LABEL PANGAN Studi Kasus Benchmarking Kompetitif Produk Susu UHT Regular Berperisa Berdasarkan Komposisi dan Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

17 baik. Tujuan dan keberhasilan implementasi sistem benchmarking sangat mengandalkan para karyawan yang melakukan proses tersebut. Brah et al. 1999 menunjukkan bahwa keberhasilan benchmarking diukur dengan sejauh mana praktisi pembandingan telah mencapai tujuan mereka. Benchmarking terdiri dari 2 jenis utama, yaitu : 1. Benchmarking kompetitif: merupakan uji pembanding terhadap pesaing langsung di pasar. Hal ini mungkin melibatkan pembandingan dari langkah strategis misalnya, pangsa pasar serta kepuasan pelanggan, fungsi atau proses. Jika perusahaan dapat memperoleh informasi yang rinci mengenai kompetitor mereka, maka hal tersebut baik untuk merangsang proses perbaikan. Namun biasanya informasi ini sulit untuk didapatkan. 2. Benchmarking non-kompetitif: merupakan pembanding langkah strategis, fungsi atau proses perusahaan non-pesaing atau fungsi proses dalam organisasi yang sama internal benchmarking Secara rinci, Spendolini 1992 menyatakan bahwa berdasarkan jenis obyek yang digunakan, benchmarking dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu: 1. Proses: proses benchmarking yang dilakukan terhadap proses bisnis ataupun tahapan proses lainnya. 2. Strategi: proses benchmarking yang dilakukan terhadap struktur organisasi, kegiatan manajerial maupun strategi bisnis yang dijalankan. 3. Performa: proses benchmarking yang dilakukan terhadap biaya, keuntungan, pendapatan maupun suatu indicator spesifik lainnya 4. Produk: proses benchmarking yang dilakukan terhadap produk maupun jasa yang dihasilkan suatu perusahaan Sedangkan berdasarkan jenis hubungannya, benchmarking terbagi menjadi 4 yaitu : 1. Internal: pengukuran dan perbandingan antar proses atau produk di dalam perusahaan sendiri. 2. Fungsional: pengukuran dan perbandingan operasional suatu perusahaan dengan praktek terbaik dalam suatu jenis industri tertentu. 3. Generik: pengukuran dan perbandingan yang dilakukan terhadap suatu praktek yang terbaik namun mengabaikan jenis industri yang diukur. 4. Kompetitif: pengukuran dan perbandingan yang berfokus pada produk atau proses yang dimiliki oleh kompetitor. Benchmarking kompetitif dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan diri mereka. Untuk mendapat hasil yang maksimal, standar acuan yang digunakan pada saat benchmarking haruslah merupakan standar tertinggi di kelasnya. Benchmarking terhadap kompetititor memiliki beberapa keuntungan. Jika kita mengamati dan mengawasi produk kompetitor, maka secara tidak langsung kita telah mengawasi pasar. Semakin kita memahami apa yang terjadi di pasar, semakin mudah pula kita melihat peluang bagi produk baru ataupun cara baru untuk menyegarkan produk kita Nicolino, 2001.

F. LABEL PANGAN

Label pangan adalah semua informasi mengenai makanan yang tertera pada kemasan produk pangan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan 18 Pangan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Tujuan dari pelabelan pangan ini adalah agar masyarakat yang membeli dan mengonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikonsumsinya. Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 menyebutkan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan dalam pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada pasal 30 ayat 2 disebutkan bahwa sebuah label harus memuat sekurang-kurangnya keterangan tentang pangan yang bersangkutan, nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, dan tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa. Moniharapon 1998 mengungkapkan tujuan pelabelan secara umum, antara lain : 1. Memberi info tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan. 2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal yang tidak kasat matatidak dapat diketahui secara fisik. 3. Sarana periklanan bagi produsen. 4. Memberi rasa aman pada konsumen. Pada label pangan sekurang-kurangnya tercantum keterangan mengenai: 1. Nama produk 2. Berat bersih atau isi bersih 3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia 4. Nomor pendaftaran 5. Komposisi atau daftar bahan 6. Keterangan kadaluwarsa 7. Tanggal atau kode produksi Menurut BPOM 2004, Secara garis besar label pangan terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Bagian Utama, merupakan bagian label yang memuat keterangan penting unuk diketahui masyarakat. Bagian utama label setidaknya memuat keterangan mengenai nama produk, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia, nomor pendaftaran. 2. Bagian Informasi, merupakan bagian label yang tidak termasuk bagian utama label. Bagian ini dicantumkan keterangan mengenai daftar bahan atau komposisi, informasi nilai gizi, serta keterangan lain yang sesuai dengan bab II, pasal PP No 69 Tahun 1999 seperti kode produksi, tanggal kadaluwarsa, petunjuk penyimpanan dan petunjuk penggunaan. Keterangan tentang daftar bahan atau komposisi bahan yang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan dicantumkan pada label sebagai komposisi secara berurutan dimulai dari bagian yang terbanyak digunakan bahan utama, kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya. Bahan yang digunakan sebagaimana yang dimaksud 19 menggunakan nama yang lazim digunakan. Pangan yang mengandung bahan tambahan pangan, pada labelnya harus mencantumkan nama golongan bahan tambahan pangan. Pada label pangan yang mengandung bahan tambahan pangan golongan antioksidan dan pemanis buatan, pengawet, pewarna dan penguat rasa harus mencantumkan pula nama bahan tambahan pangan dan nomor indeks khusus untuk pewarna. Fungsi dari komponen label pangan dapat dilihat pada Tabel 6. 20 Tabel 6. Keterangan tentang label pangan dan fungsinya No Jenis Pengertian Fungsi 1. Nama produk atau merek dagang Tanda yang dipakai untuk membedakan makanan yang diperniagakan oleh seseorang atau badan dari makanan yang diperdagangkan oleh orang atau badan lain. Memudahkan pengenalan produk. 2. Daftar bahan yang digunakan Susunan bahan penyusun dan atau komponen yang terdapat dalam makanan. Lebih memahami produk. 3. Berat bersih Berat produk di luar kemasan. Catatan: Produk yang menggunakan bercampur media cair harus disertai berat tuntas yaitu berat pangan dikurangi media cairnya. Mengetahui proporsi isi terhadap kemasan dan media. 4. Nama dan alamat produsen Alamat lengkap yang memproduksi atau mengedarkan produk pangan tersebut. Memudahkan konsumen melakukan pengaduan jika terjadi sesuatu merugikan. 5. Tanggal kadaluwarsa Keterangan yang mengindikasikan tahun, bulan, tanggal kapan makanan tersebut aman dikonsumsi dari produksi sampai diterima konsumen. Antisipasi keamanan dan keselamatan konsumen saat mengonsumsi suatu produk. 6. Kode produksi Keterangan berupa huruf atau angka atau perpaduannya yang menunjukkan riwayat barang diproduksi. Memudahkan mendata serta mengidentifikasi produk. 7. Nomor pendaftaran Kode dan nomor yang diberikan Departemen Kesehatan RI untuk makanan yang telah terdaftar . Mengetahui apakah produk tersebut telah melalui pemeriksa standar depkes sehingga aman dikonsumsi. Sumber: Moniharapon 1998

G. INFORMASI NILAI GIZI