Buah. Dengan demikian Kecamatan Teluk Mengkudu memiliki prospek yang sangat baik, tinggal menunggu usaha pemerintah untuk meningkatkan sektor ini.
2.3. Sistem Kekerabatan Masyarakat
Sistem kekerabatan adalah bentuk awal dari organisasi manusia sebelum berkembang menjadi organisasi sosial, politik dan internasional. Kekerabatan
didasarkan pada ikatan perkawinan, dari perkawinan anak cucu lalu organisasi manusia makin luas dan didasarkan pertalian darah dalam kelompok yang lebih
besar. Kekerabatan dan pertalian darah berkembang menjadi suku clean dan suku bangsa yang kemudian suku bangsa didasarkan kepada persamaan
kebudayaan Paz, 1997 : 7. Begitu banyak suku bangsa yang ada di tanah Indonesia, beragam pula
adat kebiasaan hidup yang menjadi tatanan nilai kesehariannya. Aturan-aturan satu suku bangsa yang satu dengan suku yang lainnya jelas berbeda walaupun ada
yang hampir sama. Bagaimana mereka menghormati apa yang telah diwarisi dari pendahulunya nenek moyang keturunannya sebagai bentuk tanda asal usul
keturunan mereka. Untuk mengetahui asal usul nenek moyang mereka dapat dilihat dari sistem kekerabatan mereka sebagai bentuk tanda asal usul nenek
moyangnya. Sampai sekarang hal tersebut masih banyak dilakukan oleh berbagai bangsa di dunia ini sebagai identitas keturunan mereka. Sistem kekerabatan
marga ialah pemberian nama keluarga pada keturunannya sebagai bentuk keturunannya tersebut berasal dari garis keturunan keluarga nama tersebut.
Serdang Bedagai terdiri dari berbagai suku bangsa, begitu pula sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakatnya. Adapun sistem kekerabatan yang
dipakai oleh masyarakatnya yaitu Patrilineal pada suku batak, Tionghoa dan
Universitas Sumatera Utara
lainnya, Matrialineal pada suku Minangkabau dan Bilateral pada suku Jawa. Mayoritas penduduk menggunakan sistem Patrilineal.
Namun yang menjadi ikon Serdang Bedagai adalah suku Melayu, dimana setiap bangunan atau seni budaya yang lebih sering muncul adalah dari adat
istiadat Melayu Deli. Sistem kekerabatan pada masyarakat Kecamatan Teluk mengkudu bersifat
Parental yang mengambil garis keturunan baik dari ayah maupun ibu, tetapi sistem kekerabatan tersebut sudah tidak berlaku lagi bagi mereka. Sistem
kekerabatan ini sudah berlangsung sejak lama, yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Teluk Mengkudu menjadi keluarga yang luas yang tidak hanya terdiri
dari satu suku bangsa saja, namun dalam sistem perkawinan mereka tidak mewajibkan keturunan-keturunannya harus menikah dengan satu suku bangsa
saja. Bagi mereka semua suku itu sama, asalkan mereka itu seiman. Sistem kekerabatan yang terjalin pada masyarakat di Kecamatan Teluk
Mengkudu berdasarkan pada sistem kekeluargaan. Oleh karena itu, setiap mengambil keputusan baik dalam hal apa pun keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting khususnya dalam hal perkawinan anak-anak mereka. Perkawinan pada masyarakat Kecamatan Teluk Mengkudu jika sudah menikah kebanyakan
dari mereka menikah dengan perempuan atau laki-laki diluar wilayahnya. Namun, kebanyakan perempuan di Kecaman Teluk Mengkudu selalu mendapatkan
jodohnya diluar dari sukunya dan setelah menikah tinggal di Desa-desa di Kecamatan Teluk Mengkudu. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di Desa-
desa di Kecamatan Teluk Mengkudu masih mempunyai hubungan persaudaraan.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun demikian, dalam sistem perekonomian mereka tidak pernah menyangkut pautkan hubungan kekerabatan dengan sistem mata pencahariannya.
Misalnya, dalam kepemilikan sawah ataupun lahan pertanian. Jika saudara mereka memiliki lahan kosong yang tidak terpakai ataupun tidak dikelola, mereka
meminjamkan lahan tersebut untuk dikelola kepada sanak saudara yang tidak memiliki lahan pertanian, dengan imbalan membayar uang sewa sebesar Rp.
5.000hari dan jika sudah panen hasilnya dibagi dua. Untuk para nelayan yang ada di Kecamatan Teluk Mengkudu juga masih
memiliki hubungan persaudaraan yang kuat, tetapi dalam hal ekonomi mereka juga tidak pernah memandang hubungan tersebut. Dalam hal kepemilikan alat
tangkap, jika ada nelayan yang tidak memiliki alat tangkap dapat meminjamnya kepada para toke dengan catatan hasil tangkapan dari melaut juga dibagi dua, mau
tidak mau demi kelangsungan hidup keluarga nelayan tersebut, mereka menyanggupinya meskipun hubungan antara nelayan dan toke tersebut masih
memiliki hubungan saudara dari hasil perkawinan. Walaupun demikian, mereka tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa dirugikan oleh para toke yang
juga dianggap sebagai pemilik modal, karena bagi mereka pekerjaan adalah pekerjaan yang tidak boleh dikaitkan dengan sistem kekerabatan. Hal tersebutlah
yang membuat sistem kekerabatan yang terjalin selama ini tidak pernah terjadi konflik, jika pun terjadi konflik selalu dapat menyelesaikannya dengan jalan
kekeluargaan dan musyawarah.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Mata Pencaharian Utama
