Bilangan Penyabunan Kualitas Biodiesel

27 Keterangan: A : waktu reaksi A1 = 4 jam dan A2 = 6 jam B : kecepatan pengadukan B1 = 200 rpm dan B2 = 600 rpm C : rasio metanolheksanbahan C1 = 3:3:1, C2 = 4:2:1, dan C3 = 5:1:1 Gambar 15. Bilangan asam biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar pada berbagai perlakuan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap bilangan asam, waktu reaksi, kecepatan pengadukan, dan rasio metanolheksanbahan tidak berpengaruh nyata terhadap bilangan asam. Perlakuan yang menghasilkan rendemen biodiesel tertinggi perlakuan A2B2C1 memiliki bilangan asam sebesar 0.20 mg KOHg dan telah memenuhi Standar Biodiesel Indonesia. Sedangkan perlakuan yang berdasarkan biaya produksi, konsumsi energi, serta efek lingkungan terendah perlakuan A1B1C2 juga memiliki bilangan asam sebesar 0.20 mg KOHg dan telah memenuhi Standar Biodiesel Indonesia. Dari hasil ini dapat terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nilai bilangan asam pada kedua perlakuan tersebut, sehingga untuk produksi biodiesel pada skala pilot dipilih perlakuan A1B1C2. Hal ini dikarenakan perlakuan ini lebih efektif dan efisien.

b. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan biodiesel yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 186.54–194.10 mg KOHg Gambar 16. Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak trigliserida yang terkonversi menjadi metil ester sehingga semakin tinggi bilangan penyabunannya. Namun pada penelitian ini hanya pada perlakuan A1B1C2 dan A1B1C3 yang mengalami kenaikan bilangan penyabunan, sedangkan pada perlakuan lainnya mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 A1 A2 Bilangan asam mg KOHg Perlakuan B1 C1 B1 C2 B1 C3 B2 C1 B2 C2 B2 C3 28 Keterangan: A : waktu reaksi A1 = 4 jam dan A2 = 6 jam B : kecepatan pengadukan B1 = 200 rpm dan B2 = 600 rpm C : rasio metanolheksanbahan C1 = 3:3:1, C2 = 4:2:1, dan C3 = 5:1:1 Gambar 16. Bilangan penyabunan biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar pada berbagai perlakuan Bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah senyawa-senyawa intermediet monogliserida dan digliserida telah berkurang karena terkonversi menjadi metil ester. Semakin tinggi kecepatan pengadukan, semakin tinggi pula bilangan penyabunan. Pada penelitian ini, hanya perlakuan A1B1C2 yang mengalami peningkatan bilangan penyabunan seiring dengan meningkatnya kecepatan pengadukan. Penambahan heksan akan membantu dalam proses ekstraksi minyak dari bahan, oleh karena itu penambahan heksan meningkatkan jumlah trigliserida yang diekstraksi sehingga jumlah metil ester yang dihasilkan pun akan semakin meningkat. Pada penelitian ini bilangan penyabunan dari perlakuan A1B1C1 rasio metanolheksanbahan sebesar 3:3:1 mengalami peningkatan bilangan penyabunan seiring dengan jumlah heksan yang ditambahkan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap bilangan penyabunan, waktu reaksi, kecepatan pengadukan, dan rasio metanolheksanbahan tidak berpengaruh nyata terhadap bilangan penyabunan biodiesel. Perlakuan yang menghasilkan rendemen biodiesel tertinggi perlakuan A2B2C1 memiliki bilangan penyabunan sebesar 186.54 mg KOHg. Sedangkan perlakuan yang berdasarkan biaya produksi, kosumsi energi, dan efek lingkungan terendah perlakuan A1B1C2 memiliki bilangan penyabunan sebesar 189.20 mg KOHg. Dari bilangan penyabunan yang diperoleh pada kedua perlakuan tersebut, dapat dilihat bahwa biodiesel pada perlakuan A1B1C2 memiliki bilangan penyabunan 50 100 150 200 A1 A2 Bilangan penyabunan mg KOHg Perlakuan B1 C1 B1 C2 B1 C3 B2 C1 B2 C2 B2 C3 29 yang lebih tinggi. Bilangan penyabunan yang tinggi ini mengindikasikan bahwa biodiesel yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi pula, karena penyusunnya didominasi oleh metil ester yang dihasilkan selama proses transesterifikasi.

c. Bilangan Ester