Sedangkan struktur APBD berdasarkan format Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 terdiri atas 3 bagian, “yaitu pendapatan, belanja,
dan pembiayaan”. pendapatan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja dikelompokkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja
pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3
kategori, yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan
menurut sumber-sumber pembiayaan yaitu: sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa
penerimaan daerah adalah: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas: pembayaran utang
pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun sekarang. Halim, 2007: 23
d. Belanja Modal dalam Anggaran Daerah
Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh
pemerintah daerah. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD.
Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan
maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan
pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatakan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap
lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain, dan
membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan
umumnya dilakukan melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit. Menurut Halim 2007:101, “belanja modal merupakan belanja yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja
yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.” Belanja modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan adanya berbagai pertimbangan
dalam penegalokasiannya. Pemerolehan aset tetap juga memiliki konsekuensi pada beban operasional dan pemeliharaan pada masa yang akan
datang. Belanja pemeliharaan adalah belanja yang dialokasikan untuk
menjaga agar aset tetap senantiasa dalam kondisi siap digunakan sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya. Dalam perspektif akuntansi, anggaran
untuk pemeliharaan dihitung berdasarkan lamanya waktu atau periode pemakaian aset tetap, seperti halnya dalam penghitungan biaya depresiasi
aset tetap. Artinya, jika suatu aset tetap diperoleh pada awal tahun, maka biaya pemeliharaan yang dialokasikan adalah untuk satu tahun, pun jika aset
Universitas Sumatera Utara
tetap diperoleh pada pertengahan tahun, maka alokasi biaya pemeliharaan juga dialokasikan untuk setengah tahun atau satu semester.
Alokasi belanja modal yang didasarkan pada kebutuhan memiliki arti bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi di pemerintahan daerah
melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi tupoksi masing-masing satuan kerja, ada satuan
kerja yang memberikan pelayanan publik berupa penyediaan sarana dan prasarana fisik, seperti fasilitas pendidikan gedung sekolah, peralatan
laboratorium, mobiler, kesehatan rumah sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulans, jalan raya, dan jembatan, sementara satuan kerja lain hanya
memberikan pelayanan jasa langsung berupa pelayanan administrasi catatan sipil, pembuatan kartu identitas kependudukan, pengamanan,
pemberdayaan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan. Berbeda dengan belanja modal, belanja pemeliharaan terjadi pada semua satuan kerja
atau unit organisasi pemerintah daerah karena semua memiliki aset tetap. Karena bersifat rutin, belanja pemeliharaan tidak tergantung pada Tupoksi
satuan kerja, tetapi pada jumlah aset yang dimiliki. Belanja modal berbeda dengan belanja operasional dan pemeliharaan
dalam hal pembuatan keputusan. Anggaran operasional dan pemeliharaan melibatkan para eksekutif, bagian anggaran, dan pimpinan dinas, badan,
bagian, dan kantor, sementara belanja modal, terutama infrastruktur sangat tergantung pada masukan dari insinyur, arsitek, dan perencanaan. Di sisi
lain pembiayaan untuk kedua anggaran tersebut juga berbeda. Belanja
Universitas Sumatera Utara
modal pada umumnya berasal dari dana bantuan fund, sedangkan pendanaan untuk belanja operasional cenderung bersumber dari pendapatan,
misalnya biaya pelayanan service charges dan pajak yang dibebankan kepada masyarakat. Perbedaan yang lain adalah anggaran operasional
biasanya dirancang untuk satu tahun belanja, sementara kebanyakan anggaran modal untuk beberapa periode atau tahun anggaran.
Secara teoritis apabila suatu organisasi melakukan suatu kebijakan untuk membelanjakan dana dari anggaran yang sudah ditetapkan untuk
belanja modal, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap anggaran operasional dan pemeliharaan organisasi tersebut Keputusan untuk
meningkatkan belanja modal merupakan bagian dari keinginan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Belanja modal
memiliki konsekuensi diperolehnya aset tetap fixed asset pada saat belanja tersebut direalisasi sepenuhnya atau output-nya sudah diperoleh. Hal ini
bermakna adanya penambahan aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
2. Pendapatan Daerah