Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal

Faktor internal dikelompokkan menjadi faktor yang memberikan kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk David, 2006. Menurut Jauch dan Glueck 1999 mendefinisikan analisis internal sebagai proses perencanaan strategi pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumber daya dan pekerja perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Faktor eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar di luar kendali suatu organisasi David, 2006. Menurut Jauch dan Glueck 1999 mendefinisikan analisis eksternal sebagai proses yang dilakukan oleh perencanaan strategik untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang dan ancaman bagi perusahaan.

2.6. Strategi Diversifikasi Produk

Menurut Maarif dan Tanjung 2003a, dalam memenangkan persaingan bisnis global ada beberapa strategi menjadi tren baru, yaitu restrukturisasi, ekspansi, aliansi, intergritas hulu-hilir, penguasa eceran dan diversifikasi produk. Demikian pula menurut David 2006 dalam implementasi strategi terdapat 13 tindakan alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan, meliputi integritas ke depan, integritas ke belakang, integritas horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pegembangan produk, diversifikasi konsentrik, diversifikasi konglomerasi, diversifikasi horizontal, usaha patungan, penghematan, disvestasi dan likuidasi serta strategi kombinasi. Setiap strategi alternatif mempunyai kombinasi yang banyak sekali. Dewasa ini istilah diversifikasi mengacu pada perluasan suatu perusahaan ke dalam jalur produk, atau pasar yang lain. Tujuan diversifikasi produk untuk memperoleh beberapa hal, yaitu mengurangi risiko, mengambil keuntungan dari kelengkapan dalam produksi dan teknologi yang ada, serta menstabilkan pendapatan. Diversifikasi termasuk pilihan strategis yang sering dilakukan perusahaan untuk mendongkrak kapasitas produksi sekaligus menyiasati persaingan. Konsumen dapat terpikat dengan adanya sedikit modifikasi wujud, desain kemasan, perluasan produk, cita rasa suatu produk dan penambahan produk baru Maarif dan Tanjung, 2003a. Setidaknya terdapat tiga 3 strategi divesifikasi produk yang diterapkan: 1. Diversifikasi konsentrik adalah menambah produk, atau jasa baru yang masih berkaitan. 2. Diversifikasi horizontal adalah menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan untuk konsumen yang sudah ada. 3. Diversifikasi konglomerasi adalah menambah produk atau jasa baru melalui penciptaan berbagai jenis perusahaan dengan beragam usaha yang dijalankan. Implementasi diversifikasi sering menemui banyak kesulitan dalam mengelola bisnis yang beragam. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan diversifikasi produk pada saat kondisi perusahaan benar-benar prima dan stabil. Artinya diversifikasi produk bukan dilakukan karena para pesaing melakukan diversifikasi produk, akan tetapi karena kondisi perusahaan benar-benar sudah siap dan akan mengutungkan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat dilakukannya diversifikasi, maka sangat perlu dilakukan kajian analisis biaya yang dibutuhkan, khususnya yang menyangkut biaya penelitian, konsultasi, penambahan peralatan dan teknologi, penambahan sumber daya manusia dan biaya lainnya. Perusahaan umumnya melakukan diversifikasi karena mempunyai kelebihan finansial. Menurut Assauri 2008, diversifikasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Memiliki dan memperbaiki acquiring dan restructuring Dapat dilakukan dengan cara mengambil alih perusahaan yang tidak sehat dan menyehatkannya. Perusahaan yang dialih dan mengalih dapat dalam