on Pathogenic Bacteria and Yeast

+,-..0123430+,-,.,+012,+5 terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan akhir-akhir ini. Fenomena ini terus meningkat sejak krisis ekonomi tahun 1997 yang menyebabkan harga obat sintetik melonjak tinggi karena sebagian besar bahan baku obat sintetik tersebut merupakan komoditi impor Dorly 2005. Keuntungan penggunaan obat tradisional antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah. Obat tradisional mempunyai makna yang sangat penting karena disamping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh obat-obatan modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter Pudjarwoto et al 1992. Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang dilakukan adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat. Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat Yuharmen 2002. Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah herba meniran Phyllanthus niruri L.. Meniran dapat dipakai untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit termasuk sariawan, sakit ginjal, gonore, sebagai antipiretik, diuretik, antispasmodik, diare, hepatitis, rabun senja, digigit anjing gila, bisul di kelopak mata, radang kandung kemih, kencing batu, radang ginjal, dan membuang kelebihan asam urat darah melalui urin Soemiati et al 2009; Praseno et al 2001; Syamsuhidayat dan Hutapea 1991; Heyne 1987. Berdasarkan kemampuannya mengatasi berbagai macam penyakit di atas, serta untuk mencari alternatif obat tradisional agar dapat menghindari dampak negatif dari obat-obatan modern maka perlu diuji pengaruh ekstrak herba meniran Phyllanthus niruri L. terhadap pertumbuhan bakteri dan khamir patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba meniran terhadap pertumbuhan bakteri dan khamir patogen, mengetahui konsentrasi optimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen, mengetahui aktifitas sitotoksik ekstrak herba meniran dengan metode uji Brine Shrimp, serta mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak herba meniran. CARA KERJA Pembuatan Ekstrak Herba Meniran Herba meniran diperoleh dari Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tanaman dicuci bersih, lalu dikeringanginkan pada suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung selama ± 1 minggu, kemudian dipotong kecil-kecil ± 1 cm. Sampel kemudian +,-..0123430+,-,.,+012,+5 diblender kering hingga menjadi serbuk simplisia. Selanjutnya ditimbang sebanyak 300 g dan dimasukkan ke dalam 3 buah erlenmeyer dan direndam dimaserasi dengan pelarut n-heksana. Pemerasian dilakukan pada suhu kamar dan hindari terkena sinar matahari, selama ± 3 hari dan pengadukan dilakukan setiap hari. Setelah 3 hari pemaserasian, maserat kemudian disaring. Filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali dengan larutan yang baru. Maserasi dilakukan 5 kali hingga diperoleh maserat yang terakhir berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 50º C dan diuapkan in vacuo sehingga terpisah pelarutnya dengan ekstrak kental herba meniran. Ekstrak kental kemudian dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator sehingga diperoleh ekstrak kering. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap larutan etil asetat dan metanol. Penyiapan Bakteri dan Khamir Uji Bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, diinokulasikan ke dalam media miring nurient agar NA. Sedangkan untuk khamir uji Candida albicans diinokulasikan ke dalam media miring potato dextrose agar PDA. Inokulum selanjutnya diinkubasi pada suhu 37º C selama 24 jam. Dari stok kultur tersebut diambil biakan dengan jarum ose steril dan disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 3 ml larutan NaCl fisiologis 0,9. Kemudian dihomogenkan dengan vortex hingga diperoleh kekeruhan suspensi sebanding dengan kekeruhan larutan McFarland yang setara dengan 10 8 CFUml. Uji Ekstrak Meniran terhadap Bakteri dan Khamir Patogen Dalam pengujian ekstrak herba meniran digunakan kertas cakram kosong dengan diameter 6 mm. Cakram dimasukkan ke dalam cawan petri kosong steril. Larutan ekstrak yang telah diencerkan dengan konsentrasi 0, 1, 5 dan 10 masing-masing dipipet sebanyak 10µl selanjutnya diteteskan pada permukaan cakram dan ditunggu selama ± 1 jam hingga larutan ekstrak berdifusi ke dalam cakram. Sebanyak 10 ml media Mueller Hinton Agar MHA dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Lidi kapas steril dicelupkan pada suspensi biakan, dan diusapkan perlahan-lahan pada permukaan media secara merata, selanjutnya dibiarkan mengering pada suhu kamar selama beberapa menit. Dengan menggunakan pinset steril, cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda diletakkan secara teratur pada permukaan media uji. Kultur diinkubasi pada suhu optimum pertumbuhan 37-38º C untuk bakteri uji dan 32º C untuk khamir uji selama 24 jam. Setelah masa +,-..0123430+,-,.,+012,+5 inkubasi, diameter zona hambat daerah bening di sekitar cakram diukur dengan menggunakan jangka sorong. Aktivitas ekstrak tumbuhan dapat dilihat dengan adanya zona hambat di sekitar cakram. Daerah bening di sekitar kertas cakram menunjukkan uji positif Yuharmen 2002. Prosedur Kerja Uji Brine Shrimp Hewan uji yang digunakan adalah larva udang Artemia salina. Kista A. salina ditetaskan di dalam bejana yang telah diisi air laut dan dilengkapi dengan alat aerasi. Selanjutnya dibiarkan selama 48 jam hingga kista menetas dan tumbuh dewasa nauplii. Larutan uji yang telah dibuat untuk konsentrasi 1000 ppm, 100 ppm dan 10 ppm masing-masing dibuat 3 vial dan 1 vial untuk kontrol dengan perlakuan yang sama tetapi tanpa menggunakan ekstrak. Ke dalam setiap vial ditambahkan dimetilsulfoksida sebanyak 50 µl dan ditambahkan air laut sebanyak 2 ml. Sebanyak 10 ekor larva udang dimasukkan ke dalam masing-masing vial dan ditambahkan air laut hingga volume total 5 ml. Kematian larva udang diamati setelah 24 jam. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program finney hingga diperoleh niali LC 50 Meyer et al 1982 dalam Dey Harborne 1991. Uji Fitokimia Herba Meniran Uji fitokimia herba meniran adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Senyawa kimia yang diuji antara lain: alkaloid, glikosida, steroida dan triterpen bentuk bebas, saponin, cyanogenik glikosida, antrakinon glikosida, tanin, dan flavonoida. Prosedur kerja uji fitokimia dapat dilakukan dengan cara: Alkaloid. Satu g ekstrak metanol herba meniran ditambahkan ke dalam 10 ml 0,2 N HCl, kemudian dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100º C, selanjutnya didinginkan dan disaring. Lalu ditambahkan 2 tetes larutan iodium ke dalam 0,5 ml filtrat, jika terdapat kekeruhan maka mengandung alkaloid Depkes RI 1995. Glikosida. Membuat larutan percobaan: Satu g ekstrak metanol herba meniran dicampurkan dengan 10 ml campuran etanol 95 dengan air 7:3 dalam alat pendingin alir balik, kemudian direfluks selama 10 menit, lalu larutan tersebut didinginkan dan disaring. Kemudian 25 ml air dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M ditambahkan ke dalam 20 ml filtrat, kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat diekstrak sebanyak 3 kali dengan menambahkan 20 ml campuran kloroform-isopropanol 3:2. Kemudian ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrat ke +,-..0123430+,-,.,+012,+5 dalamnya, lalu disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50º C. Selanjutnya sisa filtrat dilarutkan dengan 2 ml metanol. Cara percobaan: 0,1 ml larutan di atas diuapkan dengan penangas air. Kemudian sisanya dilarutkan dalam 5 ml asam asetat anhidrat, ditambahkan pula 10 tetes asam sulfat pekat, maka akan terjadi warna biru atau hijau, jika mengandung glikosida reaksi Libermann-Bouchard Depkes RI 1995. Steroid dan Triterpen Bentuk Bebas. Satu g ekstrak metanol herba meniran dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Kemudian 5 ml filtrat diuapkan di dalam cawan penguap, lalu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat, maka akan terbentuk warna ungu atau hijau jika mengandung steroid atau triterpen Farnsworth 1996. Saponin. Sepuluh ml air panas ditambahkan ke dalam 0,5 g ekstrak metanol herba meniran, lalu didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Apabila terbentuk buih selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang maka ekstrak tersebut mengandung saponin Depkes RI

1995. Cyanogenik Glikosida. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian dilembabkan dengan air. Kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan natrium pikrat dijepitkan dengan bantuan gabus pada mulut labu. Kemudian sampel tersebut dibiarkan terkena sinar matahari. Apabila timbul warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya cyanogenik glikosida Depkes RI 1995. Antrakinon Glikosida. Dua ml larutan FeCl 3 dan 8 ml air serta 5 ml HCl pekat ditambahkan ke dalam 200 mg ekstrak metanol herba meniran, lalu dididihkan, kemudian didinginkan. Selanjutnya 5 ml benzen ditambahkan ke dalamnya, kemudian dikocok dan dibiarkan sampai lapisan benzen memisah, lalu dicuci 2 kali dengan 2 ml air, sampai lapisan benzen bewarna kuning. Kemudian 2 ml NaOH 2 N ditambahkan dan dikocok. Jika lapisan benzen tidak berwarna dan lapisan air berwarna merah, maka menunjukkan adanya antrakinon Depkes RI 1995. Tanin. Sepuluh ml air ditambahkan ke dalam 1 g ekstrak metanol herba meniran, kemudian disaring dan diencerkan sampai hampir tidak berwarna. Kemudian 1-2 tetes larutan FeCl 3 10 ditambahkan ke dalam +,-..0123430+,-,.,+012,+5 2 ml larutan sampel, jika muncul warna biru atau hijau menunjukkan adanya tanin Farnsworth 1996. Flavonoid. Sepuluh ml metanol ditambahkan ke dalam 0,5 g ekstrak metanol herba meniran, kemudian direfluks dengan menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring kecil berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dan dikocok dengan hati-hati, lalu didiamkan. Kemudian diuapkan pada suhu 40º C untuk membuang lapisan metanol. Filtrat dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, lalu disaring. Selanjutnya 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml sampai 2 ml etanol 95, ditambahkan 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, lalu didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 ml HCl pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid glikosida-3-flavonol Depkes RI 1995. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Meniran Hasil pengujian 3 ekstrak herba meniran menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara umum ekstrak metanol memberikan penghambatan terbesar terhadap mikroba uji. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat dibagi menjadi empat cara : 1 penghambatan sintesis dinding sel, 2 penghambatan fungsi selaput sel 3 penghambatan sintesis protein yaitu hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik 4 penghambatan sintesis asam nukleat Jawetz et al 1996. Pengujian aktivitas ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada khamir C. albicans yaitu 10,32 mm, kemudian diikuti oleh bakteri E. coli sebesar 9,65 mm pada konsentrasi 10 sedangkan pada bakteri S. aureus, ekstrak n-heksana memperlihatkan aktivitas hambat yang lebih kecil yaitu 7,34 Tabel 1.. Kemampuan ekstrak n-heksana herba meniran dalam menghambat pertumbuhan mikroba mungkin disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak tersebut. Berdasarkan hasil pengujian fitokimia ekstrak n-heksana herba meniran diketahui ekstrak tersebut mengandung senyawa steroida dan triterpen bentuk bebas Tabel 2.. Zat aktif tersebut diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen. Didukung oleh penelitian Gunawan et al 2008 senyawa terpenoid merupakan senyawa antibakteri aktif terhadap bakteri E. coli ATCC 25292 dan S. aueus ATCC25293.