Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

akan dilihat apakah SMAN 1 Medan yang merupakan salah satu sekolah unggulan yang ada di kota Medan juga akan terikut pada terpaan media ini. Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara terpaan tayangan drama Asia Korea di Indosiar terhadap perilaku budaya populer di kalangan siswai SMAN 1 Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh terpaan tayangan Drama Asia Korea di Indosiar terhadap perilaku budaya populer di kalangan siswai SMAN 1 Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yakni sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini difokuskan pada budaya populer Asia yang berbentuk drama Korea di stasiun televisi Indosiar yang ditayangkan setiap hari Senin- Jumat pukul 16.00-17.00 WIB. 3. Penelitian ini difokuskan pada perilaku budaya populer yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral. Universitas Sumatera Utara 4. Objek dari penelitian adalah siswai SMAN 1 Medan khususnya kelas XI dan XII reguler yang menonton tayangan Drama Asia Korea di Indosiar tidak termasuk kelas internasional. I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai sesuai dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pengaruh terpaan tayangan Drama Asia Korea Indosiar di kalangan siswai SMAN 1 Medan. b. Untuk menganalisis perilaku siswai SMAN 1 Medan mengenai budaya populer. c. Untuk melihat hubungan terpaan tayangan Drama Asia Korea di Indosiar dengan perilaku budaya populer siswai SMAN 1 Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Universitas Sumatera Utara b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi mengenai Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi massa dan terpaan media sebagai bagian dari ilmu komunikasi. c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004: 6. Menurut defenisi ini, teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya Singarimbun, 1989: 37. Dengan demikian teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau Universitas Sumatera Utara communicare yang berarti “membuat sama” to make common. Istilah pertama communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Menurut Harold Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who siapa, says what mengatakan apa, in which channel dengan saluran apa, to whom kepada siapa, with what effect dengan pengaruh bagaimana Mulyana, 2005: 62. Selain komunikasi dilakukan secara langsung atau dikenal dengan komunikasi tatap muka, komunikasi juga bisa berlangsung dengan menggunakan media yang dikenal dengan komunikasi massa. Secara sederhana, definisi komunikasi massa dikemukakan oleh Bittner Ardianto, 2004: 3 yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people.

I.5.2 Televisi sebagai Media Massa

Televisi TV berasal dari kata tele yang artinya jauh dan vision yang artinya tampak. Jadi, televisi adalah suatu alat komunikasi yang tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Siaran televisi dipahami sebagai siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap oleh umum. Televisi merupakan hasil teknologi tinggi yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan memiliki kekuatan sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindakan individu. Ketika pertama kali TVRI mengudara, televisi pemerintah Universitas Sumatera Utara ini awalnya menampilkan liputan Asian Games IV. Setelah kurang lebih dua puluh tahun masyarakat Indonesia disuguhi dengan informasi yang disiarkan TVRI. Tiba-tiba mereka disuguhi beragam informasi yang tidak melulu seremonial. Mulailah kebebasan mendapatkan informasi berlaku transparan di Indonesia. Saat ini kebudayaan audiovisual sudah mulai menjadi realita dalam masyarakat. Menurut Paul Saffo, Direktur Institute for the Future di Menlo Park, California, mengungkapkan bahwa rentang waktu yang dibutuhkan oleh gagasanteknologi baru agar benar-benar meresap ke dalam sebuah kebudayaan lazimnya rata-rata mencapai tiga dekade, setidak-tidaknya selama lima abad terakhir. Ia menyebut hal ini sebagai hukum 30 tahun 30-year rule Fidler, 2000: 12. Jika dipakai patokan untuk televisi di Indonesia yang mulai beroperasi tahun 1962, maka 1992 merupakan titik awal perubahan yang meluas, yang ditandai dengan munculnya televisi swasta.

I.5.3 Terpaan Media Media Exposure

Eksposure media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Eksposure media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam menggunakan media massa. Frank Biocca dalam Littlejohn Rahayu, 2009: 28 menyatakan bahwa karakteristik eksposure media dapat diukur melalui dimensi-dimensi: selectivity kemampuan memilih yaitu kemampuan audiens dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposenya, intentionally kesengajaan yaitu tingkat Universitas Sumatera Utara kesengajaan audiens dalam menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuan-tujuan penggunaan media, utilitarianism pemanfaatan yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan media, involvement keterlibatan yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audiens dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur dari frekuensi dan intensitas, dan previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh media.

I.5.4 Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan efek kognitif, perubahan sikap efek afektif, dan perubahan perilaku nyata efek behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku Rakhmat, 2005: 219. Jadi, komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau perubahan-perubahan seperti yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap, perilaku, atau ketiganya. Perubahan-perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan sebagai umpan balik feedback. Universitas Sumatera Utara

I.5.5 Budaya Populer

Salah satu pendekatan dalam studi media menurut McQuail 1996: 66-67 adalah pendekatan sosial budaya yang memandang bahwa kebudayaan saling berkaitan erat dengan kegiatan sosial termasuk aktivitas media dan semua kegiatan tersebut merupakan bentuk kegiatan manusia yang berlaku dimana-mana. Lukmantoro yang mensarikan pendapat Adorno dan Hoorkheimer Rahayu, 2009: 26 mengemukakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk menghasilkan industri budaya yaitu budaya yang sudah mengalami komodifikasi serta industrialisasi, diatur dari atas –kalangan teknisi dan industriawan yang bekerja di media massa-, dan secara esensial diproduksi semata-mata untuk memperoleh keuntungan making profits. Budaya pop adalah sesuatu yang diproduksi secara massif dan dipandang sebagai komoditi. Menurut Budiman Rahayu, 2009: 27 budaya pop adalah budaya yang disukai banyak orang, budaya massa yang komersial, dan membodohi banyak orang. Adapun ciri-ciri budaya massa atau budaya pop adalah: - Institusionalisasi tergantung pada media dan pasar - Pengorganisasian dan produksi ditujukan untuk pasar massa dan memanfaatkan teknologi secara terencana dan terorganisir. - Isinya dangkal, tidak bermakna ganda, menyenangkan, universal, tapi bisa punah. - Khalayaknya heterogen dan berorientasi konsumtif. Universitas Sumatera Utara - Efek yang dihasilkan berupa kesenangan seketika dan pengalihan perhatian.

I.5.6 Imperialisme BudayaMedia

Imperialisme berarti hegemoni politik, ekonomi, budaya yang dijalankan suatu bangsa atas bangsa lain. Kata ini biasanya mengacu pada imperialisme budaya atau imperialisme media. Yang mencerminkan keprihatinan mengenai bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak komunikasi digunakan oleh negara-negara adikuasa untuk memaksakan nilai dan agenda politik, ekonomi, budaya mereka pada bangsa dan budaya yang kalah kuat. Imperialisme media merupakan salah satu istilah yang berhubungan dengan imperialisme budaya. Media memainkan peranan penting dalam menghasilkan kebudayaan dan mempunyai peranan yang besar sekali dalam proses imperialisme budaya. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga Nurudin, 2004: 165.

I.5.7 Perilaku Manusia

Perilaku behavior adalah tindakan-tindakan actions atau reaksi-reaksi reactions dari suatu objek atau organisma. Perilaku dapat berupa sadar conscious atau tidak sadar unconscious, terus terang overt atau diam-diam covert, sukarela voluntary atau tidak sukarela involuntary. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia sedangkan dorongan Universitas Sumatera Utara merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku dalam segala aktivitas. Manusia mengevaluasi penerimaan dari perilaku dengan menggunakan suatu standar perbandingan yang disebut dengan norma-norma sosial social norms dan meregulasi perilaku dengan menggunakan kontrol sosial social control.

I.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1989: 33. Sedangkan menurut Kerlinger Rakmat, 2004: 12 konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dapat dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 1995: 40 Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel Bebas X Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau penghulu dari variabel yang lain Rakhmat, 2004:12. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan tayangan drama Asia Korea di Indosiar. Universitas Sumatera Utara 2. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 2004: 12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku budaya populer di kalangan siswai SMAN 1 Medan.

I.7 Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 60 167

Televisi Dan Budaya Populer (Studi Korelasional Pengaruh Terpaan Tayangan Drama Asia (Korea) di Indosiar terhadap Perilaku Budaya Populer di Kalangan Siswa/i SMAN 1 Medan)

1 33 137

Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

2 46 133

Budaya Organisasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Korelasional tentang Hubungan Budaya Organisasi Perusahaan terhadap Kinerja Karyawan di PT Indomarco Prismatama Cabang Medan)

20 188 110

Daya Tarik Trend Fashion Korea Sebagai Budaya Populer Di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung

0 6 1

Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 36

Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 43

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya Massa Dan Budaya Populer - Budaya Pop Lagu Korea di Medan Sumatera Utara (Studi Deskriptif : Pada Komunitas Cassiopeia Medan)

0 0 10