20
teori tersebut bersumber dari buku-buku teks, jurnal, abstrak, hasil penelitian dan sumber referensi lainnya. Dalam sebuah penelitian, teori berfungsi untuk memberikan arahan dan
gambaran secara mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti. Teori juga digunakan sebagai landasan berpikir untuk menjelaskan ataupun memprediksi permasalahan yang
terdapat dalam sebuah penelitian.
Fungsi kerangka teori dalam penulisan skripsi digunakan untuk melihat dan membantu menganalisis sebuah fakta karena teori itu pada dasarnya adalah sebuah
pernyataan yang menjelaskan tentang kejadian sebenarnya yang terdiri dari dua atau lebih variable. Dalam penelitian ini, teori digunakan untuk melihat apakah konsep-konsep teori
yang dipaparkan benar terjadi dalam mekanisme penetapan calon anggota legislatif DPRD Provinsi Sumatera Utara 2014 di DPW Partai Nasdem Sumatera Utara. Adapun beberapa
teori yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.6.1 Rekrutmen Politik
Dalam sistem politik demokrasi, cara yang dipergunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan ialah dengan ikut serta dalam
kegiatan pemilihan umum. Yang berperan sebagai peserta dalam pemilu adalah partai politik. Partai politiklah yang mengajukan calon-calon untuk dipilih oleh rakyat. Hal
ini dikarenakan, partai politik merupakan kendaraan politik yang sah untuk mempersiapkan anggotanya sebagai calon pemimpin pada jenjang dan posisi tertentu
seperti calon anggota legislatif, calon pemimpin lokal, maupun pemimpin nasional. Calon-calon yang diajukan oleh partai politik, merupakan anggota partai yang
sebelumnya telah melalui proses rekrutmen, kaderisasi, dan seleksi kandidasi. Seperti yang dipahami, keanggotaan dalam sebuah partai politik merupakan
salah satu jembatan untuk menuju jenjang karir politik. Maka sesuai dengan fungsinya, partai politik melakukan fungsi rekrutmen untuk mengajak orang-orang
turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Rekrutmen politik
16
diperlukan untuk mendapatkan orang-orang yang memiliki sistem nilai dan ideologi yang sama. Melalui rekrutmen politik yang dilakukan partai, individu-individu
16
“Suatu proses seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya dimana
anggota-anggota kelompok tersebut akan mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik” dalam Fadillah Putra, Ibid, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
21
memiliki peluang untuk berkarier sebagai politisi dengan menjadi anggota parlemen maupun jabatan administrasi lainnya.
17
Dalam merekrut orang-orang untuk dicalonkan pada jabatan-jabatan politik seperti anggota legislatif, pemimpin lokal, maupun pemimpin nasional, ada dua pola
rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsuddin, yaitu:
18
1. Rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penseleksian.
Penilaian dilakukan dengan proses yang syarat-syaratnya telah dilakukan melalui pertimbangan yang objektif dan rasional.
2. Rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidak sama bagi setiap warga negara, yang berarti hanya individu
tertentu yang direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan.
Melalui pola rekrutmen inilah partai politik menghasilkan calon anggota legislatif. Pola yang digunakan oleh partai politik dalam proses rekrutmen tersebut menunjukkan
konsistensi partai politik dalam memainkan perannya melembagakan demokrasi yang baik. Partai politik yang melakukan pola rekrutmen terbuka menunjukkan partai terlihat transparan
dalam merekrut orang-orang untuk dicalonkan pada jabatan-jabatan politik seperti anggota legislatif, sehingga peluang setiap orang dalam politik akan sama.
Sementara partai yang melakukan rekrutmen secara tertutup menyebabkan partai politik akan bersifat ekslusif. Partisipasi masyarakat dalam proses politik rendah, akibat tidak
adanya akses yang diberikan partai politik terhadap keterlibatan masyarakat untuk dicalonkan pada jabatan-jabatan politik tersebut. Masyarakat tidak mengetahui bagaimana seorang calon
legislatif terpilih mewakili sebuah partai dan berkompetisi dalam menjaring suara masyarakat. Sehingga, partai politik akan menciptakan jarak dengan masyarakat karena ruang
partisipasi masyakakat akan terbatas. Partai politik tidak transparan dalam menentukan orang-orang yang diajukan menjadi calon legislatif dan sangat memungkinkan oligarki partai
hadir yang akan menguntungkan segelintir elit berkuasa. Oleh Pippa Norris, rekrutmen politik tidak hanya persoalan tentang pencalonan
perwakilan yang dipilih pada tingkat lokal, regional, nasional, dan subnasional, tetapi juga tentang penunjukan jabatan publik. Partai politik memiliki peran penting dalam memilih
17
Michael Rush Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik , Jakarta: Rajawali Press, 1993, hal. 23.
18
Nazaruddin Syamsuddin, Dinamika Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Gramedia,1993, hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
22
calon anggota legislatif. Setiap negara pastinya menentukan beberapa syarat bagi pihak yang dirasa mampu untuk mendapatkan jabatan legislator. Menurut Pippa Norris ada beberapa
tingkatan dalam proses rekrutmen calon kandidat, yakni sertifikasi, pencalonan, dan pemilihan.
19
1. Proses sertifikasi certification, yaitu mengenai siapa yang layak untuk dipilih
menjadi calon anggota legislatif. Syarat-syarat formal yang harus dipenuhi para kandidat diadakan berdasarkan undang-undang pemilu. Persyaratannya adalah
seperti umur, kewarganegaraan, rekam jejak, tempat kediaman, moralitas, inkompatibilitas, popularitas, simpanan keuangan, pengalaman berpolitik, dan
keharusan untuk mengumpulkan tandatangan dukungan. 2.
Proses pencalonan nomination, ialah mengenai siapa yang memutuskan kandidat yang akan dicalonkan sebagai anggota legislatif. Untuk mengukur tingkat
demokrasi dalam internal partai dapat dilihat dari beberapa hal, seperti: a tingkat pemusatan, yaitu seberapa jauh pencalonan ditetapkan oleh kepemimpinan partai
nasional atau diserahkan ke bawah kepada daerah setempat. b keluasan dari mengambil bagian, yaitu mengenai apakah hanya beberapa orang yang memilih
calon atau apakah banyak orang terlibat dalam proses ini. dan c ruang lingkup pembuatan keputusan, yaitu mengenai apakah ada pilihan dari satu, beberapa, atau
bermacam-macam pendapat berlomba-lomba untuk pencalonan tersebut. 3.
Proses pemilihan election, yaitu mengenai siapa yang terpilih sebagai hasil dari proses pencalonan. Tipe calon yang dipilih oleh partai mempunyai kapasitas untuk
mempengaruhi kualitas dari anggota legislator, dan juga susunan dari pemerintahan. Sebagai contoh misalnya untuk memiliki pengaruh untuk lembaga
legislatif, pembuatan kebijakan, dan penyelidikan tentang hasil pemilu, jika partai memutuskan untuk memilih pengacara profesional, atau aktivis lokal, selebriti,
atau pegawai partai berpengalaman. Menurut Norris, dalam melakukan rekrutmen terhadap calon kandidat, latar belakang
seseorang seperti aktivitas serta pengalaman sosial politik, intelektualitas dengan melihat latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi, moralitas, serta popularitas seseorang
menjadi bahan pertimbangan partai politik dalam proses sertifikasi certification untuk melihat siapa yang layak untuk dipilih menjadi calon anggota legislatif.
19
Pippa Norris, Recruitment, dalam Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook of Party Politics, London: Sage Publication, 2006, hal.89-94.
Universitas Sumatera Utara
23
Selain melakukan rekrutmen politik, di dalam partai politik perlu dikembangkan sistem pendidikan dan kaderisasi bagi anggota partainya. Sistem kaderisasi sangat penting
mengingat perlu adanya transfer pengetahuan knowledge politik, tidak hanya yang terkait dengan sejarah, visi, misi, dan strategi partai politik, tetapi juga transfer keahlian berpolitik
dan keterampilan.
20
Dengan adanya proses kaderisasi partai politik menghasilkan calon-calon pemimpin berkualitas yang nantinya akan berkompetisi dalam kegiatan pemilu.
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, maka teori rekrutmen politik menurut Pippa Norris dalam penelitian ini digunakan untuk memahami realitas sosial yang ada, yaitu
tentang rekrutmen politik yang terjadi dalam Partai Nasdem Sumatera Utara. Teori ini akan melihat tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Partai Nasdem apakah sesuai atau tidak dengan
teori dari Pippa Norris ini. Sehingga akan dibuktikan teori tersebut berlaku atau tidak dalam penelitian ini. Sementara teori pola rekrutmen dari Nazaruddin Syamsuddin digunakan untuk
melihat pola rekrutmen mana yang diterapkan oleh Partai Nasdem dalam menetapkan calon legislatif, apakah sesuai dengan teorinya tentang pola terbuka ataukah pola tertutup.
1.6.2 Seleksi Kandidat