1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan cobia Rachycentron canadum merupakan ikan pelagis yang hidup di daerah terbuka tropis, subtropis, dan estuari. Ikan cobia memiliki potensi tinggi
untuk dibudidayakan dan dijadikan sebagai sumber devisa negara melalui jalur ekspor. Ikan cobia dijadikan salah satu ikan unggulan di Taiwan melalui budidaya
bahkan negara tersebut mendapat julukan master of cobia. Selain di Taiwan ikan
cobia juga dibudidayakan di Cina, Vietnam, Jepang, Indonesia, Amerika,
Malaysia, dan Karabia Liao dan Leano 2007. Indonesia telah berhasil
membudidayakan ikan cobia, yaitu di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
Kandungan gizi yang khas dari ikan, yaitu asam lemak tak jenuh majemuk omega-3, terdiri dari eucosapentanoic acid EPA dan docosahexanoic acid
DHA. Asam lemak tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia karena memiliki beberapa manfaat dalam mencerdaskan otak, membantu masa
pertumbuhan pada anak-anak untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peranan penting dalam perkembangan otak. Asam
lemak omega-3 dapat mencegah aterosklerosis, kanker, diabetes, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh Leblanc et al. 2008.
Ikan cobia Rachycentron canadum menjadi ikan dengan prospek yang tinggi dalam dunia perikanan karena pertumbuhannya cepat, yaitu bisa mencapai
5-6 kg selama 12 bulan dan 8-10 kg selama 16 bulan, memiliki kualitas daging putih yang baik, dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, dan perbandingan
biaya produksi yang rendah Liao dan Leano 2007. Daging ikan cobia menunjukkan perbedaan kualitas berdasarkan kandungan asam lemak, yaitu
adanya kandungan asam lemak memberikan aroma yang khas pada daging ikan cobia setelah diberikan proses pemanasan, diantaranya pengukusan. Ikan cobia
juga diolah dengan cara digoreng, direbus untuk makanan sup, dan dibuat menjadi sashimi, serta olahan makanan lainnya Amzia dan Aishah 2011.
Pengukusan merupakan salah satu jenis pengawetan waktu pendek yang dipakai oleh banyak negara terutama di Asia Tenggara. Pengaruh pemanasan
terhadap komponen daging ikan cobia dapat menyebabkan perubahan fisik dan komposisi kimia daging ikan tersebut. Pengolahan dengan panas memberikan
pengaruh terhadap nilai gizi suatu produk tidak hanya dari suhu saja, tetapi juga dari lamanya pemberian panas dan bentuk sampel yang dikukus Harris dan
Karmas 1989. Pengetahuan tentang perubahan yang terjadi pada suatu bahan akibat proses pengolahan perlu diketahui sehingga dapat menentukan metode
pengolahan yang tepat. Informasi mengenai kandungan gizi ikan cobia ini masih sedikit, padahal
spesies ikan ini memiliki prospek tinggi di pasaran global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dari ikan cobia adalah dengan
mengkaji kandungan asam lemak dan kolesterol yang terkandung pada ikan tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai komposisi proksimat dan kandungan asam lemak serta kolesterol ikan cobia sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan
selanjutnya menjadi sumber bahan pangan bergizi tinggi, terutama omega-3. Informasi dasar mengenai ikan cobia ini berguna untuk meningkatkan
pengetahuan akan komposisi gizi komoditas hasil perairan untuk meningkatkan kesehatan serta dasar pemanfaatan untuk sumberdaya pangan dimasa depan.
1.2 Tujuan