RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 60
Sementara itu jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2010 sd 2012 masih di bawah 30, dan tahun 2013 sebesar 38,8, artinya secara umum masih kurangnya
minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan disamping kesadaran masyarakat untuk membaca juga belum membudaya di tengah-tengah masyarakat.
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1 Urusan Pertanian
- Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Potensi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Kota Payakumbuh beraneka ragam dan tersebar di seluruh kecamatan. Komoditas unggulan tanaman
pangan dan hortikultura di Kota Payakumbuh terdiri dari padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang panjang, cabe, terung, ketimun, kangkung dan tanaman
hias merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan, terutama untuk komoditas hortikultura karena disamping untuk memenuhi kebutuhan lokal,
komoditas hortikultura terutama sayur-sayuran telah dipasarkan ke luar provinsi Sumatera Barat.
Lahan pertanian dari tahun 2009 sampai tahun 2013 terus mengalami penurunan karena telah banyak beralih fungsi menjadi area pemukiman dan pemanfaatan lahan
untuk non pertanian. Namun dengan program intensifikasi pertanian seperti penggunaan benih unggul bermutu, dan penerapan teknologi anjuran sudah
berkembang maka produktifitas komoditi pertanian dapat meningkat selama lima tahun terakhir.
Berikut data produktifitas komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura andalan Kota Payakumbuh.
Tabel 2.97 Produktifitas Beberapa Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tahun 2009 s.d. 2013 tonha No.
Komoditas Tahun
2009 2010
2011 2012
2013
1. Padi
4,52 4,44
5,55 5,10
5,09 2.
Jagung 3,78
3,83 5,37
5,50 5,55
3. Ubi Kayu
14,91 20,46
36,34 38,10
42,07 4.
Ubi Jalar 9,44
14,67 13,38
12,5 16,00
5. Kacang Tanah
1,36 2,00
1,29 1,43
0,00 6.
Kacang panjang 2,94
2,12 2,22
3,08 4,15
7. Cabe
2,17 2,02
2,12 2,88
3,24 9.
Terung 4,51
3,65 3,56
5,6 9,70
10. Ketimun
7,32 6,45
7,35 7,95
5,68 11.
Kangkung 3,44
3,55 3,60
4,21 2,70
Sumber :
Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Kota Payakumbuh
, 2014
Dilihat dari Tabel 2.97 secara umum produktifitas komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama lima tahun terakhir 2009 s.d. 2013 mengalami kenaikan kecuali
untuk komoditi padi, ketimun dan kangkung. Khusus untuk kacang tanah produksinya nihil untuk tahun 2013. Produktifitas komoditi ubi kayu dan ubi jalar mengalami
kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan semakin berkembangnya usaha industri rumah tangga yang bahan bakunya dari ubi kayu dan
ubi jalar di Kota Payakumbuh sehingga memacu petani untuk menanam kedua tanaman tersebut.
Pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura juga telah dibarengi dengan peningkatan dan pengembangan kelembagaan, akses permodalan dan
pemasaran yaitu Gabungan Kelompok Tani, Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis LKMA, Terminal Agribisnis dan Sub Terminal Agribisnis STA. Jumlah Kelompok Tani
ini sampai tahun 2013 terus meningkat hingga mencapai 257 kelompok dengan 40 Gabungan Kelompok Tani, 10 unit STA, 1 TA dan 33 unit LKMA, 7 unit UP3HP. Dengan
Pengembangan agribisnis diharapkan selain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 61
lokal dalam rangka ketahanan pangan, juga diperdagangkan untuk kebutuhan industri makanan dan kerajinan serta kebutuhan konsumsi luar daerah.
Tanaman hias mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai komoditas komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan
pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara. Potensi untuk mengembangkan usaha tanaman hias sangatlah prospek dalam peluang pasar internasional.
Potensi pengembangan tanaman hias di Sumatera Barat bagi investor telah dipersiapkan lahan seluas 99 hektar tersebar di 4 empat daerah di Provinsi Sumatera
Barat yaitu Kota Padang, Kota bukittinggi, Kota Padang Panjang dan Kota Payakumbuh yang didukung letak ketinggian dari permukaan laut, tipe iklim, curah hujan, tipe tanah,
kesuburan tanah, dan temperatur udara. Tanaman yang cocok dikembangkan adalah bunga anthurium, aglonema, cladium, orchid, adenium, palm, hyphorbia, raphis
excelsa, cycas dan bougenville.
Untuk Kota Payakumbuh pengembangan tanaman hias seluas 25 hektar yang berada di Kecamatan Payakumbuh Barat yaitu pada Kelurahan Koto Tangah dan
Talang serta di Kecamatan Payakumbuh Timur pada Kelurahan Padang Alai. Pada 2 dua tahun terakhir ini di Kota Payakumbuh sedang digalakkan
pengembangan tanaman raphis excelsa sebagai komoditas eksport yang berlokasi di Kelurahan Koto Tangah dan Talang Kecamatan Payakumbuh Barat dan di Kelurahan
Padang Alai Kecamatan Payakumbuh Timur. Sektor pertanian selama periode lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang
berfluktuasi, dan ditahun-tahun terakhir sektor pertanian yang peranannya cenderung mengalami penurunan. Sektor pertanian merupakan penyumbang keempat terbesar
dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh pada tahun 2013. Pada tahun 2009 kontribusinya terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh sebesar
10,07 , pada tahun 2010 turun menjadi 9,96 . Pada tahun 2010 turun menjadi 9,96 , tahun 2011 menjadi 9,97 , pada tahun 2012 kontribusinya sama dengan tahun
2011 yaitu sebesar 9,97 , dan pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian naik sedikit menjadi 9,99 .
Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sebesar 6,55 dan turun
pada tahun 2010 menjadi 6,48 , dan 6,49 pada tahun 2011. Pada tahun 2012 naik menjadi 7,20 dan pada tahun tahun 2013 turun menjadi 6,42
- Peternakan
Pembangunan peternakan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan peternakan rakyat, salah satunya yaitu dengan penguatan
modal masyarakat. Di samping itu juga dilakukan pelayanan kesehatan ternak secara intensif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut terjadi peningkatan minat usaha di bidang peternakan, sehingga usaha ini secara berangsur-angsur mengalami perubahan
paradigma dari usaha sampingan kepada usaha utama. Peternakan yang ada di Payakumbuh umumnya berskala kecil yang terdiri dari
peternakan ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Program pengembangan ditujukan pada pengembangan sapi potong, kambing,
ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik dan ayam buras. Untuk ternak sapi potong telah terjadi peningkatan populasi dari 7.975 ekor pada tahun 2009 menjadi 8.255 ekor
pada tahun tahun 2010. Pada tahun 2011 terjadi penurunan populasi sapi menjadi 6.709 ekor, dan terus turun menjadi 5.164 ekor pada tahun 2012, pada tahun 2013 naik
sedikit menjadi 5.293 ekor. Penurunan jumlah populasi ternak sapi tersebut dikarenankan banyak sapi yang disembelih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
daging bagi penduduk. Namun, di sisi lain, tidak diimbangi penambahan sapi-sapi baru melalui pembudidayaan atau pengembangan di kalangan petani dan peternak. Dalam
dua tahun terakhir ini, memang ada semacam keengganan dari para petani dan peternak untuk membudidayakan atau mengembangkan ternak sapi tersebut. Hal itu
lantaran harga bakalan bibit sapi dan biaya pemeliharaan ternak tersebutdinilai mahal. Banyak petani dan peternak tak berani membeli sapi saat harganya mahal seperti
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 62
sekarang ini. Sebab, diperkirakan pada waktu dijual nanti akan mengalami kerugian, terlebih sampai saat ini tidak ada standarisasi harga sapi.
Untuk itu perlu dilakukan pengkajian yang seksama dan arif ditinjau dari berbagai sudut pandang dan esensi dasar pembangunan itu sendiri, yaitu bahwa peternakan
merupakan subsektor yang strategis dalam pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia SDM, sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat konsumen
terhadap kebutuhan daging sapi segar di kota Payakumbuh dan hinterlandnya, dan ini diharapkan akan terus mengalamipeningkatan seiring dengan perkembangan
pembangunan infrastruktur RPH dan Pasar Ternak. Untuk pengembangan usaha peternakan sapi telah terjadi peningkatan Pos IB Inseminasi Buatan dari 1 unit pada
tahun 2008 menjadi 5 unit pada tahun 2013.
Untuk ternak unggas jumlahnya sepanjang lima tahun terakhir berfluktuatif karena jumlah produksi sangat tergantung pada harga daging ayam dan telur. Pada tahun
2009 s.d. 2013 jumlah populasi unggas terutama ayam kampung dan puyuh menurun drastis dari tahun sebelumnya disebabkan wabah flu burung yang melanda beberapa
daerah termasuk Kota Payakumbuh pada tahun 2007. Pada tahun 2012 Populasi burung puyuh dan ayam kampung mengalami penurunan dari tahun sebelumnya Hal ini
disebabkan harga pakan yang terus naik dan berfluktuasinya harga telur dan daging.
Tabel 2.98 Perkembangan Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya
Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh
No Jenis Ternak dan
Unggas ekor Tahun
2009 2010
2011 2012
2013
1. Sapi
7.975 8.255
6.709 5.164
5.293 2.
Kerbau 458
430 361
432 538
3. Kuda
659 619
603 536
551 4.
Kambing 5.223
6.053 5.294
5.995 5.875
5. Ayam Kampung
121.567 118.841
80.412 82.952
89.588 6.
Puyuh 132.900
135.170 309.85
268.950 232.000
7. Itik
62.954 62.719
56.470 66.215
67.855 8.
Ayam Ras Petelur 483.000
749.900 624.085
679.000 737.500
9. Ayam Ras
Pedaging 1.247.977
1.256.150 1.192.950
966.800 1.127.000
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun 2014
Tabel 2.99 Perkembangan Produksi Daging, Telur
Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh
No Jenis Ternak
dan Unggas ekor
Tahun Satuan
2009 2010
2011 2012
2013
1. Daging
1.432.656 3.135.924
2.903.727 2.692.273
3.006.108 kg
Daging Sapi 901.329
925.650,39 917.146,99
947.208 1.031.766
kg Daging
Kerbau 54.176
216.321,88 208.862,50
113.169 105.923
kg Daging
kambing 138.875
69.226,10 45.629,39
81.665 105.862
kg Daging Kuda
3.574 756
20.790 5.460
13.440 kg
Daging ayam buras
96.716 133.500,60
86.684,14 89.422
96.576 kg
Daging Ayam ras pedaging
NA 1.180.028,98
1.121.372,98 519.243
1.059.380 kg
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 63
No Jenis Ternak
dan Unggas ekor
Tahun Satuan
2009 2010
2011 2012
2013
Daging ayam ras petelur
201.828 579.308,29
478.880,77 908.792
565.171 kg
Daging itik 36.158
31.131,38 24.360,19
27.314 27.990
kg 2.
Telur
3.570.053 5.872.778
4.883.460 5.353.936
5.729.653
kg Telur ayam
ras 3.133.825
5.379.344 4.507.885
4.937.430 5.299.905 kg
Telur ayam buras
43.885 79.103
51.363,17 52.986
57.224 kg
Telur itik 392.343
414.330.30 324.211,95
363.520 372.524
kg
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun
, 2014
Produksi daging di Kota Payakumbuh selama 5 lima tahun terakhir paling banyak berasal dari ternak unggas yaitu daging ayam ras pedaging dan daging sapi. Daging
ayam ras pedaging sebesar 1.180.028,28 kg pada tahun 2010, terus turunmenjadi 519.243 kg pada tahun 2012. Di tahun 2013 naik kembali hampir dua kali lipat yaitu
sebesar 1.059.380 kg dan ternak besar yaitu daging sapi sebesar 901.329 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.031.766 kg pada tahun 2013. Untuk produksi telur
selama 5 lima tahun terakhir paling banyak berasal dari telur ayam ras sebesar 3.133.825 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi 5.299.905 kg pada tahun 2013.
Tidak hanya dari sisi pengembangan produksi peternakan, Kota Payakumbuh juga tengah menyiapkan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu, yang meintegrasikan
lokasi Pasar Ternak, Rumah Potong Hewan RPH, Laboratorium Percontohan, BPP dan instalasi Pengolahan Pakan di kawasan Kelurahan Koto Panjang Payobasung
Kecamatan Payakumbuh Timur.
Kawasan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu ini kedepan diharapkan menjadi sentra agribisnis yang ditangani dengan pola agropolitan. Persiapan ke arah itu telah
direspon oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan mengalokasikan dana untuk penyiapan infrastruktur di kawasan Bukik Patah Sembilan
sebesar 2,8 milyar. Lokasi ini kedepan diharapkan menjadi berskala regional karena berada di perbatasan Kabupaten Lima Puluh Kota ke arah timur.
Kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sebesar 2,47 , tahun 2010 turun menjadi 2,44 pada
tahun 2011 naik sedikit menjadi 2,46 dan 2,86 pada tahun 2012, pada tahun 2013 turun menjadi 2,61
- Perkebunan
Usaha perkebunan di Kota Payakumbuh berskala kecil perkebunan rakyat dengan lahan terbatas. Luas areal tanam dan produksi tanaman perkebunan dari tahun
ke tahun mengalami penurunan kecuali tanaman kakao. Dari sekitar 24 jenis komoditas perkebunan yang diusahakan, tanaman kakao yang menjadi komoditi
unggulan Kota Payakumbuh. Dalam kurun waktu 2009 s.d. 2013, produksi dan luas tanam tanaman kakao terus meningkat. Luas tanaman kakao mengalami peningkatan
yang disebabkan karena harga komoditas kakao dari waktu ke waktu cenderung naik dan kerana ada bantuan bibit coklat yang dibagikan kepada petani secara cuma-cuma.
Perkembangan luas dan produksi komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.100
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 64
Tabel 2.100 Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Komoditas Perkebunan
Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh No
Komoditi Tahun
Satuan 2009
2010 2011
2012 2013
1. Kelapa
Luas area tanam 655,00
659,01 593,35
654,75 936,00
Ha Produksi
595,50 569,25
445,87 444
435,00 Ton
2. Tebu
Luas area tanam 11,00
11,00 11,00
10,10 7,95
Ha Produksi
2,10 1,95
2,09 63
60,00 Ton
3. Tembakau
Luas area tanam -
35 36
1,00 1,00
Ha Produksi
- 21
21,60 0,80
Ton 4.
Pinang Luas area tanam
14,75 15,75
16,25 12,50
11,75 Ha
Produksi 4,93
5,44 6,25
7,60 7,00
Ton 5.
Kopi Luas area tanam
8,50 8,50
8,50 8,00
7,75 Ha
Produksi 4,23
5,53 5,53
9,75 8,70
Ton 6.
Cengkeh Luas area tanam
10,00 10,00
8,50 9
7,50 Ha
Produksi 1,90
1,90 1,79
5 3,70
Ton 7.
Kayu manis Luas area tanam
27,00 27,00
27,00 17,50
15,50 Ha
Produksi 7,50
16,00 15,00
15,2 16,90
Ton 8.
Aren Luas area tanam
2,00 2,00
2,00 7
7,50 Ha
Produksi 3,00
3,00 3,00
5,60 5,00
Ton 9.
Coklat Kakao Luas area tanam
871,81 893,94
1.500,50 1.122,86
1170,42 Ha
Produksi 543,41
587,75 1350,45
727,75 924,00
Ton S u m b e r : Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Kota Payakumbuh,
2 0 1 4
Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sampai pada tahun 2012 relatif tetap yaitu 0,30 pada
tahun 2009, 0,30 pada tahun 2010, 0,30 pada tahun 2011, 2012 sebesar 0,33 , dan pada tahun 2013 naik sedikit menjadi sebesar 0,69
2 Urusan Kehutanan
Kerusakan hutan dan lahan akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik frekuensi kejadiannya maupun besar bencana alam yang ditimbulkan. Dampak yang
ditimbulkan tidak hanya sekedar merusak ekosistem hutan tetapi juga kelangsungan berbagai flora dan fauna serta sosial kemasyarakatan. Melihat laju kerusakan lingkungan
dan luasnya dalam dekade terakhir ini maka sudah sangat perlu dilakukan tindakan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat
berfungsi sebagai pelindung lingkungan, mencegah banjir, tanah longsor, erosi, dan sekaligus untuk mendukung produktivitas sumber daya hutan dan lahan serta melestarikan
keragaman hayat.
Potensi kehutanan Kota Payakumbuh dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.101.
Tabel 2.101 Data Potensi Kehutanan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Jenis data
Tahun Satuan
2009 2010
2011 2012
2013
1. Luas lahan kritis
586 554
494 306,24
276,24 Ha
2. Luas lahan penghijauan
957 957
1.017 1204,76
1235,46 Ha
3. Luas kebakaran hutan
- -
21 -
- Ha
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Kota Payakumbuh, 2014
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 65
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh lahan kritis menjadi berkurang dari 586 Ha pada tahun 2008 menjadi 276,24
Ha pada tahun 2013, hal ini disebabkan karena lahan kritis sudah mulai dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat, terutama dengan adanya bantuan dari pemerintah untuk
menanami lahan kritis dengan tanaman tahunan seperti coklat, durian, petai dan mahoni. Untuk luas lahan penghijauanhutan rakyat relatif tetap dari tahun 2009 sampai dengan
2010 dan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan dari 1.017Ha pada tahun 2011 menjadi 1.204,76Ha pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 menjadi 1235,46 Ha.
3 Urusan Pariwisata
Kegiatan pariwisata juga merupakan usaha yang cukup penting di Kota Payakumbuh, dimana kepariwisataan di Kota Payakumbuh dari tahun ke tahunnya sudah mengalami
peningkatan, namun belum menunjukan kemajuan yang berarti di dalam memajukan pariwisata Sumatera Barat. Di propinsi Sumatera Barat, Kota Payakumbuh belum
termasuk 10 daerah destinasi pariwisata. Potensi pengembangan pariwisata di Kota Payakumbuh kedepan juga cukup besar, baik dalam bentuk wisata alam, wisata budaya,
wisata kuliner Objek wisata alam yang cukup terkenal dikota ini antara lain adalah: Ngalau Indah, Bukik Panjang Patah Sambilan dan Panorama Ampangan. Untuk objek wisata
budaya antara lain meliputi kebudayaan Minangkabau berikut kesenian asli rakyatnya sedangkan untuk wisata kuliner disepanjang Jalan Soekarno Hatta, Jalan Ahmad Yani dan
Jalan Jenderal Sudirman Payakumbuh.
Tabel 2.102 Perkembangan Indikator Kinerja Urusan Pariwisata
Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Indikator
Satuan Capaian Kinerja
2009 2010
2011 2012
2013 1
Kunjungan wisata Orang
27.180 30.568
105.323 113.919 105.870 2
Jumlah restoran, rumah makan, dan warteg
Unit 72
81 82
82 94
3 Jumlah hotel dan
penginapan Unit
11 10
11 11
11 4
Kontribusi sektor pariwisata terhadap
PDRB 1,21
1,21 1,22
1,39 0,99
Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kota Payakumbuh 2014 Dari Tabel 2.102 dilihat dari jumlah kunjungan wisata, jumlahnya cukup besar dan
berfluktuasi selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisata sebanyak 27.180 orang, Pada tahun 2010 naik menjadi 30.568, tahun 2011 naik cukup signifikan
menjadi 105.323 orang dan 105.870 orang pada tahun 2013. Meski jumlah kunjungan wisata cukup tinggi, namun belum memberikan kontribusi yang cukup berarti kepada
perekonomian daerah. Hal ini disebabkan karena jumlah wisatawan yang tercatat umumnya merupakan wisatawan lokal dan regional yang tidak menginap di Kota
Payakumbuh.
Kemudian jika dilihat dari sarana pendukung pariwisata seperti hotel, restoran dan rumah makanwarteg jumlahnya tidak mengalami peningkatan yang signifikan selama lima
tahun terakhir. Jumlah hotel dan penginapan tetap sama dari tahun 2009 s.d. 2013 yaitu 11 unit, begitu juga dengan jumlah restoran dan rumah makan sebanyak 72 unit pada
tahun 2019 naik menjadi dan 94 unit pada tahun 2013.
Masih tertinggalnya pembangunan pariwisata Kota Payakumbuh dibandingkan daerah lain ditandai dengan masih rendahnya kontribusi sektor pariwisata terhadap
perekonomian Kota Payakumbuh. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kota Payakumbuh cukup rendah, bahkan turun menjadi 0,99 dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai 1,39 .
4 Urusan Kelautan dan Perikanan
Kebijakan pembangunan bidang perikanan di Kota Payakumbuh diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan dengan peningkatan produktifitas dan
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 66
efisiensi usaha perikanan sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya wirausaha perikanan. Untuk itu pembangunan bidang perikanan
diarahkan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, pengembangan agribisnis perikanan, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit ikan.
Aktivitas budidaya perikanan darat di Kota Payakumbuh melalui budidaya kolam air deras, kolam air tenang, keramba, dan perairan umum. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan
antara lain ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan ikan gurami.
Dalam peningkatan kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi juga diiringi dengan penyediaan benih unggul, pakan yang murah dan jaminan pasar melalui
kegiatan pengolahan. Luas kolam yang diusahakan masyarakat untuk budidaya ikan tidak mengalami perkembangan. Hal ini disebabkan berkembangnya infrastruktur kota sehingga
terjadi mutasi lahan dari usaha perikanan ke usaha tanaman pangan seperti padi. Lahan yang berpotensi untuk kegiatan budidaya perikanan yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat pada tahun 2013 adalah kolam seluas 158,3 ha.Luas berkurang dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 seluas 198,3 Ha, produksi perikanan Kota Payakumbuh
tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.103.
Tabel 2.103 Luas dan Produksi Perikanan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Jenis usaha Satuan
Tahun 2009
2010 2011
2012 2013
1 Pembudidayaan ikan rakyat
Luas Ha
192,570 193,970
192,570 198,3
158,3 Produksi
ton 356,54
381,54 385,47
385,72 436,6
2 Perairan umum
Luas Ha
38,95 38,95
38,95 38,95
38,45 Produksi
ton 18,80
15,00 9,94
4,2 4,3
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun 2014 Sumbangan sektor perikanan terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku
Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sampai pada tahun 2013 jumlahnya kecil dan relatif tetap yaitu 0,77 pada tahun 2008, 0,75 pada tahun 2009, 0,74 pada tahun 2010,
0,73 pada tahun 2011 dan naik sedikit menjadi 0,80 pada tahun 2012. Namun demikian, perkembangan produksi budidaya dari tahun ke tahunnya memperlihatkan tren
peningkatan. Artinya sektor perikanan berpotensi dikembangkan. Kolam ikan yang semula diadakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, perlu dipikirkan untuk komersialisasi.
5 Urusan Perdagangan
Sektor perdagangan di Kota Payakumbuh terus mengalami peningkatan yang disebabkan dengan adanya peningkatan infrastruktur, kejelian pemasaran dari masyarakat
dalam membaca peluang, dan lembaga keuangan penyandang dana pinjaman yang ada serta pembinaan pemerintah dalam memotivasi usaha masyarakat.
Infrastruktur pendukung perdagangan seperti pasar tersedia berdasarkan jenis transaksi dengan kategori pasar tradisional yaitu pasar Ibuh Barat dan Ibuh Timur, dan
berdasarkan jenis keleluasaan distribusi dengan kategori pasar lokal yaitu pusat pertokoan Blok Barat dan Blok Timur. Disamping itu juga tersedia pasar swalayan atau mall sebanyak
1 unit dan toko swalayan sebanyak 15 unit yang tersebar di sekitar pusat keramaian di Kota Payakumbuh. Perkembangan sarana perdagangan di Kota Payakumbuh dari tahun
2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.104.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 67
Tabel 2.104 Perkembangan Sarana Perdagangan
Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh No
Uraian Tahun
2009 2010
2011 2012
2013
1 Pasar Tradisional Ibuh
1 1
1 2
2 2
Pasar Lokal Pusat Pertokoan 1
1 1
1 1
3 Mall
1 1
1 1
1 4
Pasar Swalayan -
15 15
15 16
5 Toko
1.213 1.463
1.463 1.256
1.256 6
Kios 348
412 404
384 384
7 Los
160 133
125 276
276 8
K.5 1.042
2.184 2.184
2.301 2.301
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh, 2014 Dalam rangka mewujudkan Program Pasar Sehat telah dijalin beberapa bentuk
kerjasama dengan berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Beberapa nota kesepakatan kerjasama yang disepakati antara lain adalah dengan Yayasan Danamon
Peduli dalam bentuk bantuan program dan sarana pendukung untuk terwujudnya lingkungan pasar yang sehat dan kerjasama dengan Asosiasi Pedagang Kaki Lima Kota
Payakumbuh untuk menata dan merealisasikan Pasar Kuliner Malam yang sehat dan representatif
Perkembangan kegiatan perdagangan juga dapat dilihat dari perkembangan pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP seperti pada Tabel 2.105.
Tabel 2.105 Perkembangan Jumlah Penerbitan SIUP
Tahun 2009 s.d. 2013 bh di Kota Payakumbuh
Tahun Perusahaan Kecil
PK Perusahaan
Menengah PM Perusahaan
Besar PB Jumlah
2009 184
25 8
216 2010
15 15
2011 287
34 321
2012 302
59 1
362 2013
218 29
4 251
Jumlah 1.208
162 13
1.416
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Payakumbuh, 2014
Perkembangan pemberian izin usaha perdagangan di Kota Payakumbuh cukup menggembirakan seperti terlihat pada Tabel 2.104, bahwa SIUP yang telah diterbitkan
sejak tahun 2009-2013 telah mencapai 1.416 buah. Hal ini menunjukkan dari tahun ke tahunnya muncul perusahaan baru.
Sektor perdagangan di Kota Payakumbuh selama 5 lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang disebabkan dengan adanya peningkatan infrastruktur,
kejelian pemasaran dari masyarakat dalam membaca peluang, dan lembaga keuangan penyandang dana pinjaman yang ada serta pembinaan pemerintah dalam memotivasi
usaha masyarakat. Peningkatan infrastruktur seperti penambahan petak toko dengan perluasan ataupun pembangunan pasar yang baru tiap tahunnya, peningkatan kualitas
sarana pendukung seperti saluran pembuangan air, pembuatan pagar, pembuatan atap, dan pengecoran tempat parkir kendaraan juga kelengkapan petugas kebersihan dan
keamanan.
Gambaran pembangunan perdagangan di Kota Payakumbuh terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap PDRB. Dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor
perdagangan berkontribusi atau berperan sebesar 17,80 pada tahun 2009 dan terus meningkat hingga mencapai 19,69 pada tahun 2013.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 68
6 Urusan perindustrian
Jumlah industri selama 5 lima tahun terakhir mengalami fluaktuasi pertumbuhan akibat dampak krisis ekonomi dunia dan nasional, seperti dampak kenaikan minyak dunia
pada tahun 2008 yang diikuti oleh naiknya harga BBM di dalam negeri. Pada tahun 2009 jumlah industri sebanyak 945 unit, naik pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 966 unit dan
1616 unit. Tahun 2012 relatif tidak ada perubahan dengan tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, maka jumlah
industri meningkat pada tahun 2013 menjadi 1566 unit.
Berfluktuasinya perkembangan industri di Kota Payakumbuh karena industri yang berkembang masih banyak yang berskala rumah tangga dan berskala mikro, kecil,
menengah atau Home Industry yang dikelola baik secara formal maupun informal, sehingga rentan sekali untuk beralih usaha ke sektor lain jika ditimpa krisis. Industri rumah
tangga Home Industry yang banyak digeluti masyarakat adalah jenis makanan ringan, seperti gelamai, beras rendang, rendang telur, rendang runtiah, kerupuk sanjai, karak
kaliang dan jenis kerupuk lainnya. Untuk lebih jelasnya perkembangan industri di Kota Payakumbuh tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.106.
Tabel 2.106 Perkembangan Industri Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Uraian
Satuan Tahun
2009 2010
2011 2012
2013
1. Unit Usaha
Unit 945
966 982
1.244 1.566
2. Formal
unit 550
562 569
739 736
3. Non Formal
unit 395
404 413
505 830
4. Tenaga Kerja
orang 4.592
4.657 4.781
5.410 5.961
5. Nilai Investasi
Rp. 50.514.850
51.637.402 86.383.066
86.383.066 28.500.707.150
6. Nilai Produksi
Rp. 31.763.342
32.469.194 54.316.996
54.316.996 1.566.000.000
7. Pertumbuhan
Industri -26,06
2,22 67,29
-3
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh , 2014 Dalam rangka memfasilitasi promosi dan sentra pembangunan serta penunjang
perluasan jaringan pasar produk industri kecil menengah Kota Payakumbuh dibangun 1 satu unit Pondok Promosi yang berlokasi di Medan Bapaneh Ngalau Indah. Selain itu,
Pemerintah Kota Payakumbuh dalam rentang waktu lima tahun terakhir juga mendapat bantuan perkuatan alat produksi, diantaranya 295 unit mesin bordir hitam merk Juki dan 1
satu unit mesin bordir sistem komputerisasi dengan 12 mata jahit serta 1 satu paket peralatan perbengkelan modern untuk kendaraan roda empat senilai Rp 400.000.000,-
Dengan terus meningkatnya kegiatan di sektor industri selama tiga tahun terakhir ini telah menjadi sumber utama penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang cukup
besar bagi warga kota. Karena itu, keberadaannya perlu dipertahankan dan dikembangkan dimasa mendatang, tetapi perlu ditata sedemikian rupa agar teratur dan tidak merusak
keindahan dan kebersihan Kota Payakumbuh.
Peranan sektor industri terhadap perekonomian Kota Payakumbuh masih relatif kecil dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kota Payakumbuh
pada tahun 2008 hanya sebesar 6,99 , namun secara bertahap setiap tahunnya terus meningkat hingga mencapai 8,40 pada tahun 2012.
Kedepan, dengan semakin berkurangnya lahan pertanian diharapkan lapangan usaha ini mampu digantikan peranannya oleh lapangan usaha industri pengolahan yang
menggunakan bahan baku dari produk pertanian sehingga selain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian juga tenaga kerja yang tidak terserap oleh lapangan usaha
pertanian khususnya, dan lapangan usaha lainnya dapat diserap oleh lapangan usaha industri.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 69
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
persaingan dengan provinsi lainnya yang berdekatan, domestik dan internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim
berinvestasi dan sumber daya manusia.
2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka kepada
persaingan dengan provinsi lain. Bagian ini menggambarkan kemampuan ekonomi Payakumbuh menggunakan indikator pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita, seperti
pada Tabel 2.107.
Tabel 2. 107. Angka Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2009 s.d. 2013
Kota Payakumbuh Jutaan Rupiah No
Uraian 2009
2010 2011
2012 2013
1. Total Pengeluaran Rumah
Tangga 15.704,38
17.361,42 20.715,89
22.787,48 24.548,86
2. Jumlah Rumah Tangga
25.302 28.163
28.807 29.388
30.281 3.
Rasio 1:2 0,62
0,62 0,72
0,78 0,81
Sumber :BPS Kota Payakumbuh 2013 Data sementara
Pada tahun 2013 diperkirakan terjadinya peningkatan konsumsi rumahtangga dari menjadi Rp. 24.548,86 juta dengan jumlah rumah tangga sebanyak 30.281 RT dari tahun 2012
Terjadinya kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Kota Payakumbuh yang mengakibatkan meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Selain itu
membaiknya kondisi ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh, serta perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan selera dan perilaku konsumsi masyarakat Kota
Payakumbuh.
2.1.4.2 Fokus Fasilitas WilayahInfrastruktur
1 Penataan Ruang
a Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Rasio realisasi rencana tata ruang wilayah dibandingkan dengan rencana peruntukan
rencana tata ruang wilayah dari tahun 2009 sampai dengan 2013 cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena tingginya ketaatan masyarakat terhadap regulasi
penataan ruang dan meningkatnya pengawasan peruntukan lahan oleh Dinas Tata Ruang dan Kebersihan, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.108 .
Tabel 2.108 Rasio Ketaatan Terhadap RTRW Tahun 2009 s.d. 2013
Kota Payakumbuh
NO Uraian
2009 2010
2011 2012
2013 1.
Realisasi RTRW ha 568,52
596,89 645,19
651,79 752
2. Rencana Peruntukan RTRW
ha 8.043
8.043 8.043
8.043 8.043
3. Rasio 12
0,071 0,074
0,080 0,081
0,093 Sumber :
Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kota Payakumbuh, 2014
Salah satu ketaatan terhadap RTRW adalah semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengurus IMB sebelum mendirikan bangunan. Hal ini ditandai dengan