Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

(1)

(Studi Korelasi pada Mahasiswi di Kota Medan)

TESIS

Oleh

ADE PERTIWI 127045008

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

MAJALAH HIJABELLA DAN GAYA HIDUP MUSLIMAH

DALAM MENGIMITASI BUDAYA POPULER BERHIJAB

(Studi Korelasi pada Mahasiswi di Kota Medan)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADE PERTIWI 127045008

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

(Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh majalah Hijabella terhadap imitasi budaya populer berhijab dan mengetahui pengaruh imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah, serta mengetahui pengaruh majalah Hijabella terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah dengan imitasi budaya populer berhijab di Kota Medan.

Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah mahasiswi muslimah pada beberapa perguruan tinggi di Kota Medan : USU, UMSU, dan IAIN Sumut yang keseluruhan populasinya berjumlah 30.040 mahasiswi muslimah dengan program strata1 (S1). Responden dalam penelitian ini berjumlah 304 orang dengan merujuk pada Sample in Auditing dari HP Hill JL Roth dan H.Arkin. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel acak proporsional dengan stratifikasi dan sampel purposive. Metode pengumpulan data menggunakan kepustakaan, kuesioner, dan observasi. Analisis data menggunakan uji statistik regresi linear dan sobel test.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada pengaruh yang signifikan antara Majalah Hijabella terhadap imitasi budaya populer berhijab sebesar 59,8%. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara Imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah sebesar 60,6%. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara Majalah Hijabella terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah, setelah dimediasi oleh variabel imitasi budaya populer berhijab sebesar 0,3517 dan signifikansi 0,0000 (p=<0,05). Selanjutnya, hasil penelitian lainnya adalah isi pesan, tata bahasa, sistem penulisan, dan aktualisasi pesan yang disampaikan melalui Majalah Hijabella dalam sebulan sekali dapat menarik minat pembaca untuk mengikuti tren hijab modern. Selain itu, motif dan mode hijab yang ditampilkan dalam Majalah Hijabella diimitasi oleh pembaca dalam perubahan gaya hidup dalam fashion berhijab, dimana pemakaian hijab modern dan stylish membawa kesadaran baru kepada masyarakat dan hampir menggeser penggunaan sebahagian besar hijab model lama kepada yang lebih unik.


(4)

HIJABELLA MAGAZINE AND MUSLIM LIFESTYLE IN THE

IMITATION OF POPULAR CULTURE

(Correlation Study on The Student's in Medan)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of Hijabella magazine on hijab popular culture imitation and determine the influence of hijab popular culture imitation on Muslim student’s lifestyle, as well as determine the effect of Hijabella Magazine to Muslim student’s lifestyle with hijab as popular culture imitation in Medan City.

The method used quantitative correlation method. The study population are Muslim students at several universities in Medan: USU, UMSU, and IAIN North Sumatra that all student population amounted to 30.040 in Bachelor Degree. Respondents in this study amounted to 304 people with reference to Sample in Auditing by HP Hill JL Roth and H.Arkin. Sampling technique using proportional stratified random sampling and purposive samples. Methods of data collection using literature, questionnaires, and observations. Analysis of data using linear regression statistical test and Sobel test.

The result of the research indicate that : (1) There is significant relationship between Hijabella Magazine against imitation of popular culture hijab at 59,8%. (2) There is a significant relationship between imitation of popular culture hijab to muslim student's lifestyle at 60,6%. (3) There is significant relationship between Hijabella Magazine with Muslim student's lifestyle after mediated by imitation variable of hijab popular culture at 0,3517 and significant 0,0000 (p=<0,05). Furthermore, the results of other studies is the content of the message, grammar, writing system, and the actualization of the message conveyed through the Hijabella Magazine in once a month and it may interest readers to follow the trends of modern hijab. In addition, the motive and model of hijab that featured in Hijabella Magazine imitated by the reader in the style changing in hijab fashion lifestyle where the use of modern and stylish hijab bring a new awareness to the community and nearly shift the large amount of old hijab model to the more unique one.


(5)

IMITASI BUDAYA POPULER

BER-HIJAB (Studi Korelasi pada Mahasiswi di

Kota Medan)

Nama Mahasiswa : Ade Pertiwi

Nomor Pokok : 127045008

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Dra. Lusiana A Lubis, MA, Ph.D) (Emilia Ramadhani, S.Sos, MA) NIP: 196704051990032002 NIP: 197310212006042001

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dra. Lusiana A Lubis, MA, Ph.D) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP: 196704051990032002 NIP.196805251992031002


(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Hendra Harahap, M.Si

Anggota : 1. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D 2. Emilia Ramadhani, S.Sos, MA

3. Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D 4. Dra. Rusni, MA


(7)

MAJALAH HIJABELLA DAN GAYA HIDUP MUSLIMAH DALAM MENGIMITASI BUDAYA POPULER BERHIJAB

(Studi Korelasi pada Mahasiswi di Kota Medan)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:

1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 29 Januari 2015 Penulis,


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapakan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkahNya kepad penulis, sehingga dapat meneyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul " Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan) ".

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih buat ayahanda Ir.H.Supriadi Syam dan Ibunda Hj.Elfina yang telah memberikan kasih sayang dan jasanya tanpa pamrih dan keluhan, sehingga penulis selalu mendapatkan pendidikan yang terbaik. Dalam penulisan tesis ini, ayahanda dan Ibunda juga telah banyak membantu penulis, baik dalam dukungan moril maupun materi. Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badarruddin M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA., Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.


(9)

dan kritik yang diberikan.

6. Ibu Dra. Rusni, MA, selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak Drs. Hendra Harahap. M.Si, selaku Ketua Penguji dan Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Pihak Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Januari 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... iii

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI TESIS ... iv

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 10

1.3 Perumusan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Pendekatan Positivisme ... 20

2.3 Komunikasi Massa ... 21

2.3.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 21

2.3.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 23

2.3.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa ... 25

2.4 Teori Norma Budaya (Cultural Norms Theory) ... 30

2.5 Imitasi Budaya Populer ... 33

2.6 Gaya Hidup ... 47

2.7 Kerangka Konsep ... 49

2.8 Model Teoritis ... 49

2.9 Variabel Penelitian ... 50

2.10 Definisi Operasional... 51

2.11 Hipotesis Penelitian ... 54

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 56

3.1 Metode Penelitian... 56

3.2 Lokasi, Objek, dan Waktu Penelitian ... 57

3.3 Populasi dan Sampel ... 58

3.3.1 Populasi ... 58

3.3.2 Sampel ... 59

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 60

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 61


(11)

3.5.2. Data Sekunder ... 63

3.6 Teknik Analisis Data ... 63

3.7 Pengujian Asumsi Klasik ... 68

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 71

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

4.1.1 Kota Medan ... 71

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 71

4.1.1.2 Geografi dan Demografi Kota Medan... 71

4.1.2 Universitas Sumatera Utara (USU) ... 72

4.1.3 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) .... 75

4.1.4 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara ... 76

4.2 Analisis Univariat... 79

4.2.1 Karakteristik Responden ... 79

4.2.2 Majalah Hijabella ... 81

4.2.3 Imitasi Budaya Populer ... 84

4.2.4 Gaya Hidup ... 86

4.2.5 Pandangan Berdasarkan Hasil Wawancara ... 88

4.2.5.1. Pandangan tentang Penggunaan Hijab Modern ... 88

4.2.5.2. Harapan tentang Penggunaan Hijab Modern ... 89

4.3 Analisis Bivariat ... 91

4.3.1 Hubungan Majalah Hijabella dengan Imitasi Budaya Populer ... 91

4.3.2 Hubungan Majalah Hijabella dengan Gaya Hidup ... 91

4.3.3 Hubungan Imitasi Budaya Populer dengan Gaya Hidup .. 92

4.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 92

4.5 Analisis Multivariat ... 94

4.5.1 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Imitasi Budaya Populer ... 94

4.5.2 Pengaruh Imitasi Budaya Populer terhadap Gaya Hidup .. 96

4.5.3 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Gaya Hidup dengan Imitasi Budaya Populer sebagai Variabel Intervening ... 98

BAB V. PEMBAHASAN ... 100

5.1 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Imitasi Budaya Populer .. 100

5.2 Pengaruh Imitasi Budaya Populer terhadap Gaya Hidup ... 102

5.3 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Gaya Hidup dengan Variabel Imitasi Budaya Populer Sebagai Mediasi ... 105

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1 Kesimpulan ... 108

6.2 Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Fashion atau Mode Hijab Modern ... 48 2.2 Model Teoritis ... 50 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 93


(13)

Tabel Halaman

2.1 Variabel Operasional ... 50

3.1 Populasi ... 58

3.2 Parameter Populasi Diasumsikan di Atas 85% atau dibawah 15% dan untuk Tingkat Kepercayaan 95% ... 59

3.3 Proportional Stratified Random Sampling Mahasiswi Muslimah ... 60

4.1 Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti ... 75

4.2 Distribusi Karakteristik Responden ... 80

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Majalah Hijabella ... 82

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Imitasi Budaya Populer ... 85

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup ... 86

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pandangan tentang Penggunaan Hijab Modern ... 89

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Harapan tentang Penggunaan Hijab Modern ... 90

4.8 Hubungan Majalah Hijabella dengan Imitasi Budaya Populer ... 91

4.9 Hubungan Majalah Hijabella dengan Gaya Hidup ... 91

4.10 Hubungan Imitasi Budaya Populer dengan Gaya Hidup ... 92

4.11 Uji Normalitas ... 92

4.12 Uji Multikoliniearitas ... 93

4.13 Uji Kelayakan Model ... 94

4.14 Hasil Uji F ... 95

4.15 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Imitasi Budaya Populer ... 95

4.16 Uji Kelayakan Model ... 96

4.17 Hasil Uji F ... 96

4.18 Pengaruh Imitasi Budaya Populer terhadap Gaya Hidup ... 97

4.19 Pengaruh Majalah Hijabella terhadap Gaya Hidup dengan Imitasi Budaya Populer Sebagai Variabel Mediator ... 98


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biodata Penulis

2 Surat Pernyataan Layak Uji 3 Kuesioner Penelitian

4 Uji Validitas dan Reliabilitas 5 Uji Asumsi Klasik

6 Uji Univariat dan Bivariat 7 Uji Multivariat dan Sobel Test

8 Gambar Mahasiswi USU, UMSU, dan IAIN Sumut yang Menggunakan Hijab

9 Sampul Majalah Hijabella 10 Isi Majalah Hijabella

11 Survei Mc Kinsey Global Institue Mengenai Kelas Konsumen di Indonesia dan Survei Center for Middle-Class Consumer Studies

Mengenai Pembelian Hijab Melalui Majalah

12 Surat izin penelitian dari Program Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan

13 Surat izin penelitian dari USU, UMSU, dan IAIN Sumut

5. Dokumentasi Penelitian ... 154 6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155 7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar ... 156


(15)

1.USU : Universitas Sumatera Utara

2.UMSU : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 3.IAIN : Institut Agama Islam Negeri

4.AIO : Activity, Interest dan Opinion


(16)

MAJALAH HIJABELLA DAN GAYA HIDUP MUSLIMAH

DALAM MENGIMITASI BUDAYA POPULER BERHIJAB

(Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh majalah Hijabella terhadap imitasi budaya populer berhijab dan mengetahui pengaruh imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah, serta mengetahui pengaruh majalah Hijabella terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah dengan imitasi budaya populer berhijab di Kota Medan.

Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah mahasiswi muslimah pada beberapa perguruan tinggi di Kota Medan : USU, UMSU, dan IAIN Sumut yang keseluruhan populasinya berjumlah 30.040 mahasiswi muslimah dengan program strata1 (S1). Responden dalam penelitian ini berjumlah 304 orang dengan merujuk pada Sample in Auditing dari HP Hill JL Roth dan H.Arkin. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel acak proporsional dengan stratifikasi dan sampel purposive. Metode pengumpulan data menggunakan kepustakaan, kuesioner, dan observasi. Analisis data menggunakan uji statistik regresi linear dan sobel test.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada pengaruh yang signifikan antara Majalah Hijabella terhadap imitasi budaya populer berhijab sebesar 59,8%. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara Imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah sebesar 60,6%. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara Majalah Hijabella terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah, setelah dimediasi oleh variabel imitasi budaya populer berhijab sebesar 0,3517 dan signifikansi 0,0000 (p=<0,05). Selanjutnya, hasil penelitian lainnya adalah isi pesan, tata bahasa, sistem penulisan, dan aktualisasi pesan yang disampaikan melalui Majalah Hijabella dalam sebulan sekali dapat menarik minat pembaca untuk mengikuti tren hijab modern. Selain itu, motif dan mode hijab yang ditampilkan dalam Majalah Hijabella diimitasi oleh pembaca dalam perubahan gaya hidup dalam fashion berhijab, dimana pemakaian hijab modern dan stylish membawa kesadaran baru kepada masyarakat dan hampir menggeser penggunaan sebahagian besar hijab model lama kepada yang lebih unik.


(17)

(Correlation Study on The Student's in Medan)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of Hijabella magazine on hijab popular culture imitation and determine the influence of hijab popular culture imitation on Muslim student’s lifestyle, as well as determine the effect of Hijabella Magazine to Muslim student’s lifestyle with hijab as popular culture imitation in Medan City.

The method used quantitative correlation method. The study population are Muslim students at several universities in Medan: USU, UMSU, and IAIN North Sumatra that all student population amounted to 30.040 in Bachelor Degree. Respondents in this study amounted to 304 people with reference to Sample in Auditing by HP Hill JL Roth and H.Arkin. Sampling technique using proportional stratified random sampling and purposive samples. Methods of data collection using literature, questionnaires, and observations. Analysis of data using linear regression statistical test and Sobel test.

The result of the research indicate that : (1) There is significant relationship between Hijabella Magazine against imitation of popular culture hijab at 59,8%. (2) There is a significant relationship between imitation of popular culture hijab to muslim student's lifestyle at 60,6%. (3) There is significant relationship between Hijabella Magazine with Muslim student's lifestyle after mediated by imitation variable of hijab popular culture at 0,3517 and significant 0,0000 (p=<0,05). Furthermore, the results of other studies is the content of the message, grammar, writing system, and the actualization of the message conveyed through the Hijabella Magazine in once a month and it may interest readers to follow the trends of modern hijab. In addition, the motive and model of hijab that featured in Hijabella Magazine imitated by the reader in the style changing in hijab fashion lifestyle where the use of modern and stylish hijab bring a new awareness to the community and nearly shift the large amount of old hijab model to the more unique one.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Industri fashion islami di Indonesia terus bergerak dinamis saat ini dan perkembangannya semakin diperhitungkan. Dengan Jumlah Penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta, jelas menjadi potensi yang cukup besar untuk mengembangkan industri fashion islami ini. Industri fashion islami mempunyai kedekatan dengan yang namanya hijab, karena hijab merupakan bagian dari integrasi fashion muslim itu sendiri. Di beberapa Negara di dunia maupun di Indonesia, menggunakan hijab sangat rentan dengan diskriminasi. Hal ini dapat dilihat dari lintasan sejarah mengenai revolusi hijab di Indonesia yang bermula pada tahun 1979, saat para siswi yang berkerudung di SPG Negeri Bandung ingin dipisahkan pada sekolah khusus. Mereka pun akhirnya langsung beraksi dengan memberontak atas perlakuan diskriminasi akibat pemakaian hijab. Ketua MUI Jawa Barat akhirnya turun tangan, hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Ini merupakan peristiwa awal dari rentetan panjang sejarah hijab di Nusantara.

Pada tanggal 17 maret 1982, keluar SK 052/C/Kep/D.82 tentang Seragam Sekolah Nasional oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. Namun, pelaksanaan terhadap surat keputusan itu justru berujung pada larangan terhadap hijab, sehingga, meledaklah demo barisan pembela hijab di seluruh Indonesia. Ketika itu, memang tengah gencar-gencarnya penggusuran para muslimah pengguna hijab dari bangku pelajaran. Sehingga, siswi muslimah ini terpaksa keluar dari studi demi konsisten menjalankan syariat.


(19)

Mereka yang diusir dari sekolah bahkan melanjutkan perkara ini hingga ke pengadilan.

Belum selesai perjuangan hijab di sekolah-sekolah, kemudian muncul lagi fitnah baru di penghujung 1989. Seorang wanita muslimah bernama Ny.Fadillah yang berbelanja di Pasar Rawu tiba-tiba diserang dan diteriaki serta dituduh penebar racun oleh sekelompok orang. Orang-orang yang tersulut emosi langsung merajam wanita itu hingga hampir meninggal dunia. Peristiwa ini membuat para muslimah menjadi takut keluar rumah. Hingga digelar kembali tabligh akbar ribuan pendukung hijab.

Korban demi korban terus berjatuhan, namun semangat berbusana takwa makin berkobar hebat. Akhirnya, kebenaran tidak bisa lagi dibendung, aturan Allah-lah yang maha benar. Unjuk rasa, protes, demontrasi, dan dialog intensif serta jalur hukum sampailah di saat yang berbahagia, seiring keluarnya SK Dirjen Dikdarmen No.100/C/Kep/D/1991 yang berisi bahwa hijab lengkap dengan busana menutup auratnya dinyatakan halal atau boleh masuk sekolah.

Kesadaran muslimah untuk menggunakan hijab di Indonesia sebenarnya berjalan seiring dengan kebangkitan Islam yang dipicu oleh runtuhnya kekuasaan Syah Reza Pahlevi di Iran dan kemenangan kaum Mullah yang melahirkan Revolusi Islam di Iran. Sebelumnya, pada tahun 1936, Shah Reza Pahlevi memang mengeluarkan perintah melarang penggunaan segala bentuk pakaian beruansa Islami oleh perempuan di Iran.

Namun, setelah runtuhnya kekuasaan tersebut, kebangkitan Islam melanda di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia, revolusi hijab bisa dikatakan berjalan seiring dengan maraknya gerakan dakwah para era


(20)

80-an (Firdaus, 2013:21-26). Pada saat itu, Islam di Indonesia bangkit seiring dengan lahirnya kelas menengah yang didukung dengan gerakan politik Islam serta privatisasi media yang terjadi pada tahun 1990-an (Hoesterey dan Clark, 2012:209). Kemudian tumbangnya rezim Soeharto kian membuka keran kebebasan dalam berekspresi menjadi hari “kemenangan”, dimana umat Islam dapat meluapkan gairah keagamaan setelah terkekang pengalaman traumatik pengucilan struktural akibat kebijakan Orde Baru.

Keberhasilan dalam meraih kebebasan melakukan praktik beragama ini kemudian dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan spiritual untuk meluapkan semangat beragama yang tengah berapi-api. Heryanto (2011, hal. 63) mengatakan bahwa sejak tahun 1980-an, sejumlah umat muslim urban yang berpendidikan tinggi memiliki kekuatan politik serta menempati posisi ekonomi yang tinggi. Sebagai implikasinya, muncul urgensi pada umat muslim tersebut untuk “merayakan” hak-hak yang baru mereka dapatkan tersebut, salah satunya dapat dilihat melalui aktivitas gaya hidup, seperti disampaikan Heryanto dalam Hoesterey dan Clark (2012, hal:211) :

“...like the new bourgeoisie elsewhere, Indonesia’s newly rich Muslims

have a new-found preoccupation with lifestyle issues such as the display of

wealth and exuberant consumption”

Pada awalnya memang belum banyak perempuan muslim yang mengenakan hijab, khususnya di Indonesia. Berhijab saat itu dianggap para perempuan sebagai sesuatu yang aneh, tidak modis, tidak flexibel, bahkan kampungan. Model hijab dan baju muslim pada saat itu tidak banyak dan tidak beragam, sehingga membuat para perempuan muslim tidak mau mengenakan hijab.


(21)

Memasuki abad ke 21, perkembangan media yang ditandai dengan dibukanya keran kebebasan berekspresi, beraktivitas, dan kebebasan menentukan arah kehidupan di masa depan, kebangkitan dalam beragama termasuk dalam berbusana mulai berkembang pesat. Indonesia menjadi terlihat agamis dan saleh. Industri fashion maupun budaya berlabel agama mulai menunjukkan eksistensinya (Yogasaputra, 2012:4-7). Namun, pada saat itu masih banyak pihak yang mempunyai persepsi, terutama kalangan wanita kalau hijab yang benar secara syari’ah itu memakai kerudung kotak, menutupi dada, dan tidak dililit-lilit. Persepsi seperti ini masih menjadi tolok ukur apakah perempuan tersebut mengenakan hijab dengan benar atau masih setengah-tengah. Terpaan perkembangan teknologi media yang semakin pesat berpengaruh terhadap kebebasan berekspresi dan beraktivitas.

Hijab pada saat ini memang telah mengalami perkembangan, penggunaan hijab bukan hanya sekedar untuk menutup kepala dan bagian tubuh perempuan sebagaimana yang disyariatkan oleh agama Islam. Saat ini hijab telah bertransformasi menjadi komoditas modern dengan model hijab yang semakin beragam dan bervariasi yang membuat kaum perempuan berlomba untuk tampil

stylish, walaupun menggunakan hijab.

Perkembangan tren berhijab terus menunjukkan eksistensinya di tengah anggapan bahwa modernisasi menggerus nilai-nilai agama. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Widodo dalam Hariyadi (2010:hal.1) yang mengatakan bahwa :

“Islam is not merely a religion since entrepreneurs are also transforming it into a popularbrand for media, cultural and commercial product”.

Sebagai dampaknya, Ibrahim (2007:135) mengatakan bahwasanya akhir-akhir ini tengah ditanamkan dan terbentuknya suatu ideologi yang samar-samar,


(22)

yaitu adanya keinginan di kalangan masyarakat agamis di Indonesia untuk beragama, tetapi tetap trendi dan modis tanpa mengurangi sisi religious. Keinginan umat Islam ini kemudian difasilitasi oleh kemampuan pasar untuk beradaptasi dengan apa saja. Dalam hal ini pasar mampu menyediakan hijab dengan beragam model, corak, dan warna. Dengan demikian, maka permintaan dan daya beli masyarakat Indonesia akan meningkat.

Menurut data dari McKinsey Global Institute Analysis, kelas menengah Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak 85 juta penduduk. Jika diamati pada tahun 2020 penduduk muslim di Indonesia ada 80 %, maka kelas menengah muslim mencapai 68 juta. Jika setengahnya adalah perempuan, maka terdapat 34 juta potensi pasar. Asumsikan yang memakai hijab mencapai 50 %, maka terdapat 17 juta potensi pasar (McKinsey&Company, 2012:4 / Lampiran 11).

Saat ini, pertumbuhan muslimah berhijab di Indonesia memang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya permintaan busana muslim, tumbuhnya komunitas-komunitas hijab, banyaknya berbagai kegiatan hijab class, dan lain sebagainya. Salah satu contoh nyata adalah terbentuknya komunitas hijabers pada tahun 2010. Komunitas hijabers adalah komunitas yang pertama membawa tren hijab modern di Indonesia. Sekarang ini tren di dalam berhijab memang tumbuh dengan pesat di negeri ini, hal ini dapat dilihat dari adanya acara fashion festival yang hadir setiap tahunnya di Indonesia. Peran media massa memang tidak dapat dilepaskan dalam pertumbuhan tren fashion di Indonesia. Media massa adalah salah satu faktor penting dalam lingkungan sosial masyarakat modern saat ini. Media massa memang telah membuat masyarakat menjadi sangat


(23)

membutuhkannya, baik dalam mendapatkan informasi, pengetahuan, maupun hiburan. Keadaan masyarakat yang membutuhkan media massa memang didukung oleh sifat manusia yang membutuhkan informasi dan hiburan yang sangat dirasakan penting bagi manusia untuk memenuhi rasa keingintahuan mereka. Informasi dan hiburan saat ini memang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Informasi dan hiburan dapat diperoleh melalui berbagai media, yaitu media cetak yang berupa surat kabar, majalah, tabloid, dan buku; media elektronik berupa radio, televisi, dan film; serta media online (Nurudin, 2007:5). Saat manusia mulai menyadari pentingnya informasi dalam kehidupannya; maka peran media massa baik cetak, elektronik, maupun online menjadi semakin besar. Media massa, khususnya media cetak juga seperti tak ingin kehilangan momentum melihat peluang ini.

Di dalam penelitian ini, penulis memilih salah satu media cetak majalah sebagai media massa yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil salah satu majalah perempuan islami yang bernama Hijabella. Majalah Hijabella adalah majalah fashion yang memiliki konsep dari 3 (tiga) kata, yaitu : “Ethnic, Colourfull, dan Unpredictable”. Hijabella diterbitkan oleh PT. Hijabella yang terbit sebulan sekali. Majalah yang didirikan Dian Pelangi ini terbit dengan edisi perdana pada bulan Maret 2013. Harga Jual untuk majalah ini untuk wilayah Jabodetabek adalah sebesar Rp. 29.500,- dan untuk luar Pulau Jawa sebesar Rp.31.000,-. Sesuai dengan konsepnya, majalah fashion dan gaya hidup seputar muslimah ini sangat cocok bagi muslimah yang energic dan colourfull. Majalah ini banyak membahas tentang kecantikan. Kecantikan muslimah dalam berpakaian maupun berkepribadian serta memberikan pembahasan bagaimana


(24)

menampilkan dan memunculkan inner beauty seorang muslimah (memiliki kecantikan paras dan hati), bukan sebaliknya.

Banyak informasi dan hiburan yang bisa didapatkan dalam berbagai rubrik di majalah ini, mulai dari informasi kecantikan, model hijab maupun pakaian yang dipadu-padankan, make over, travelling, resep makanan, cerpen, tanya jawab seputar fashion, kamus mengenai bahasa arab, agama, hingga psikologi. Untuk tanya jawab seputar fashion ada Dian Pelangi yang merupakan desainer muda muslimah Indonesia, dalam halaman fashion Dian Pelangi memberikan informasi tata cara berhijab yang benar, terutama dalam pemilihan bahan, warna, dan motif. Para muslimah pembaca majalah ini diharapkan dapat lebih harmoni dalam padu-padan atau tidak satu gaya saja, tetapi tetap sederhana dan percaya diri dalam berbusana.

Alasan penulis memilih majalah Hijabella dalam penelitian ini karena majalah Hijabella adalah media yang bernuansa islami dan sebagai salah satu majalah referensi perempuan islami yang ingin tampil secara stylish tanpa menghilangkan unsur syar’i. Majalah hijabella berusaha menuangkan imajinasi dan daya kreativitas untuk menampilkan citra sebagai sebuah produk fashion islami. Hal ini sejalan dengan survei Center for Middle-Class Consumer Studies

yang menyatakan majalah Hijabella adalah salah satu dari sebelas majalah yang secara rutin mengangkat berbagai isu fashion muslim di Indonesia (Lampiran 11). Kemunculan media ini mungkin bisa dianggap biasa saja, namun tidak demikian halnya jika dilihat dari konteks sistem ekonomi kapitalisme yang cukup dominan sekarang ini. Bagi masyarakat dalam sistem kapitalisme, sebuah karya seni dapat dilihat sebagai satu bentuk kebudayaan yang disebut sebagai budaya 7


(25)

massa atau budaya populer. Dalam istilah kapitalisme, budaya pop dapat diartikan sebagai:

"popular has been considered to be that culture which is prevalent

amongst the ‘people’. Generally, these ideas about popular culture construct

cultural producers as invariably motivated by commercial greed and a common ideological mission, an assumption which elides the varied motives and ideals of those involved in the culture industries, and their artistic independence."

(Edensor, 2002: 14)

Jika diinterpretasikan, maka budaya pop dapat diartikan sebagai sebuah kebudayaan yang diproduksi secara massal untuk dinikmati atau dikonsumsi masyarakat luas dengan tujuan utama untuk mencari keuntungan. Jika melihat dari isi yang terdapat didalam majalah ini, mulai dari penggunaan model sebagai peraga hijab, kalangan artispun juga ditampilkan sebagai cover dalam majalah ini. Layaknya majalah-majalah fashion yang sudah lebih dahulu populer seperti : vogue, cosmopolitan, dan lain sebagainya, majalah ini mencoba mengincar segmentasi perempuan muslim sebagai target marketnya. Mendidik masyarakat secara halus sehingga menempatkan majalah ini sebagai trensetter dalam berhijab.

Dengan bantuan majalah inilah perempuan muslim dapat menunjukkan identitas dirinya dengan cara pemakaian hijab yang mengikuti mode saat ini. Oleh karena itu, untuk dapat berpenampilan yang cantik itu, perempuan mengkonsumsi hijab yang secara tidak langsung dapat membentuk gaya hidup tersendiri bagi mereka.

Meskipun dorongan agama yang paling banyak menjadi alasan yang utama untuk mengenakan hijab, akan tetapi dorongan untuk cantik itu lebih besar yaitu hijab dapat dijadikan salah satu penunjang fisik dari seorang perempuan. Hal ini disebabkan karena hijab itu tidak memiliki bentuk yang tetap, apalagi tunggal. Nita Savitri sebagai pengamat budaya dan fashion dalam penelitian Lusiana Lubis


(26)

(2014) juga membenarkan bahwa hijab pada saat ini sudah banyak pilihan dan seseorang dapat memodifikasi / menggabungkan hijab yang lama, sehingga kelihatan baru dan menarik. Hal inilah yang menjadi daya tarik seorang muslimah di dalam berhijab, mereka menjadi tidak malu dan merasa risih untuk menggunakan hijab. Hijab sekarang ini bukan lagi semata-mata simbol dan kewajiban agama, tetapi sebagai lifestyle.

Jika berbicara tentang hijab, pasti di dalamnya ada kata perempuan, karena perempuan adalah seseorang yang memang memiliki kewajiban untuk menggunakan hijab. Hal ini juga telah dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat An-Nur Ayat 31, yang berisi :

“Katakanlah kepada perempuan yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang briman supaya kamu beruntung” (An -Nur:31).

Selanjutnya Al-Qur'an Surat Al-Azhab Ayat 59 juga menyatakan bahwa : "Hai Nabi, katakanlahpadaistri-istrimu, anak-anak perempuan-mudanistri-istri orang mukmin : ”Hendaklah merekamengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supayamereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah MahaPengampun lagiMahaPenyayang" (QS.33 al-Azhab:59).

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perempuan yaitu mahasiswi, khususnya mahasiswi muslimah. Alasan penulis menggunakan mahasiswi muslimah sebagai objek penelitian ini adalah karena dari hasil


(27)

pengamatan peneliti mahasiswi merupakan konsumen terbesar yang melakukan pembelian majalah Hijabella dan mengikuti tren yang ada saat ini atau mengikuti perkembangan zaman. Mengapa dikatakan dapat melakukan pembelian? Karena mereka pasti memiliki uang bulanan bahkan dimasa kuliah mereka sudah dapat bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Selain itu, mahasiswi adalah seseorang yang belum bertanggung jawab kepada keluarganya (suami, istri, maupun anak), sehingga fokus terhadap kebutuhan diri sendiri. Selanjutnya, di lingkungan universitas mahasiswi juga ingin menunjukkan siapa dirinya dan tebar pesona melalui fashion yang dikenakan, dalam hal ini fashion dalam menggunakan hijab modern. Hal ini tidak dapat mereka lakukan dilingkungan sekolah yang mengharuskan penggunaan seragam.

Mahasiswi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi muslimah yang berasal dari 3 Universitas yang ada di Kota Medan; yaitu Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai universitas negeri yang terkenal di Medan dan memiliki mahasiwi muslimah yang modis dan mengikuti tren didalam menggunakan hijab modern, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) sebagai universitas swasta ternama yang ada di Kota Medan yang sangat menganjurkan mahasiswi yang ada disana untuk menggunakan hijab dan pada kegiatan akademik seperti ujian dan sidang meja hijau wajib menggunakan hijab, dan yang terakhir adalah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) sebagai universitas yang berbasis kepada agama Islam dan semua mahasiswi muslimah yang ada disana menggunakan hijab.

1.2. Pembatasan Masalah

1. Dalam penelitian ini media massa yang digunakan adalah media cetak dalam bentuk majalah. Majalah yang digunakan bernama majalah Hijabella. Media


(28)

ini bernuansa islami dan menampilkan fashion yang dapat menarik perhatian dan menginspirasi penikmat media tersebut.

2. Imitasi yang dimaksud adalah merupakan peniruan model hijab yang sedang tren saat ini.

3. Maksud dari gaya hidup berhijab dalam penelitian ini adalah terbentuknya pola tingkah laku atau pola kehidupan sehari-hari seseorang didalam penggunaan hijab modern yang modis, gaya, gaul, trendi, dan lain sebagainya. Jadi gaya hidup yang dimaksud lebih ditekankan dalam fashion penggunaan hijab modern. Penggunaan hijab modern tersebut juga menjadi kebiasaan seseorang dalam kehidupannya.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi muslimah pada 3 universitas di Kota Medan, yaitu: Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara. Mahasiswi yang menjadi populasi adalah mahasiswi muslimah yang berasal dari program strata1 (S1).

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

"Sejauhmanakah pengaruh majalah Hijabella dan gaya hidup muslimah dalam mengimitasi budaya populer berhijab pada mahasiswi di Kota Medan?"

Untuk menjawab permasalahan di atas, dapat dijawab melalui pertanyaan berikut ini :


(29)

1. Apakah ada pengaruh majalah Hijabella dalam mengimitasi budaya populer berhijab pada mahasiswi di Kota Medan ?

2. Apakah ada pengaruh imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah di Kota Medan ?

3. Apakah ada pengaruh majalah Hijabella terhadap gaya hidup muslimah dalam mengimitasi budaya populer berhijab pada mahasiswi di kota Medan ?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh majalah Hijabella dalam mengimitasi budaya populer berhijab pada mahasiswi di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh imitasi budaya populer berhijab terhadap gaya hidup mahasiswi muslimah di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh majalah Hijabella terhadap gaya hidup muslimah dalam mengimitasi budaya populer berhijab pada mahasiswi di kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Magister Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperluas wawasan penulis mengenai kajian komunikasi massa sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang positif bagi pihak yang terkait dan berkepentingan dalam penelitian.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil dari berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai pendukung hasil penelitian yang ditemukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah media massa, gaya hidup dan imitasi budaya populer berhijab. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan dalam penelitian ini :

Dikutip dari hasil penelitian Lusiana Andriani (2014) yang berjudul "Peranan Media Terhadap Imitasi Budaya Pop Berhijab (Studi Kasus Pada Muslimah di Kota Medan)" menyatakan bahwa penggunaan hijab dengan kesadaran hati bukan karena ikut-ikutan dan gaya hidup meskipun media televisi, majalah, dan media sosial berperanan dalam hal mempengaruhi cara pandang informan. Namun di antaranya yang paling berperanan adalah media jejaring sosial, seperti : youtube, google, instagram, facebook, dan blok; sebab dapat dibawa kemana saja, dapat dilihat di mana saja, kapan saja, dan biayanya murah serta praktis. Selain itu, imitasi hijab pop di kota Medan masih mengikuti norma-norma agama / syar'i dan dapat digunakan dengan tetap fashionable, tidak kuno, serta diupayakan untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi (tidak dipaksakan memakai sesuatu yang tidak serasi dan pantas). Temuan lainnya juga mendapati bahwa teori peniruan (modelling theories) yang menekankan pada


(31)

orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi masih terlihat disini, yang mana individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Susi Kurniawati (2014) yang berjudul "Popularitas Jilbab Selebritis Di Kalangan Mahasiswi (Studi pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)" menyatakan bahwa fenomena penggunaan hijab dikalangan mahasiswa semakin bertambah dengan varian yang bermacam-macam. Selain itu, selebritis yang menjadi inspirasi mereka bergaya dalam menggunakan hijab, terutama ketika mereka berada di lingkungan kampus atau universitas diantaranya adalah Marshanda dan Zaskia Mecca. Dari gaya mereka berpakaian jelas mereka terpengaruh atau mengalami imitasi dari media yang dibawa oleh selebritis dengan gaya mereka berpakaian. Dalam menggunakan hijab, terlihat bahwa mahasiswa UMY menjadikan gaya berpakaian mereka sebagai identitas sosial mereka di mata teman-temannya. Ketika mereka memiliki ciri khas dengan gaya hijab yang menyerupai idolanya, maka identitas itu muncul dan jadi mudah dikenal di lingkunganya. Proses menjadikan artis sebagai trendsetter dalam berhijab oleh media menjadikan mahasiswi UMY mengikutiya dan diterima sebagai gaya hidup. Selain itu, dampak lain adalah munculnya konsumerisme karena adanya selebritis yang menjadi model atas jilbab tertentu.sehingga menjadi daya tarik bagi mahasisiwi.

Penelitian yang dilakukan Taruna Budiono (2013) dengan judul "Pemaknaan Tren Fashion Berjilbab Ala Hijabers Oleh Wanita Muslimah Berjilbab" menyatakan jilbab yang dipakai oleh para wanita muslim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, menunjukkan identitas diri, dan sebagai media ekspresi diri. Pesan utama yang ingin dinyatakan oleh para wanita


(32)

berjilbab ini adalah bahwa selain melaksanakan perintah agama, mereka juga bisa tampil modis dan fashionable, serta tetap aktif dengan berbagai macam kegiatan tanpa terganggu jilbab yang mereka pakai. Lebih lanjut, media massa yang dijadikan rujukan oleh para wanita berjilbab adalah media internet, dimana kemudahan akses menjadi daya tariknya. Situs yang paling sering diakses adalah

youtube. Mereka memilih internet karena kemudahan akses dimana saja, dan

youtube dipilih karena youtube menawarkan konten audio visual yang menarik sama seperti televisi, ditambah dengan segala kelebihan internet yang melekat padanya. Selain itu daya tarik utama youtube adalah konten media tersebut yang bisa diunduh, sehingga bisa ditonton lagi sewaktu-waktu.

Penelitian yang dilakukan oleh Yasinta Fauziah Novitasari (2014) yang berjudul "Makna Tradisi Jilbab Sebagai Gaya Hidup (Studi Fenomenologi Tentang Alasan Perempuan Memakai Jilbab dan Aktivitas Solo Hijabers Community)" menyatakan bahwa Solo Hijabers Community adalah suatu perkumpulan wanita muslimah yang berada di Kota Surakarta. Solo Hijabers Community ini dapat dikontruksikan sebagai komunitas yang bergaya, dalam artian komunitas muslimah yang berjilbab namun fashionable dengan mengkreasi jilbab mereka dengan tetap sesuai dengan syar’i. Hal tersebut memang telah menjadikan jilbab sebagai gaya hidup bagi mereka, karena mereka memiliki pendapat kenapa mereka melakukannya seperti itu. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah : (1) Alasan mereka untuk bergabung dengan komunitas ini karena mereka haus akan ilmu agama, komunitas muslimah dengan anggota mayoritas kaum muda dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Solo Hijabers Community (religi, charity dan fashion). (2) Pemaknaan jilbab oleh anggota Solo


(33)

Hijabers Community, Jilbab sendiri berarti pembatas, penutup aurat yang dapat menjadi pelindung dan suatu kewajiban atau perintah agama guna menjaga kehormatan wanita muslimah. Banyak hal yang melatarbelakangi para anggota Solo Hijabers Community untuk mulai memakai hijab. Ada yang dilatarbelangi karena kesadaran sendiri, keinginan dan lingkungan keluarga yang islami. (3) Aktivitas Solo Hijabers Community antara lain : kegiatan religi, charity (amal), dan fashion.

Penelitian yang dilakukan Dwita Fajardianie (2012) yang berjudul

"Komodifikasi Penggunaan Jilbab Sebagai Gaya Hidup dalam Majalah Muslimah (Analisis Semiotika pada Rubrik Mode Majalah Noor)" menyatakan bahwa terjadinya pergeseran model jilbab yang ditampilkan dalam majalah Noor. Dari yang biasa (menggunakan jilbab Paris) menjadi jilbab yang masuk dalam kriteria jilbab gaul. Hal tersebut terlihat pada perbedaan model jilbab pada gambar yang diambil dari tahun 2008 dan tahun 2011. Selain itu majalah Noor juga menampilkan jilbab dengan model yang unik dan fashionable karena memiliki ideologi yang berkaitan dengan dunia fashion. Hal ini terlihat dari slogan yang dimiliki oleh majalah Noor, yaitu "Yakin, Cerdas, Bergaya". Keunikan dan model jilbab yang dimuat di majalah Noor memang dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dari majalah Noor. Majalah Noor membuat keunikan tersebut sebagai nilai jual agar memiliki keuntungan yang lebih.

Selanjutnya penulis mengambil penelitian yang dilakukan Ade Suryanah (2010) yang berjudul "Pengaruh Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar terhadap Perilaku Imitasi di Kalangan Remaja Pangkalan Jati, Depok", meskipun penelitian ini tidak memiliki keterkaitan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan, namun penulis melihatnya dari sisi perilaku imitasi yang kuat dari remaja dalam menonton tayangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(34)

adanya pengaruh antara menonton tayangan drama seri Korea di Indosiar terhadap perilaku imitasi di kalangan remaja Pangkalan Jati, Depok. Pengaruh yang kuat menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,760 yang terletak antara 0,60-0,80. Korelasi yang terjadi memiliki pola positif searah, ini terlihat dengan tidak adanya tanda minus (-) di depan angka 0,760. Arah hubungan positif menunjukkan semakin tinggi frekuensi, intensitas, dan durasi dalam menonton tayangan drama seri Korea di Indosiar, maka semakin tinggi pula perilaku imitasi di kalangan remaja Pangkalan Jati, Depok. Peneliti juga mengatakan bahwa penonton terbanyak drama seri Korea di Indosiar ini berjenis kelamin perempuan dan masih duduk dibangku SMA, yang mana media dalam hal ini memang sangat memiliki pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi khalayaknya, sehingga khalayak penikmat media mengimitasi sesuatu yang dianggapnya menarik dan menjadi suatu kebudayaan populer atau kebudayaan yang sedang trend saat ini.

Pengaruh yang kuat dari media ini juga dapat dilihat dalam penelitian dari Anggun Putri Pramitha (2013) dengan judul "Terpaan media Televisi dan Budaya (Studi Korelasi Antara Terpaan Film Cartoon Naruto di Global TV Terhadap Perilaku Imitasi Pada Komunitas Shinzen Cosplay Team di Surakarta)". Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan metode survei dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah komunitas Shinzen Cosplay Team di Surakarta yang berjumlah 45 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi terpaan media massa melalui film cartoon naruto tentang kebudayaan harajuku, maka akan semakin tinggi pula perilaku imitasi pada komunitas Shinzen Cosplay Team di Surakarta karena tingginya frekuensi, durasi dan intensitas yang terjadi. Dalam


(35)

penelitian ini juga terdapat hubungan yang positif atau searah dengan taraf yang kuat antara terpaan media massa melalui film cartoon naruto tentang kebudayaan harajuku terhadap perilaku imitasi pada komunitas Shinzen Cosplay Team di Surakarta.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yessi Paradina Sella (2013) dengan judul "Analisa Perilaku Imitasi di Kalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar (Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda)" menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang kuat dari media, sehingga khalayak penikmat media itu mengimitasi kebudayaan yang sedang tren yang ditampilkan oleh media. Para remaja putri mengatakan bahwa tanpa disadari oleh masing-masing individu yang menjadi informan, secara tidak sadar bahwa mereka telah melakukan perilaku meniru secara berkelanjutan dan mulai mengaplikasikannya kepada kehidupan sehari-hari mereka. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya kontrol dari orang tua, kurangnya tayangan bercita rasa lokal dengan penyajian yang menarik, serta kurangnya kedasaran dari remaja-remaja putri itu sendiri mengenai hal yang layak ditiru dan tidak terhadap tayangan seperti halnya drama seri Korea. Selain itu, juga adanya perilaku dasar remaja yang mengalami perubahan akibat paparan secara rutin oleh media televisi melalui drama seri Korea di Indosiar. Perubahan tersebut adalah perilaku meniru cara berpakaian dan memakai make up secara keseluruhan atau disebut dengan perilaku imitasi. Dari keenam informan yang diambil dari dua RT berbeda yang secara keseluruhan tidak menyadari apa yang mereka lakukan sebenarnya itu hanya akan mengubah jati diri mereka menjadi orang lain dengan melakukan perilaku meniru atau perilaku imitasi yang tanpa


(36)

disadarinya. Bentuk perilaku imitasinya itu berupa memakai pakaian (baju, rok, celana) yang mengikuti idolanya yang memakai busana berpotongan rendah yang jauh dari norma ketimuran serta perilaku imitasi lainnya adalah memakai make up

yang seharusnya belum mereka lakukan di usia dini.

Penelitian yang dilakukan oleh Olivia M. Kaparang (2013) yang berjudul "Analisa Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea Melalui Televisi (Studi pada siswa SMA Negeri 9, Manado)" menyatakan bahwa budaya pop Korea sangat terlihat mulai mendominasi remaja SMA Negeri 9, Manado dan tampak jelas mereka mulai meninggalkan budaya Indonesia sebagai pegangan hidup keseharian. Mereka bahkan rela menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh informasi mengenai budaya ini dibandingkan budaya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran budaya dan hal tersebut perlu ditindaklanjuti dari sekarang. Peran orang tua dan guru diperlukan dalam pengawasan akan perkembangan hidup para remaja dalam hal berhadapan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Pihak pemerintah pun perlu turut memajukan budaya bangsa dan membuatnya menjadi lebih menarik sehingga para remaja jadi lebih tertarik untuk memajukan budaya bangsa.

Sementara apabila melihat perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut. 1) penelitian ini mengungkapkan terpaan media melalui majalah Hijabella tentang gaya hidup hijab modern; 2) penelitian ini

mengungkapkan terpaan media massa terhadap imitasi budaya populer; dan 3) penelitian ini mengungkapkan imitasi budaya populer berhijab sebagai variabel


(37)

intervening dan pengaruhnya terhadap gaya hidup serta majalah Hijabella sebagai media.

2.2. Pendekatan Positivisme

Sebuah penelitian memerlukan satu sudut pandang yang menjadi acuan, agar penelitian tidak melahirkan sebuah kesalahan dari setiap aspek yang diteliti. Penelitian ini nantinya akan melihat sejauhmanakah pengaruh majalah Hijabella terhadap imitasi budaya populer hijab modern dan gaya hidup berhijab pada mahasiswi muslimah yang ada di Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan posivisme yang lahir dari pemikiran Aguste Comte, seorang kebangsaan Prancis di abad sembilan belas yang juga menemukan pemahaman tentang Sosiologi (Ritzer dan Goodman, 2010:17). Peneliti yang menggunakan pendekatan ini lebih suka menggunakan data kuantitatif dan sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik. Pendekatan positivisme mencari kebenaran melalui langkah-langkah yang ketat, alat ukur yang tepat dan objektif serta melakukan serangkaian analisa terhadap hipotesis dalam penelitian. Pendekatan positivisme membuat jarak bagai subjek dan objek dalam penelitian. Secara akademik, kaidah positivisme banyak mempengaruhi penelitian sosial (Danandjaja, 2012:13).

Gagasan utama pendekatan positivisme di sini adalah melihat ilmu sosial sebagai sebuah metode yang terorganisir untuk menggabungkan logika deduktif dengan observasi empiris yang tepat dari perilaku individu dalam menemukan dan mengkonfirmasi satu set kausal hukum probabilitas yang kemudian dapat digunakan untuk membuat prediksi pola umum dari aktivitas manusia (Neuman, 1997:6).


(38)

2.3. Komunikasi Massa

2.3.1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass comunication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Hal ini berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu dengan menggunakan media massa. Menurut mereka pidato di hadapan sejumlah orang banyak di sebuah lapangan, misalnya, asal menunjukkan perilaku massa (mass behavior), itu dapat dikatakan komunikasi massa.

Seperti dikemukakan di atas, para ahli komunikasi membatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa, misalnya : surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. Sehubungan dengan itu, dalam berbagai literatur sering dijumpai istilah mass comunications dan mass comunication seperti disebutkan di atas dan yang menjadi pokok pembahasan. Arti mass comunications sama dengan mass media atau dalam bahasa indonesia adalah media massa. Sedangkan yang dimaksud dengan mass communication

adalah prosesnya, yakni proses komunikasi melalui media massa. Seperti ditegaskan sebelumnya, media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa itu adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. Jadi, media massa modern merupakan produk teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan.

Bagaimana peliknya komunikasi massa, Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya, Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan sebagai berikut :


(39)

"Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik" (Effendy, 2004:20-21).

Selanjutnya Ardianto, Komala, dan Karlinah menyatakan bahwa komunikasi massa tersebut juga harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film (Ardianto dkk, 2004:3). Komunikasi massa juga melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2005:71).

Dari definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung antara komunikator dan komunikan secara tidak langsung yakni melalui media massa seperti surat kabar, radio, televisi, majalah atau film.

Jika melihat pengertian komunikasi massa menurut Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya, "Communication Theories, Origins,

Methods, Uses"dan Joseph A.Devito A. Devito dalam bukunya, "Communicology : An Introduction to the Study of communication", maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :


(40)

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah.

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Sebelumnya sudah dipahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi yang lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Dalam komunikasi massa, komunikator bersifat heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pemdidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi (Effendy, 2004:22-26).

2.3.2. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa yang begitu banyak dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yaitu :

a. Menginformasikan (to inform);

Maksudnya memberikan informasi kepada masyarakat, karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan


(41)

keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan komunikasi massa (mass communication).

b. Mendidik (to educate);

Maksudnya adalah mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. c. Menghibur (to entertain);

Maksudnya adalah menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.

d. Mempengaruhi (to influence);

Maksudnya mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan (Effendy, 2004:31).


(42)

2.3.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2006:119). Sedangkan media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2006:122).

Selanjutnya Burhan Bungin memberikan definisi media massa sebagai institusi yang menebarkan informasi berupa pesan berita, peristiwa atau produk budaya yang mempengaruhi dan merefleksikan suatu masyarakat (Bungin, 2008:258). Media massa juga merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin, 2008:72). Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menangkap kesimpulan bahwa media massa adalah media komunikasi yang menyebarkan informasi secara massal dan khalayak memperhatikan pesannya secara bersamaan.

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :

a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu peranannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

b. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur/ benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi dan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi. Sebaliknya pula, masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadi masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.


(43)

c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, dan menjadi katalisator perkembangan budaya. Sebagai

agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan bermasyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya (Bungin, 2008:85-86).

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan "The Big Five Of Mass Media (Lima besar media massa)", media massa sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu : media massa cetak (printed media) dan media massa elektonik (electronic media). Tetapi sekarang ini ditambah dengan media online. Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, Film (movie), termasuk CD; sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam, yaitu : a. Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau setengah plano). b. Tabloid (setengah broadsheet).

c. Majalah (setengah tabloid atau kertas ukuran polio kuarto). d. Buku (setengah majalah).

e. Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4-8 halaman). f. Buletin (setengah majalah jumlah halaman lazimnya 4-8) (Romly, 2002:5).

Media massa memang beranekaragam, baik media yang berbentuk cetak (surat kabar, majalah, tabloid, dan lain sebagainya, media elektronik (televisi dan radio), dan media online. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan media cetak yaitu majalah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:615), majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai laporan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya, dan menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, majalah wanita, remaja, olah raga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya. Selain itu, majalah merupakan penerbitan pers berkala yang


(44)

menggunakan kertas sampul, yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto (Junaedhi, 1995:155).

Majalah merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya dimana pembacanya diharapkan akan mendapatkan gambaran yang utuh mengenai segala sesuatu yang sedang berkembang saat itu. Oleh karenanya majalah dapat dikatakan sebagai penemuan yang fenomenal. Majalah adalah salah satu bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah dimulai pertama kali di London, Inggris; yang kemudian menyusul penerbitan-penerbitan lainnya pada tahun 1741 di Amerika Serikat, tetapi baru pada abad ke-19 majalah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.

Abad ke-20 yang dikenal sebagai abad revolusi informasi telah membawa dunia pers khususnya majalah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini terlihat dari banyaknya majalah-majalah yang beredar tidak hanya di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Nama-nama majalah tersebut seperti : Femina, Gadis, Hai, Kartini, Kawanku, dan lain sebagainya. Majalah-majalah tersebut telah memiliki kelompoknya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat modern lebih bersifat selektif terhadap media yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka akan informasi. Karena itulah sebagian orang mengatakan, majalah merupakan perpaduan antara surat kabar dan buku. Majalah memiliki ruang dan waktu yang lebih leluasa untuk menyajikan suatu peristiwa dengan selengkap-lengkapnya, sehingga isi majalah biasanya lebih mendalam dan lengkap dibandingkan surat kabar harian.


(45)

Boove dalam Liliweri (1992: 75) mengemukakan media massa cetak (dalam hal ini majalah) yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain :

a. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, sistem penulisan dan aktualitas berita yang disajikan dalam majalah.

b. Daya tarik fisik, meliputi gambar (kualitas gambar/ foto dan kualitas kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna) dari majalah tersebut.

c. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media (majalah). d. Massa cetak tersebut dan jumlah halaman yang tersedia.

e. Daya tarik dengan menggunakan teknik propaganda. Untuk menciptakan daya tarik, media massa cetak menggunakan teknik propaganda yang dapat mempengaruhi khalayak sasarannya seperti menggunakan public figure dan slogan.

Gempuran media yang mengedepankan teknologi terbaru tidak mematikan perkembangan majalah. Sampai saat ini majalah tetap berkembang dengan jurus lamanya; yaitu dengan menjual segmentasi, mengupayakan kemasan yang eye cathing, permainanwarna, desain, dan kualitas kertas sebagai nilai jual (selling point).Namun, majalah tidak bisa lagi selalu dituntut layaknya sebuah “toko serba

ada” yang menyediakan beragam kebutuhan informasi. Berbeda dengan suratkabar, majalah dituntut lebih fokus untuk menjangkau khalayak atau target audiens tertentu. Berikut sejumlah kategori majalah menurut Morissan dan setiap kategori dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan isi (editorial content) dan ketertarikan pembaca (audiensice appeal), yaitu : majalah konsumen (consumer magazines), majalah pertanian (farm magazines), majalah bisnis (bussiness publications), dan majalah perdagangan (Morissan, 2012:282-284).

Selain memiliki kategori atau karakteristik yang telah penulis kemukakan di atas, ternyata majalah juga memiliki keunggulan. Berikut beberapa keunggulan dari majalah diantaranya :


(46)

1. Permanen. Keunggulan majalah yang dapat dilihat secara nyata adalah daya hidup pesannya yang lama. Televisi dan radio memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan memiliki waktu hidup yang sangat singkat dan juga tidak dapat diulang. Pesan muncul seketika dan hilang seketika. Surat kabar biasanya langsung ditinggalkan segera setelah selesai dibaca. Namun majalah biasanya dibaca dalam periode beberapa hari dan sering kali disimpan untuk digunakan sebagai referensi di masa datang. Majalah adalah media yang paling lama disimpan di rumah dibandingkan dengan media lainnya. Suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok pembaca majalah menemukan bahwa pembaca menghabiskan waktu hampir satu jam, namun dalam periode dua hingga tiga hari untuk menyelesaikan bacaan majalah yang dibelinya. Studi juga menunjukkan sekitar 75 persen pembaca menyimpan majalah yang digunakan untuk referensi di masa depan (Morissan, 2012:289). Bahkan rubrik-rubrik yang ada di dalam majalah dapat dikliping.

Keuntungan jangka hidup majalah yang lebih panjang ini memungkinkan audiensi untuk membaca secara lebih rileks atau tidak terburu-buru, sehingga memberi kesempatan pembaca untuk melihat-lihat isi majalah secara lebih cermat. Sifat permanen majalah ini juga dapat membuka kemungkinan beberapa orang untuk membaca majalah yang sama (Morissan, 2012:289-290).

2. Kualitas Reproduksi. Atribut paling berharga yang dimiliki majalah adalah kualitas reproduksinya. Majalah pada umumnya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan menggunakan proses percetakan yang memungkinkan reproduksi yang sangat bagus, baik dalam hitam putih ataupun berwarna. Pada 29


(47)

umumnya, kualitas reproduksi majalah jauh lebih baik dibandingkan media cetak lainnya, seperti : surat kabar, khususnya jika menggunakan warna (Morissan, 2012:287).

3. Isi Majalah. Majalah dengan isi atau editorial yang kuat yang dapat menarik minat dan memenuhi kebutuhan demografis serta gaya hidup konsumen yang terus berubah memiliki posisi yang kuat untuk menarik pembaca (Morissan, 2012:298). Pada masa lalu, mungkin sulit membayangkan akan terbitnya majalah yang isinya khusus membahas mengenai tata rias muslimah, khususnya hijab; namun saat ini sudah ada beberapa majalah yang menyajikan editorial yang khusus membahas mengenai tata rias muslimah, khususnya hijab (seperti : majalah Hijabella, Laiqa, Scraft, dan lain sebagainya).

4. Kreativitas Fleksibel. Majalah memiliki keunggulan dalam hal kreativitas dalam penyajiannya, baik dalam hal desain, tata letak, ukuran, dan lain sebagainya. Dari segi ukuran, majalah memiliki ukuran yang standart, sekitar 210.5mm x 270,5mm dan sekarang ini bahkan majalah ada yang berukuran kecil seperti buku dengan ukuran sekitar 21,5cm x 17,5cm. Dengan berbagai ukuran yang standart dan kecil seperti buku itu, maka majalah mudah dibawa kemana-mana tanpa membuat beban bagi pembacanya.

5. Majalah karena bersifat tertulis dan cetak, maka dianggap pembaca sebagai sesuatu yang aktual dan layak dipercaya.

2.4. Teori Norma Budaya (Cultural Norms Theory)

Teori norma budaya menyatakan bahwa komunikasi massa mempunyai efek tidak langsung (indirect effect) terhadap perilaku individu melalui kemampuannya untuk membentuk norma-norma. Melvin DeFleur (dalam Severin


(48)

dan Tankard Jr, 1979) menyatakan pada dasarnya teori norma budaya mengemukakan bahwa media massa melalui presentasi selektif dan penekanan ada tema-tema tertentu menciptakan kesan di antara para khalayaknya. DeFleur menegaskan penekanan pada topik-topik dari norma budaya, tersusun atau ditetapkan dalam beberapa cara spesifik. Biasanya menurut DeFleur, perilaku individual dibimbing oleh norma-norma dan sebagai aktor yang terpengaruh norma-norma yang berkaitan dengan topik atau situasi, maka media massa akan memberikan pengaruh tidak langsung (Suprapto, 2009:53).

Teori norma budaya dari DeFleur ini tampaknya menawarkan banyak harapan Di mana teori ini menyatakan bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan menekankan pada tema-tema tertentu mampu menciptakan kesan yang mendalam pada khalayaknya. Peranan media massa dapat menumbuhkan kesan yang dapat mempengaruhi norma, seperti tindakan-tindakan kekerasan yang merupakan "cara" untuk berhubungan dengan pihak lain. Di samping itu pula, media massa akan membentuk streotipe seksual dan citra anggota khalayak terutama yang menyangkut materialisme dan konsumerisme (Suprapto, 2009:54).

Jadi inti dari teori ini adalah melihat cara-cara media massa mempengaruhi sebagai suatu produk budaya. Pada hakikatnya, teori norma budaya menganggap bahwa media massa melalui pesan-pesan yang disampaikannya secara tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma budayanya. Perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut.


(49)

Paling sedikit ada tiga cara untuk mempengaruhi norma budaya yang dapat ditempuh oleh media massa. Pertama, pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku dan membimbing masyarakat untuk mempercayai bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat. Kedua, media dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budaya yang ada, bahkan menyempurnakannya. Ketiga, media massa dapat mengubah norma budaya yang berlaku dan dengan demikian mengubah perilaku individu-individu dalam masyarakat (Suprapto, 2009:25-26).

Menurut Lazarfeld dan Merton dalam Wright (1985) mengatakan bahwa media sebenarnya hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya yang berlaku. Mereka berpandangan bahwa media bekerja secara konservatif dan hanya menyesuaikan diri dengan norma budaya masyarakat seperti selera dan nilai-nilai, daripada memimpin mereka untuk membentuk norma-norma yang baru. Lazarfeld dan Merton mengatakan bahwa media memperkuat status quo

belaka daripada menciptakan norma-norma baru yang berarti (Suprapto, 2009:26). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media massa dapat memperkuat norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Selain itu, media massa dapat mengaktifkan perilaku tertentu. Hal tersebut terjadi apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak bertentangan dengan struktur norma budaya yang berlaku. Media massa bahkan dapat menumbuhkan norma-norma budaya baru dalam perilaku selama norma tersebut tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan sosial budaya (Suprapto, 2009:26-27).


(50)

2.5. Imitasi Budaya Populer

Menurut Jalaluddin Rakhmat, teori peniruan (modeling theories) hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Di sini, individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya. Membandingkan perilaku seseorang dengan orang yang lain yang diamati, yang berfungsi sebagai model. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya. Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan orang-orang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Media piktorial seperti televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh. Melalui media, orang meniru perilaku idola mereka. Teori peniruanlah yang dapat menjelaskan mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode berpakaian, fashion, gaya berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya (Rakhmat, 2005:216).

Perilaku mempunyai arti yang lebih konkret daripada "jiwa". Karena lebih konkret itu, maka perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa. Termasuk dalam perilaku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka (overt) maupun tertutup (covert). Perilaku yang terbuka adalah perilaku yang kasat mata, dapat diamati secara langsung oleh panca indera, seperti : cara berpakaian atau cara berbicara. Perilaku tertutup hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya (Sarwono, 2009:8). Di dalam 33


(51)

penelitian ini, perilaku yang diteliti mengenai perilaku yang terbuka atau perilaku yang kasat mata, yaitu dari cara menggunakan hijab yang modern.

Menurut Gerungan (2004:64), imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat. Dengan demikian, seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya menurut Gabriel Tarde dalam Ahmadi (2007:52), perilaku imitasi adalah seluruh kehidupan sosial yang sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja, walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa perilaku imitasi adalah segala macam kegiatan yang ditiru atau dicontohkan oleh orang yang melihatnya. Perilaku imitasi ini bisa dalam wujud terbuka ataupun tertutup. Maksud dari wujud terbuka ini adalah perilaku yang kasat mata dan dapat diamati secara langsung oleh pancaindra, seperti : cara berpakaian atau cara berbicara. Sedangkan wujud yang tertutup adalah perilaku yang tertutup dan hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya : berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya.

Alex Sobur dalam bukunya Psikologi Umum (2003:152) mengemukakan bahwa ada beberapa indikator yang terdapat dalam perilaku imitasi, diantaranya :


(52)

1. Indikator motif.

Meliputi dorongan yang bersifat irasional maupun yang rasional, ikut-ikutan dan uji coba. Pada awalnya dorongan seorang konsumen untuk melakukan tindak pemilihan diantara jenis kegiatan karena rasa senang. Namun kenyataannya sering kali pertimbangan itu bukan hanya pertimbangan rasa senang saja, banyak pertimbangan lainnya, sehingga mampu meningkatkan harga dirinya dan dikagumi.

2. Indikator Mode.

Mencakup kegiatan yang sedang popular dan digemari oleh banyak orang. Adapun kesempatan dari aspek-aspek yang mendasari perilaku seseorang dalam berperilaku adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan untuk melakukan perilaku.

Dalam penelitian ini, imitasi atau peniruan yang terjadi adalah imitasi dalam hal budaya dalam menggunakan hijab, dimana dahulu hijab dianggap kuno, lebih tradisional, monoton, tidak modis, tidak gaul, konvensional, berbentuk kotak, menutup dada, tidak dililit-lilit, dan biasa saja; tetapi sekarang hijab lebih modis, modern, menarik, gaya, menampilkan berbagai model (bervariasi), treni, menggunakan berbagai macam corak, berbagai macam aksesoris, dan lain sebagainya yang dapat menarik daya tarik penggunanya tanpa menghilangkan sisi religius dari penggunaan hijab. modis, modern, menampilkan berbagai model. Kemunculan hijab modern ini berasal dari adanya kebudayaan baru yang pada awalnya tidak ada Indonesia. Kebudayaan baru itu dikenal dengan kebudayaan populer atau yang biasa disebut juga dengan budaya pop.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan (STIE-Harapan) Medan Tahun 2012

9 98 84

Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Gaya Hidup Remaja KTV di Kota Medan

4 68 137

BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN BUDAYA POPULER DAN PESAN PERSUASIF MAJALAH PEREMPUAN (Analisis Isi Kualitatif Pesan Persuasif Ditinjau dari Konsep Budaya Populer dalam Rubrik Rupa-rupa, Majalah Femina edisi Januari – Desember 2012).

0 4 11

TRANSFORMASI NILAI BUDAYA BERHIJAB SEBAGAI GAYA HIDUP WANITA MUSLIM DI KOTA.

1 6 25

Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 36

Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 43

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Majalah Hijabella dan Gaya Hidup Dalam Mengimitasi Budaya Populer Berhijab (Studi Korelasi Pada Mahasiswi di Kota Medan)

0 0 12

MAJALAH HIJABELLA DAN GAYA HIDUP MUSLIMAH DALAM MENGIMITASI BUDAYA POPULER BERHIJAB (Studi Korelasi pada Mahasiswi di Kota Medan) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

0 0 15

REPRESENTASI HEGEMONI BUDAYA POPULER DALAM MAJALAH (Studi Analisis Isi tentang Feminisme, Kecantikan, dan Gaya Hidup dalam Majalah Remaja Perempuan GoGirl! Edisi Oktober 2016 – Maret 2017) - UNS Institutional Repository

0 0 14