Dana Bagi Hasil Pajak

7. meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran KementerianLembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD; 8. mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. www.djpk.depkeu.go.id

c. Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Pajak adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dasar hukum dana bagi hasil pajak adalah: a Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. b Undang-undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan c Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan d PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan e PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah f Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. DBH yang berasal dari pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan pajak penghasilan pasal 21. Penetapan alokasi DBH Pajak Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh menteri keuangan. DBH pajak sendiri disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang dikenakan atas objek pajak bumi dan bangunan adalah sebesar 0,5. Dasar pengenaan pajaknya adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP. Dasar perhitungan pajaknya adalah Nilai Jual Kena Pajak NJKP yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 dan setinggi-tingginya 100. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2002 menyebutkan: 1. sebesar 40 dari NJOP untuk objek pajak perkebunan, pajak kehutanan, dan pertambangan, 2. untuk objek pajak lainnya sebesar 40 dari NJOP-nya Rp. 1.000.000.000,00 atau lebih, dan 20 dari NJOP apabila NJOP kurang dari Rp.1.000.000.000,00. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan penyalurannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah tentang pembagian hasil penerimaan PBB antara pusat dan daerah dan Keputusan Menteri Keuangan yang menindaklanjuti peraturan pemerintah tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, penerimaan negara dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah pusat dan 80 untuk daerah. Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan DPH BPHTB untuk daerah sebesar 80 dibagi untuk daerah dengan rincian: 1. 16 untuk provinsi yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara 2. 64 untuk kabupatenkota yang bersangkutan. Selanjutnya bagian pemerintah sebesar 20 dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota. Bagian pemerintah dari penerimaan BPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupatenkota di seluruh Indonesia. Alokasi pembagian didasarkan atas realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran dan penerimaan BPHTB diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri WPOPDN dan PPh pasal 21 dibagi dengan imbangan 60 untuk kabupatenkota dan 40 untuk provinsi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, ”penerimaan negara dari PPh WPOPDN Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20 dengan rincian 8 untuk provinsi yang bersangkutan dan 12 untuk kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan”. Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran berjalan serta dilaksanakan secara triwulan.

d. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten / Kota di Sumatera Utara

1 97 123

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Aceh

4 114 97

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

10 69 114

Fenomena Fly Paper Effect Pada Dana Perimbangan Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

0 28 126

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah - Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 0 17

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 2 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten / Kota di Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Aceh

0 0 14