sedangkan fungsi kognitif interpretasi dan perencanaan adalah sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa operator langsung melakukan tindakan dalam proses
pencetakan tanpa melakukan perencanaan terhadap pekerjaannya. Selain itu, operator kurang melakukan pemeriksaan serta pengamatan untuk setiap tahapan
kegiatan sebelum mengambil tindakaneksekusi. Untuk kegiatan penanganan produk kotor, juga diperoleh fungsi kognitif
yang paling banyak dilakukan adalah eksekusi. Kebutuhan akan fungsi kognitif eksekusi untuk penanganan produk kotor sebesar 66,67 tetapi pada kondisi
aktual, kegagalan fungsi kognitif eksekusi diperoleh lebih kecil yaitu 58,33. Kondisi ini juga terjadi pada fungsi kognitif perencanaan, sedangkan fungsi
kognitif observasi dan interpretasi adalah sama dengan kebutuhannya. Hal ini menunjukan operator sudah lebih baik atau berhati-hati dalam melakukan
tindakan penanganan produk kotor dan lebih merencanakan tahapan kegiatannya daripada saat melakukan proses pencetakan.
6.1.2 Analisis Hasil Common Performance Conditions CPC Stasiun
Pencetakan
Berdasarkan hasil penilaian CPC ini, diperoleh bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi reliabiliti kinerja operator pencetakan adalah ketersediaan
prosedur atau perencanaan, mesin dan pendukung operasional, serta pelaksanaan
pelatihan dan pengalaman. Penilaian Common Performances Conditions
memperlihatkan bahwa ketersediaan prosedur atau perencanaan adalah salah satu hal yang sangat penting.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.1 Grafik Perbandingan Weighting Factor CPC
Grafik tersebut memperlihatkan perbandingan total pengaruh CPC untuk fungsi kognitif terhadap pekerjaan yang dilakukan operator. Secara kuantifikasi,
weighting factor total pengaruh CPC ini sebesar 5,0 untuk fungsi kognitif perencanaan dikarenakan tidak adanya Standard Operating Procedures SOP dan
dokumentasi yang berkaitan dengan pencetakan sehingga tidak ada pedoman bagi operator dalam melakukan pekerjaannya sebagai tahap perencanaan. Demikian
juga, weighting factor total pengaruh CPC ini sebesar 5,0 untuk fungsi kognitif observasi dan eksekusi dikarenakan letak sebagian peralatan dan bahan yang tidak
teratur dan dapat menyebabkan operator salah mengambil serta kondisi peralatan dan bahan yang kurang memadai. Pengadaan pelatihan bagi operator juga tidak
cukup sehingga menurunkan kinerja operator, terutama untuk interpretasi dan perencanaan kegiatan pencetakan.
Penilaian CPC memperlihatkan kondisi aktual tempat kerja yang mempengaruhi reliabiliti kinerja operator pencetakan
yaitu ∑improved = 1 dan ∑reduced = 4. Nilai-nilai pengaruh ini menentukan control modes untuk kegiatan
Universitas Sumatera Utara
pencetakan. Control modes ini diperoleh melalui grafik Contextual Control Model COCOM berikut ini.
Sumber: Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
Gambar 6.2 Grafik Hubungan CPC dengan Control Modes
Diperoleh bahwa control modes untuk kegiatan pencetakan adalah opportunistic
control yang ditampilkan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Fitur
Control Modes dalam CREAM Control Modes
Features and Possible Causes
Scrambled Control
Tindakan selanjutnya tidak dapat diprediksi, sedikit atau tidak ada pemikiran yang terlibat, tuntutan tugas yang tinggi, situasi
asing dan tiba-tiba berubah, hilangnya kesadaran situasi.
Opportunistic Control
Sangat sedikit perencanaan, tindakan seringkali didasarkan pada fitur yang paling sering digunakan kebiasaan, persepsi
dominan atau pengalaman, konteksprosedur tidak jelas dipahami.
Tactical Control
Kinerja berdasarkan ruang lingkup perencanaan terbatas, mengikuti prosedur yang diketahui atau aturan.
Strategic Control
Konteks global dan tujuan atau tugas lebih tinggi, efisien dan kinerja yang kuat.
Sumber: Cognitive Reliability and Error Analysis Method, Erik Hollnagel, 1998.
Universitas Sumatera Utara
6.1.3 Analisis Penyebab Human Error