I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persaingan dagang pada era globalisasi berkembang menjadi sangat ketat. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan ini, sebuah perusahaan harus peka terhadap tren yang sedang
meningkat di masyarakat. Perkembangan industri pangan di Indonesia cukup pesat dan menghasilkan berbagai jenis produk pangan olahan. Pertambahan penduduk, perkembangan
ekonomi, serta perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia telah mendorong peningkatan konsumsi produk pangan yang mengandung protein hewani. Susu, sebagai salah satu jenis
protein hewani merupakan produk pangan yang memiliki potensi yang baik di Indonesia. Industri susu di Indonesia saat ini sangat potensial mengingat Indonesia merupakan
negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Selain itu, konsumsi susu di Indonesia sudah mulai meningkat dari 7.7 liter per kapita pada tahun 2008 menjadi 11.7
liter per kapita pada tahun 2010 Purwoko, 2010. Penjualan produk susu dan krim di Indonesia pada tahun 2007 bahkan menempati peringkat 8 dunia Nielsen, 2008.
Permintaan susu dimasa mendatang akan meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan atau daya beli, maupun kesadaran pangan dan gizi
Rahman, 2008. Selain itu, peningkatan konsumsi susu merupakan salah satu sarana untuk mencegah terjadinya lost generation dari bangsa Indonesia khususnya bagi generasi muda
akibat kekurangan asupan protein. Berdasarkan data UNDP United Nations Development Programme, bangsa Indonesia menduduki peringkat ke 110 dan berada di bawah Vietnam
dalam perihal terjadinya lost generation Usmiati dan Abubakar, 2009. Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam,
berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses
pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu di bidang tekologi pangan. Tiga tipe produk hasil pengolahan susu yang mendominasi pasar Indonesia adalah
susu cair siap konsumsi susu UHT, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi, susu kental manis dan susu bubuk. Susu bubuk menguasai 39 dari pasar susu di Indonesia, sedangkan susu
kental manis dan susu cair siap konsumsi masing-masing menguasai 35 dan 26 USDA, 2010. Namun kenyataannya selama 5 tahun belakangan ini pertumbuhan susu cair siap
konsumsi justru mengalami pertumbuhan yang cepat, yaitu sebesar 17.39 per tahun. Nilai ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan susu kental manis yang hanya
4.74 per tahun. Pertumbuhan susu cair siap konsumsi akan terus meningkat seiiring dengan kepedulian konsumen untuk mengonsumsi produk yang segar dan alami. Bentuk
konsumsi masyarakat akan mengalami perubahan dari yang sebelumnya lebih banyak produk primer akan mulai bergeser ke produk olahan. Namun Wirakartakusumah 1994 juga
mengemukakan bahwa konsumen di masa mendatang akan semakin menuntut mutu dan kesegaran pangan. Sehingga produk olahan dengan tetap memperhatikan kesegaran produk
seperti susu UHT akan sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Susu UHT, sebagai salah satu jenis susu cair siap konsumsi, merupakan susu segar atau susu rekonstitusi atau susu
rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari 135
o
C selama 2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril dan secara aseptis BPOM, 2006. Susu UHT potensial
untuk dikembangkan mengingat kelebihan yang dimiliki jenis susu ini, antara lain umur
2
simpannya yang relatif lama serta memiliki sensori dan mutu gizi yang relatif sama dengan susu segar. Hal ini merupakan nilai lebih yang dimiliki susu UHT sehingga besar peluangnya
untuk terus dikembangkan. Untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas serta dapat bersaing dengan produk
kompetitor, diperlukan suatu tahapan pengembangan produk. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan dalam pengembangan produk adalah kegiatan
benchmarking. Salah satu proses benchmarking yang banyak digunakan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya adalah benchmarking produk pesaing.
Melalui proses benchmarking ini, perusahaan dapat mengetahui peta persaingan pasar yang berlangsung. Selain itu, perusahaan dapat memperoleh informasi dan menganalisis faktor-
faktor kesuksesan pesaing. Informasi ini dapat dijadikan salah satu landasan awal dalam pengembangan produk. Selanjutnya informasi ini dapat dijadikan suatu masukan untuk
menghasilkan atau mengembangkan produk baru yang lebih baik. Benchmarking sebagai salah satu tahapan pengembangan produk, biasa dilakukan oleh
PT Nestlé Indonesia sebagai salah satu langkah untuk mengetahui posisi produknya dibandingkan produk kompetitor. Melalui proses benchmarking, PT Nestlé Indonesia dapat
mengumpulkan informasi mengenai kecenderungan produk yang terdapat di pasar, baik segi keunggulan maupun kelemahannya.
B. TUJUAN