Pendahuluan Latarbelakang

1.Pendahuluan Latarbelakang

Demokrasi mempersyaratkan kebebasan, keadilan, dan Pemilu berkala. Pemilu untuk memilih anggota legislatif (Pileg) tahun 2014 merupakan Pemilu yang lebih demokratis daripada Pemilu-pemilu sebelumnya. Perundang-undangan Pemilu harus melindungi proses politik dari pelanggaran, rintangan, pengaruh buruk, kepentingan tertentu, kecurangan, intimidasi, penipuan dan segala bentuk tindakan

ilegal dan praktik korup. 34 Ada proses-proses yang tidak berjalan dengan semestinya serta penyimpangan dari regulasi.

Penegakan hukum merupakan proses untuk tegaknya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kontek penyelenggaraan Pemilu maka kerangka hukum yang ada harus menyediakan bagi setiap pemilih, kandidat, dan partai politik memiliki kesempatan menyampaikan keberatan kepada pihak KPU (Komisi Pemilihan Umum) atau pengadilan yang berwenang ketika pelanggaran atas

hak-hak kepemiluan terjadi. 35 Pileg 2014 tak luput dari kelemahan baik dari aspek kerangka hukum,

proses maupun hasil. Ada ketidak-konsistenan implementasi UU No.8 Tahun 2012 dan hal ini menjadi suatu indikasi pelanggaran. Penting untuk evaluasi terhadap semua tahapan Pileg guna memperbaiki tata kelola Pemilu dengan meminimalisasi segala pelanggaran dan kecurangan Pemilu di masa depan sekaligus memastikan bahwa Pemilu legislatif dapat mencapai kesetaraan politik di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam pemungutan suara dan semua suara

yang sah dihitung secara berasama. 36 Kerangka pengaturan Pemilu dapat menjadi titik pijak bagi proses

konsolidasi dan penguatan bagi sistem pemerintahan demokrasi. Kelemahan dalam regulasi akan menjadi pelemahan proses konsolidasi demokrasi. Pemilihan anggota legislatif (DPR dan DPRD) tahun 2014 menyisakan banyak persoalan yang mengarah pada perlambatan konsolidasi demokrasi. Pemilu Legislatif 2014 di Jawa Timur (Jatim) tak luput dari masalah pula. Ada beberapa hal yang mengindikasikan pelanggaran atau ketidak-konsistenan dalam implementasi regulasi Pemilu.

UU No 8/2012 menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemilu legislatif. Ada beberapa perubahan dalam UU No.8 tahun 2012 yang mencakup tahapan Pemilu, sistem Pemilu, jumlah kursi dan daerah pemilihan, peserta, dan persyaratan mengikuti Pemilu, penyusunan daftar pemilih, pencalonan, dana kampanye dan kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi suara, penetapan hasil Pemilu, perolehan kursi, dan calon terpilih, partisipasi masyarakat serta penanganan

34 Penanganan Pelanggaran Pemilu, Sidik Pramono (ed.), Seri Demokrasi Elektoral Buku 15, Kemitraan, 2011.

35 International IDEA, Kerangka Hukum Pemilu Indonesia Tahun 2004, Jakarta IDEA 2004 dalam Penanganan Pelanggaran Pemilu, Sidik Pramono (ed.), Seri Demokrasi Elektoral Buku 15,

Kemitraan, 2011 36 Ibid.

Problematika hukum yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu berkaitan dengan banyak hal: masa tenggat pengaduan, laporan pelanggaran dari masyarakat tidak dapat langsung ditangani oleh Panwas maupun Bawaslu dan pelanggaran etika yang ditangani oleh DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu). Permasalahan penelitian ini adalah mengapa terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam penyelenggaraan Pemilu legislatif 2014 khususnya di Jatim? Secara rinci aspek- aspek yang dikaji dari Pileg 2014 adalah: kerangka pengaturan, proses Pemilu, pengawasan Pemilu, Pasca Pemilu.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui secara empiris persoalan-persoalan yang muncul sebagai konsekuensi dari implementasi UU No. 8 Tahun 2012 yang menjadi dasar yurisis pelaksanaan Pileg 2014 di Jatim.

2. Merumuskan rekomendasi akademis dan praktis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu legislatif.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengumpulkan data. Tekniknya adalah dengan wawancara mendalam dengan narasumber yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam hal kepemiluan dankajian terdahulu tentang kepemiluan khususnya legislatif serta dokumen hukum yaitu UU Pemilu No.10 Tahun 2008 dan UU No.8 Tahun 2012. Narasumber yang diwawancara adalah penyelenggara, pengawas, pemantau, pemilih, pemerhati kepemiluan, parpol, caleg berhasil dan caleg yang belum berhasil di tingkat provinsi.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengumpulkan fakta dari fenomena atau peristiwa-peristiwa pelanggaran dalam Pileg 2014 di Jawa Timur dan data yang diperoleh dari wawancara ditafsirkan dengan memperhatikan fokus penelitian. Dalam proses penelitian ini, peneliti membuat catatan lapangan, peneliti berusaha semaksimal mungkin agar bersifat objektif, yaitu memahami dan mencatat data berdasar sudut pandangnarasumber.Semua data dicatat untuk kemudian dibuat klasifikasi data berdasarkan konsep-konsep atau tema-tema yang sudah dibuat yang meliputi tiga hal utama yaitu kerangka pengaturan, proses pemilu, dan pasca pemilu.

Deskripsi Narasumber:

1. Narasumber 1- FH: mewakili calon anggota legislatif untuk DPRD Provinsi Jatim sebagai calon tidak jadi. Posisi sebagai Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat Jatim, berasal dari Dapil III: Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso/Caleg tidak jadi).

2. Narasumber 2-ES: mewakili calon anggota legislatif untuk DPRD Provinsi Jatim sebagai calon tidak jadi. Posisi sebagai anggota pengurus pada Departemen Perempuan, Anak, Kesehatan, dan Tenaga Kerja DPD PDI- Perjuangan Jatim, Dapil 1 Jatim Surabaya-Sidoarjo.

3. Narasumber 3- ZA: Caleg Partai Nasional Demokrat (Nasdem) nomor urut 1 Dapil 1 Jawa Timur, Pemilu 2014. Jabatan sebagai Ketua Nasdem DPP Surabaya dan Wakil ketua LKK NU Jawa Timur.

4. Narasumber 4: Caleg jadi dari Partai Demokrat.

5. Narasumber 5-RO: Caleg Partai Golkar DPRD Jatim, Dapil I Surabaya- Sidoarjo/Caleg gak jadi).

6. Narasumber 6-S: ketua Bawaslu Jatim.

7. Narasumber 7-KN: anggota DKPP Jatim.

8. Narasumber 8-RS: pemerhati Pemilu.

9. Narasumber 9-S: komisioner KPU Prov.Jatim.

10. Narasumber 10-G: komisioner KPU Prov. Jatim.