21
Budiman diatas akan dijadikan sebagai standar evaluasi alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta
B. Evaluasi Alat Permainan Edukatif
1. Definisi Evaluasi Alat Permainan Edukatif
Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation, dalam bahasa indonesia berarti penilaian, akar katanya adalah value, dalam bahasa
indonesia berarti nilai, Anas Sudijono 2007: 1. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2004: 1-2 mendefinisikan evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya evaluasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Evaluasi merupakan proses yang sistemis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan
menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun program selanjutnya Eko Putro Widoyoko 2010: 6. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1, evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
22
Evaluasi alat permainan edukatif adalah evaluasi yang dilakukan terhadap alat permainan edukatif. Evaluasi ini dilakukan
guna mengetahui, mendeskripsikan, mengumpulkan informasi tentang alat permainan edukatif. Evaluasi pada alat permainan edukatif
menjadi salah satu tahap dalam pembuatan alat permainan edukatif untuk mengetahui apakah alat permaianan edukatif yang diciptakan
telah sesuai syarat pembuatan alat permainan edukatif. Penelitian kali ini akan mengevaluasi alat permainan edukatif sudut agama di
Mataran Indah ditinjau dari syarat pembuatan alat permainan edukatif. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kesenjangan antara alat
permainan edukatif sudut agamadengan syarat pembuatan alat permainan edukatif.
2. Model-model Evaluasi Alat Permainan Edukatif
Pada pelaksanaan evaluasi alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta diperlukan desain evaluasi agar
evaluasi dapat dilakukan dengan cara yang sesuai. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring
dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi yang mencukupi Wirawan, 2012: 147. Pada desain tersebut terdapat
komponen penting untuk menentukan evaluasi itu sendiri yaitu model evaluasi.
23
Model evaluasi dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan evaluasi. Terdapat beberapa model evaluasi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi, diantaranya yaitu: CIPP Context, Input, Process and Product, Evaluasi Model Stake Countenance
Model, Formatif-Summatif Evaluation Model, Discrepancy model dan lain sebagainya. Model CIPP merupakan model evaluasi yang
banyak digunakan oleh para evaluator. Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan 1967 di Ohio State University,
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2004:29. Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan kedalam 4 dimensi,
yaitu Context, Input, Process and Product. Keempat dimensi tersebut merupakan komponen dari proses sebuah program kegiatanEko Putro
Widoyoko, 2010: 181. Evaluasi model Stake countenance Model merupakan model
yang menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu Description dan Judgement, dan membedakan adanya tiga tahap
dalam program pendidikan yaitu Antecedent Context, Transaction Process, dan Outcomes Output Farida Yusuf Tayibnapis, 2008:
22. Formatif-Summatif Evaluation Model merupakan model yang menunjuk adanya tahapan dan lingkungan objek yang dievaluasi,
yaitu evaluasi yang dilakukan pada program yang masih berjalan disebut evaluasi formatif dan ketika program sudah selesai berjalan
24
disebut evaluasi formatif, Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2004: 25.
Discrepancy model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcolm Provus, kata discrepancy adalah istilah dari bahasa
inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi “kesenjangan” Eko Putro Widoyoko, 2010: 186. Model ini
menekankan pada
pandangan adanya
kesenjangan, dimana
kesenjangan tersebut merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang
seharusnya tercapai dengan yang sudah riil tercapai Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2004: 31.
Dari berbagai model evaluasi di atas, model evaluasi yang akan digunakan adalah model evaluasi Discrepancy. Model ini mengukur
besarnya kesenjangan yang ada sehingga dengan diketahuinya kesenjangan tersebut dapat dilakukan perbaikan setiap komponen
yang belum terpenuhi. Sehingga pada penelitian ini akan diketahui mengenai pemenuhan syarat pembuatan alat permainan edukatif pada
alat permainan edukatif sudut agama di Mataram indah Yogyakarta. Melalui evaluasi ini dapat menentukan apakah alat permainan
edukatif sudut agama sesuai dengan syarat pembuatan alat permainan edukatif atau belum sehingga dapat diambil kesimpulan adanya
25
perbaikan atau tidak terhadap alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta.
Adapun untuk melakukan evaluasi dibutuhkan langkah-langkah sistemis dalam pelaksanaanya. Setidaknya terdapat lima langkah yang
harus terpenuhi dalam pelaksanaanya. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Menetapkan standar evalusi
Tahap awal dari pelaksanaanya evaluasi discrepancy adalah menetapkan standar evaluasi. Standar evaluasi pada penelitian ini
adalah standar yang akan menjadi pembanding dan menetapkan spesifikasi apa yang akan dibandingkan. Standar evaluasi pada
penelitian ini adalah syarat pembuatan alat permainan edukatif menurut Rudi Budima 2014: 28, yang menjelaskan bagaimana
alat permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk anak usia dini. Selain itu juga dijelaskan syarat-syarat pembuatan alat
permainan edukatif dan bagaimana tahapan awal mulai dari analisis kebutuhan alat permainan edukatif hingga pada contoh-
contoh proses pembuatan alat permainan edukatif. Disamping pengembangan standar tersebut, ditetapkan juga
tujuan atau penentuan spesifikasi tentang apa yang akan diteliti. Tujuan utama penelitian ini adalah terpenuhinya syarat pembuatan
alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah
26
Yogyakarta. Adapun standar yang ditetapkan untuk menjadi pembanding alat permainan edukatif sudut agama di Mataram
Indah Yogyakarta adalah syarat pembuatan alat permainan edukatif menurut Rudi Budiman, standar tersebut adalah sebagai
berikut: 1
Syarat edukatif a
Alat permainan edukatif dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan program
pendidikan yang berlaku atau kurikulum yang berlaku. b
Alat permainan edukatif yang dibuat disesuaikan dengan didaktik metodik artinya dapat membantu keberhasilan
kegiatan pendidikan mendorong aktifitas dan kreatifitas anak dan sesuai dengan kemampuan tahap perkembangan
anak. 2
Syarat teknis a
Alat permainan edukatif dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana tidak menimbulkan kesalahan konsep
contoh dalam membuat balok bangunan ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika
ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.
27
b Alat permainan edukatif hendaknya multiguna, walaupun
ditujukan untuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.
c Alat permainan edukatif dibuat dengan menggunakan bahan
yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekassisa.
d Aman tidak mengandung unsur yang membahayakan anak
misalnya tajam, beracun dan lain- lain. e
Alat permainan edukatif hendaknya awet, kuat dan tahan lama tetap efektif walau cahaya berubah.
f Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak
untuk bereksperimen dan bereksplorasi. g
Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal. 3
Syarat estetika a
Bentuk yang elastis, ringan mudah dibawa anak b
Keserasian ukuran tidak terlalu besar atau terlalu kecil c
Warna kombinasi warna.
b. Merencanakan evaluasi menggunakan model discrepancy
Pada tahap ini adalah perencanaan proses evaluasi menggunakan
model discrepancy
kesenjangan. Peneliti
menyusun perencanaan evaluasi dengan segala kebutuhan sesuatu yang dibutuhkan. Penelitian ini mengusung tentang evaluasi alat
28
perminan edukatif sudut agama ditinjau dari syarat pembuatan alat permainan edukatif sehingga komponen yang paling pokok adalah
syarat-syarat pembuatan alat permainan edukatif yang sebelumnya telah ditetapkan.
c. Mengumpulkan data di lapangan
Pada tahap ini adalah proses pengumpulan data di lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Pada tahap ini, peneliti
mengumpulkan data alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara mengobservasi alat permainan edukatif satu persatu dengan menggunakan lembar observasi yang berbentuk checklist. Selain
itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mengumpulan informasi dari beberapa pihak yang terkait dengan alat permainan
edukatif pemilik Mataram Indah dan karyawanya dan juga dari hasil pengumpulan informasi melalui studi dokumen.
d. Mengidentifikasi kesenjangan
Pada tahap ini adalah membandingkan data yang telah diperoleh dengan standar yang telah ditetapkan. Kemudian dari
proses pembandingan akan diperoeh hasil ada tidaknya kesenjangan antara data lapangan dengan standar yang telah
ditetapkan. Selanjutnya adalah setelah data yang dibutuhkan
29
terkumpul, data akan disajikan secara rapi dan mudah diolah dan tahap terakhir adalah menarik kesimpulan sebagai hasil evaluasi.
e. Mengubah kondisi alat permainan edukatif danatau mengubah
standar Keputusan mengenai hasil proses sebelumnya, diambil
setelah seluruh data terkumpul dan melewati seluruh proses-proses diatas. Data yang telah ditemukan kesenjanganya segera
diputuskan untuk mengubah syarat pembuatan alat permainan edukatif atau mengubah kondisi alat permainan edukatif atau
justru mengubah melakukan keduanya. Mengubah kondisi alat permainan edukatifdapat dilakukan dengan cara memperbaiki alat
permainan edukatif sehinga sesuai dengan standar yang telah dibuat.
Mengubah kondisi alat permainan edukatif dilakukan dengan cara memberikan rekomendasi kepada Mataram Indah
Yogyakarta sesuai dengan data hasil penelitian yang telah diperoleh. Pemberian rekomendasi tersebut mengacu pada
persentase pemenuhan syarat pembuatan alat permainan edukatif pada tiap-tiap indikator standar, sehingga rekomendasi tersebut
diharapkan dapat menjadi wacana untuk Mataram Indah Yogyakarta yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan
peningkatan alat permainan edukatif.
30
C. Kerangka Berfikir