan uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel locus of control berkorelasi secara linear terhadap data variabel perilaku kesehatan.
a. Hasil uji asumsi 1. Uji normalitas
a. Uji normalitas sebaran pada skala locus of control menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan
(56)
terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas diperoleh nilai z = 0,468 dan p = 0,981. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.
b. Uji normalitas sebaran pada skala perilaku kesehatan menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas diperoleh nilai z = 0,817 dan p = 0,517. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.
Tabel 12. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perilaku kesehatan Locus of control N
Z
Signifikansi (1-tailed)
60 0,817 0,517
60 0,468 0,981 Keterangan
N : jumlah sampel
Z : kolmogorov smirnov tes 2. Uji linearitas
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan uji Analisa Regresi, yang menunjukkan bahwa variabel locus of control memiliki hubungan linier terhadap perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan di kecamatan Pangururan. Dari hasil uji linieritas diperoleh nilai F = 14,249 dan ρ = 0,000. Hubungan linieritas positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
(57)
Tabel 13. Linearitas Hubungan Variabel Locus Of Control Dengan Perilaku Kesehatan
Model F Signifikansi
Regresi 14,249 0,000
c. Hasil utama penelitian
Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil pengolahan data mengenai hubungan antara variabel locus of control dengan perilaku kesehatan yang diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi. Metode yang dipilih untuk mengkorelasikan data adalah Uji pearson product moment dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0. Hasil perhitungan menyatakan bahwa koefisien korelasi sebesar R = 0,444. Ini menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan yang ada di Kecamatan Pangururan. Dengan demikian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan diterima. Hasil korelasi Pearson Product Moment dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Hasil Korelasi Pearson Product Moment
Keterangan
N : Jumlah sampel
Perilaku kesehatan
Locus of control
Perilaku kesehatan R
Signifikansi (1-tailed) N 1 60 0,444 0,000 60
Locus of control R
Signifikansi (1-tailed) N 0,444 0,000 60 1 60
(58)
Untuk melihat sejauh mana locus of control mampu memprediksi perilaku kesehatan dan seberapa besar peran locus of control terhadap perilaku kesehatan maka peneliti melakukan uji simple regresion. Hasil analisa uji regresi dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Hasil Analisa Regresi
B R square
Konstanta 44, 371
Locus of control 0, 136 0, 197
Dari hasil Analisa Regresi pada tabel 15 koefisien determinan (R-square) yang diperoleh dari hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan adalah sebesar 0,197 (R-square = 0,197). Hal ini menunjukkan bahwa peranan locus of control terhadap perilaku kesehatan adalah sebesar 19 %, sedangkan sisanya yang sebesar 81 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Selain itu garis persamaan regresi yang dihasilkan yaitu perilaku kesehatan = 44,371 + 0,136 (locus of control), artinya nilai perilaku kesehatan akan bertambah sebesar 44,371 + 0,136 jika locus of control = 1 satuan.
d. Hasil tambahan
1. Kategorisasi data penelitian
Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2000) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subyek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
(59)
Locus of control dalam kategori tinggi artinya memiliki internal locus of control. Individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh kemampuan, minat, dan usahanya dalam menjaga kesehatan. Locus of control dalam kategori sedang artinya individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh internal (kemampuan, minat, dan usaha) dan eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain). Locus of control dalam kategori rendah artinya external locus of control, individu yakin bahwa kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain).
Perilaku kesehatan dalam kategori tinggi artinya individu sudah menjalankan pola hidup sehat. Perilaku kesehatan dalam kategori sedang artinya individu melakukan perilaku kesehatan namun masih melakukan perilaku yang dapat merusak kesehatan seperti merokok. Perilaku kesehatan dalam kategori rendah artinya melakukan tidak memiliki pola hidup sehat.
Tabel 16. Kriteria Kategorisasi Data Locus of Control dan Perilaku Kesehatan
Variabel Kriteri Jenjang Kategori
(μ + 1,0 SD) ≤ X Internal (μ -1,0 SD) ≤ X< (μ + 1,0 SD) Tidak terkategorikan
Locus Of Control
X < (μ – 1,0 SD) Eksternal
(μ + 1,0 SD) ≤ X Tinggi
(μ -1,0 SD) ≤ X< (μ + 1,0 SD) Sedang Perilaku Kesehatan
(60)
Peneliti mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empirik. Mean hipotetik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor idealnya skala, sedangkan berdasarkan mean empirik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor dari subyek penelitian. Deskripsi data penelitian locus of control dapat dilihat pada tabel 17 berikut:
Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian Locus Of Control
Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Locus of
Control 88 166 124 16 44 176 110 22
Berdasarkan tabel 17 diperoleh mean empirik skala locus of control adalah 124 dengan standard deviasi empirik 16 dan mean hipotetiknya adalah 110 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 22. Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata
locus of control subyek penelitian tidak terkategorikan dalam pengkategorisasian skor locus of control berdasarkan mean hipotetik.
Tabel 18. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Hipotetik
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
132 ≤ X Internal 16 26,7
110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 33 55
Locus Of Control
(61)
Dari tabel 18 diketahui bahwa subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori internal sebanyak 16%, yang tergolong ke dalam tidak terkategorikan sebanyak 33%, yang tergolong ke dalam kategori eksternal sebanyak 11%.
Tabel 19. Kategorisasi Locus Of Control Berdasarkan Mean Empirik Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
140≤ X Internal 10 16,7
108 ≤ X < 140 Tidak terkategorikan 40 66,6
Locus Of Control
X < 108 Eksternal 10 16,7
Dari tabel 19 diketahui bahwa subjek penelitian yang tergolong ke dalam kategori internal sebanyak 10%, yang tidak terkategorikan sebanyak 40%, tergolong ke eksternal sebanyak 10%. Deskripsi data penelitian perilaku kesehatan dapat dilihat pada tabel 20 berikut:
Tabel 20. Deskripsi Data Penelitian Perilaku Kesehatan
Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD Perilaku
Kesehatan 52 76 61 4,9 20 80 50 10
Berdasarkan tabel 20 diperoleh mean empirik skala perilaku kesehatan adalah 61 dengan standard deviasi empirik 4,9 dan mean hipotetiknya adalah 50 dengan standard deviasi hipotetik sebesar 22. Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa
(62)
rata-rata perilaku kesehatan subyek penelitian terletak pada kategori tinggi dalam pengkategorisasian berdasarkan mean hipotetik.
Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Hipotetik
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
60 ≤ X Tinggi 35 58,3 %
40 ≤ X< 60 Sedang 25 41,7 %
Perilaku Kesehatan
X < 40 Rendah - 0 %
Dari tabel 21 diketahui bahwa subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang tinggi ada 35 orang (58,3%), subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori sedang ada 25 orang (41,7%), sedangkan subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori rendah tidak ada (0 %).
Tabel 21. Kategorisasi Perilaku Kesehatan Berdasarkan Mean Empirik
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
65,9 ≤ X Tinggi 10 16,7
56,1 ≤ X<65,9 Sedang 39 65
Perilaku Kesehatan
X < 56,1 Rendah 11 18,3
Dari tabel 21 diketahui bahwa subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang tinggi ada 10 orang (16,7%), subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang sedang ada 39 orang
(63)
(65%), subyek penelitian yang tergolong ke dalam kategori perilaku kesehatan yang rendah ada 11 orang (18,3%).
Peneliti juga menggambarkan kategori perilaku kesehatan dan kategori
locus of control berdasarkan status pekerjaan, jenis kelamin, dan usia. Deskripsi data perilaku kesehatan berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel 22 di bawah ini:
Tabel 22. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Status Pekerjaan Persentase
Variabel Rentang Nilai
Kategori
P PR G W I PT
60≤X Tinggi 50 100 100 66,7 83,3 46,2 40 X< 60 Sedang 50 - - 33,3 16,7 53,8 Perilaku
Kesehatan
X< 40 Rendah - - - - Keterangan:
P : Pelajar W : Wiraswasta
G : Guru
I : Ibu rumah tangga PR : Perawat PT : Petani
Berdasarkan tabel 22 dapat dilihat bahwa pelajar yang memiliki perilaku kesehatan dalam kategori tinggi dan sedang masing-masing sebanyak 50%. Perawat dan guru 100% berada dalam kategori tinggi. Wiraswasta yang berada dalam kategori tinggi ada sebanyak 66,7% , kategori sedang sebanyak 33,3% dan tidak ada untuk kategori rendah (0%). Ibu rumah tangga sebanyak 83,3% berada dalam kategori tinggi, 16,7% berada dalam kategori sedang. Petani yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 46,2%, kategori sedang sebanyak 53,8%,.
(64)
Deskripsi kategori perilaku kesehatan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:
Tabel 23. Kategori Perilaku Kesehatan Berdasarkan Usia Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori
16-20 21-40 41-63
60 ≤X Tinggi 42,9 65,5 54,2
40 ≤X< 60 Sedang 57,1 34,5 45,8 Perilaku
Kesehatan
X< 40 Rendah - - -
Dari tabel 23 di atas dapat dilihat bahwa subjek yang berusia 16-20 tahun yang berada dalam ada kategori tinggi ada sebanyak 42,9% dan dalam kategori sedang sebanyak 57,1%. Subjek yang berusia 21-40 tahun pada kategori tinggi ada sebanyak 65,5% dan pada kategori sedang sebanyak 34,5%. Subjek yang berusia 41-63 tahun pada kategori tinggi sebanyak 54,2 dan pada kategori sedang sebanyak 45,8%.
Deskripsi kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini:
Tabel 24. kategori perilaku kesehatan berdasarkan jenis kelamin Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori
Perempuan Laki-laki
60 ≤X Tinggi 65,9 42,1
40 ≤X< 60 Sedang 34,1 57,9
Perilaku Kesehatan
(65)
Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa perilaku kesehatan perempuan pada kategori tinggi sebanyak 65,9%, kategori sedang sebanyak 34,1%. Perilaku kesehatan pada laki-laki yang berada pada kategori tinggi sebanyak 42,1%, kategori sedang sebanyak 57,9%.
Deskripsi kategori locus of control berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:
Tabel 25. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Status Pekerjaan Persentase Variabel Rentang Nilai Kategori
P PR G I W PT
132 ≤ X Internal 75 50 50 66,7 33,3 10,3 110 ≤ X< 132 Tidak
terkategorikan
25 50 50 33,3 66,7 61,5
Locus Of Control
X < 110 Eksternal - - - 28,2
Berdasarkan tabel 25 dapat dilihat bahwa pelajar yang memiliki locus of control dalam kategori tinggi sebanyak 75%, untuk kategori sedang sebesar 25%. Perawat dan guru yang berada dalam kategori tinggi dan sedang masing-masing sebanyak 50%. Ibu rumah tangga sebanyak 66,7% berada dalam kategori tinggi, 33,3% berada dalam kategori sedang. Wiraswata yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 33,3% dan dalam kategori sedang sebanyak 66,7%. Petani yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 10,3%, kategori sedang sebanyak 61,5%, dan kategori rendah sebanyak 28,2%.
Deskripsi kategori locus of control berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:
(66)
Tabel 26. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Usia Persentase Variabel Rentang Nilai Kategori
16-20 21-40 41-63 132 ≤ X Internal 71,4 20,7 20,8 110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 28,6 67 45,8
Locus Of Control
X < 110 Eksternal - 10,3 33,4
Dari tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa subjek yang berusia 16-20 tahun yang berada dalam kategori internal ada sebanyak 71,4%, tidak terkategorikan sebanyak 28,6%, sedangkan eksternal tidak ada. Subjek yang berusia 21-40 tahun pada kategori internal ada sebanyak 20,7%, tidak terkategorikan sebanyak 67%, sedangkan eksternal sebanyak 10,3%. Subjek yang berusia 41-63 tahun pada kategori internal sebanyak 20,8%, tidak terkategorikan sebanyak 45,8%, pada kategori eksternal sebanyak 33,4%.
Deskripsi kategori locus of control berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini:
Tabel 27. Kategori Locus Of Control Berdasarkan Jenis Kelamin Frekuensi Variabel Rentang Nilai Kategori
Perempuan Laki-laki
132 ≤ X Internal 29,3 21
110 ≤ X< 132 Tidak terkategorikan 51,2 63,2
Locus Of Control
(67)
Dari tabel 27 dapat dilihat bahwa locus of control perempuan pada kategori internal sebanyak 29,3%, tidak terkategorikan sebanyak 51,2%, sedangkan kategori eksternal sebanyak 19,5%. Locus of control pada laki-laki yang berada pada kategori internal sebanyak 21%, tidak terkategorikan sebanyak 63,2%, sedangkan kategori eksternal sebanyak 15,8%.
B. Pembahasan
Hasil analisa korelasi antara locus of control dengan perilaku kesehatan pada masyarakat pedesaan menghasilkan koefisien korelasi positif yang signifikan antara locus of control dengan perilaku kesehatan, artinya semakin internal locus of control pada masyarakat pedesaan maka semakin tinggi pula perilaku kesehatan, dan juga memiliki arti bahwa semakin eksternal locus of control pada masyarakat pedesaan maka perilaku kesehatan semakin rendah pula. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallstone (1981, 1982). Wallstone berpendapat bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku kesehatan sebaliknya individu yang memiliki external locus of control cenderung terlibat dalam perilaku yang merusak kesehatan. Menurut Wallstone (1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) menyimpulkan bahwa control merupakan salah satu faktor penentu perilaku kesehatan individu. Sejalan dengan hal itu Taylor (2003) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan adalah personal control yang salah satunya terdiri dari locus of control.
(1)
Measures of Association
.444 .197 .710 .505
VAR00001 * VAR00002
R R Squared Eta Eta Squared
Descriptive Statistics
61.0667 4.8742 60 122.9167 15.9366 60 VAR00001
VAR00002
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .444** . .000 1401.733 2035.333 23.758 34.497
60 60
.444** 1.000
.000 .
2035.333 14984.583 34.497 253.976
60 60
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
VAR00001
VAR00002
VAR00001 VAR00002
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
(2)
1
RAHASIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1
Berilah silang (x) pada kolom yang paling sesuai dengan kondisi
sudara/i, dalam menjawab pernyataan ini tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Isilah sesuai dengan kondisi saudara
Keterangan
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS: Sangat Tidak Sesuai
PERIKSALAH KEMBALI JAWABAN ANDA JANGAN SAMPAI ADA YANG TIDAK DIISI
PENELITI MENGUCAPKAN TERIMAKASIH TELAH BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN INI
mengalami stress tinggi
15 Berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual
> 12 kali 8-12 kali < 8 kali 0
16 Merokok > 12 kali 8-12 kali < 8 kali 0 17 Mengkonsumsi
obat-obatan terlarang
> 12 kali 8-12 kali < 8 kali 0 18 Mengikuti organisasi
kemasyarakatan
> 12 kali 8-12 kali < 8 kali 0
19 Membuat perencanaan
untuk menyelesaikan masalah
> 12 kali 8-12 kali < 8 kali 0
20 Melakukan hubungan sex dengan menggunakan mulut
(4)
3
PETUNJUK PENGISIAN SKALA 2
Berilah tanda
silang (X
) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan kebiasaan anda selamasatu bulan terakhir
. Dalam menjawab pernyataan ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Isilah sesuai dengan kondisi saudaraNO Pernyataan Sangat
Sering
Sering Jarang
Tidak
pernah
1 Mengkonsumsi daging berlemak
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0 2 Mengkonsumsi
tahu tempe
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0 3 Minum air putih
paling sedikit 8 gelas sehari
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
4 Sarapan pagi > 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
5 Makan
buah-buahan
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0 6 Makan
sayur-sayuran berwarna kuning dan hijau
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
7 Olah raga pagi > 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
8 Menggosok gigi
dua kali sehari
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
9 Tidur 7-8 jam setiap malam
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0 10 Mendapat sinar
matahari pagi (7.00-9.00) 10 sampai 20 menit
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
11 Mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti bayam, hati, ginjal dan daun ubi.
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
12 Mengontrol porsi makanan
> 20 kali 13-20 kali
< 13 kali 0
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Saya bertanggung jawab atas kesehatan saya
SS S TS STS 2 Saya senang menjalankan pola hidup
sehat
SS S TS STS 3 Saya sehat atau sakit ditentukan oleh
takdir
SS S TS STS 4 Saya sehat karena saya beruntung SS S TS STS 5 Kondisi kesehatan saya ditentukan oleh
kondisi sosial ekonomi
SS S TS STS 6 Saya percaya bahwa keberuntungan ada
di pihak saya maka saya sehat
SS S TS STS 7 Bila saya sakit, takdir yang menentukan SS S TS STS
(5)
kapan saya sembuh
8 Saya suka mencari tahu informasi tentang kesehatan
SS S TS STS 9 Saya mampu mengendalikan kondisi
kesehatan saya
SS S TS STS 10 Meskipun saya sakit, saya mengusahakan
untuk makan teratur
SS S TS STS 11 Saya sehat atau tidak tergantung pada
keberutungan saya
SS S TS STS 12 Tingkat kesejahteraan mempengaruhi
kondisi tubuh saya
SS S TS STS 13 Saya sakit karena saya tidak menjaga
kesehatan saya
SS S TS STS 14 Saya melakukan apa saja demi
kesehatan saya.
SS S TS STS
15 Sehat tidaknya saya sudah diatur oleh nasib
SS S TS STS
16 Saya mempercayakan kesehatan saya pada keberuntungan
SS S TS STS 17 Menurut saya pendapatan yang rendah
membuat seseorang mudah terserang penyakit
SS S TS STS
18 Saya harus diingatkan untuk makan obat ketika sakit
SS S TS STS 19 Saya senang mengatur pola makan saya SS S TS STS 20 Kesehatan saya lebih dipengaruhi oleh
keberuntungan
SS S TS STS 21 Jika saya tidak punya uang besar
kemungkinan saya akan sakit
SS S TS STS
22 Saya malas makan bila tidak diingatkan oleh orang tua
SS S TS STS 23 Usaha saya menjaga kesehatan sangat
menentukan kondisi kesehatan saya
SS S TS STS 24 Saya dapat hidup lebih lama bila saya
berprilaku sehat
SS S TS STS 25 walaupun saya menjaga kesehatan, jika
sudah ditakdirkan sakit, saya akan sakit
SS S TS STS 26 Jika saya beruntung, maka saya akan
selalu sehat
SS S TS STS 27 Saya membutuhkan orang lain untuk
menjaga kesehatan saya
SS S TS STS 28 Saya sehat karena saya mampu menjaga
kesehatan saya
SS S TS STS 29 Saya tertarik mengikuti seminar
kesehatan
SS S TS STS 30 jika saya berusaha menjaga kesehatan,
saya akan tetap sehat
SS S TS STS 31 Agar tetap sehat seseorang harus
benar-benar beruntung
SS S TS STS 32 Saya yakin orang-orang kaya selalu sehat SS S TS STS 33 Saya yakin saya mampu mengubah
kondisi kesehatan saya
SS S TS STS 34 Saya suka membaca informasi mengenai
pola hidup sehat
SS S TS STS 35 Bila saya sakit itu karena saya tidak
berusaha menjaga kesehatan
SS S TS STS 36 Nasib saya sangat menentukan kondisi
kesehatan saya
SS S TS STS 37 Ketika saya sakit itu artinya saya sedang
sial
(6)
5
38 Kesehatan saya sangat dipengaruhi oleh dukungan teman-teman saya.
SS S TS STS 39 Kondisi kesehatan saya sudah digariskan
takdirnya
SS S TS STS 40 Saya sehat atau tidak takdirlah yang
menentukan
SS S TS STS 41 Saya tidak pernah jenuh untuk menjaga
kesehatan saya.
SS S TS STS 42 Saya tertarik dengan berita-berita
mengenai kesehatan
SS S TS STS 43 Saya yakin akan tetap sehat bila saya
memiliki pola hidup sehat
SS S TS STS 44 Semua yang terjadi pada saya sudah
ditakdirkan