Pengujian Hipotesis ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

102 sangat baik kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori baik. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan ternyata masih menghasilkan sel matrik yang frekuensi harapannya kurang dari 5, maka dilakukan penggabungan kembali kategori yang berdekatan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori tidak baik kode angka 1 dan kategori cukup kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori tidak baik. Untuk kategori baik kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori baik. Tabel 4.19 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Sleman Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square 60.006 a 1 .000 Continuity Correction b 55.983 1 .000 Likelihood Ratio 58.237 1 .000 Fishers Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 59.752 1 .000 N of Valid Cases b 236 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,34. b. Computed only for a 2x2 table 103 Tabel 4.20 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .450 .000 Interval by Interval Pearsons R .504 .051 8.932 .000 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .504 .051 8.932 .000 c N of Valid Cases 236 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Pada hasil pengujian hipotesis kedua, karena hasil Chi-Square x2 hitung sebesar 60,006 df = 1 nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H 02 ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Setelah diketahui hasil pengujian hipotesis kedua, pengujian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan kontingensi C untuk mencari besar kecilnya derajat asosiasi. C = √ = 0,450 Hasil perhitungan tersebut selaras dengan tabel 4.20 Symmetric Measures pada kolom Contingency Coefficient yaitu sebesar 0,450. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai C dengan nilai C max yang mungkin bisa terjadi. Perhitungan nilai C max adalah sebagai berikut: 104 C max = √ = 0,816 Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien C max maka hasil yang diperoleh sebesar 0,55 0,4500,816. Kriteria rasio CC max , koefisien 0,55 berada pada rentang 0,40 - 0,599 dengan interpretasi sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha dapat diinterpretasikan sedang. 3. Hipotesisi Ketiga a. Rumusan Hipotesis H 03 : Tidak ada pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. H a3 : Ada pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. b. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Tabel 4.21 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Akses Terhadap Modal Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul kategori3_intensi_berwirausaha kategori3_akses_terhadap_modal Crosstabulation kategori3_akses_terhadap_modal Total Sulit Mudah kategori3_intensi_berwirausaha Rendah Count 20 20 Expected Count 8.5 11.5 20.0 Residual 11.5 -11.5 Tinggi Count 80 136 216 Expected Count 91.5 124.5 216.0 Residual -11.5 11.5 Total Count 100 136 236 Expected Count 100.0 136.0 236.0 105 Tabel 4.21 menunjukkan tabel kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel intensi berwirausaha yang semula terdapat kategori sangat sulit, sulit, sedang, mudah, sangat mudah telah diubah dengan kolom kategori yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sangat sulit kode angka 1 dan sulit kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori sulit. Untuk kategori sedang kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori sedang. Untuk kategori mudah kode angka 4 dan kategori sangat mudah kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori mudah. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan ternyata masih menghasilkan sel matrik yang frekuensi harapannya kurang dari 5, maka dilakukan penggabungan kembali kategori yang berdekatan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sulit kode angka 1 dan kategori sedang kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori sulit. Untuk kategori mudah kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori mudah. 106 Tabel 4.22 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Akses Terhadap Modal Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square 29.719 a 1 .000 Continuity Correction b 27.196 1 .000 Likelihood Ratio 36.899 1 .000 Fishers Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 29.593 1 .000 N of Valid Cases b 236 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,47. b. Computed only for a 2x2 table Tabel 4.23 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Akses Terhadap Modal Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Pada hasil pengujian hipotesis ketiga, karena hasil Chi-Square x 2 hitung sebesar 29,719 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H 03 ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .334 .000 Interval by Interval Pearsons R .355 .040 5.806 .000 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .355 .040 5.806 .000 c N of Valid Cases 236 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 107 akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Setelah diketahui hasil pengujian hipotesis ketiga, pengujian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan kontingensi C untuk mencari besar kecilnya derajat asosiasi. C = √ = 0,334 Hasil perhitungan tersebut selaras dengan tabel 4.23 Symmetric Measures pada kolom Contingency Coefficient yaitu sebesar 0,334. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai C dengan nilai C max yang mungkin bisa terjadi. Perhitungan nilai C max adalah sebagai berikut: C max = √ = 0,816 Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien C max maka hasil yang diperoleh sebesar 0,40 0,3340,816. Kriteia rasio CC max , koefisien 0,40 berada pada rentang 0,40 – 0,599 dengan interpretasi sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha dapat diinterpretasikan sedang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 4. Hipotesis Keempat a. Rumusan Hipotesis H 04 : Tidak ada pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap Intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul H a4 : Ada pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. b. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Tabel 4.24 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kreatifitas dan Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul kategori3_intensi_berwirausaha kategori3_kreatifitas_dan_inovatif Crosstabulation kategori3_kreatifitas_dan_inovatif Total Rendah Tinggi kategori3_intensi_berwirausaha Rendah Count 10 10 20 Expected Count .8 19.2 20.0 Residual 9.2 -9.2 Tinggi Count 216 216 Expected Count 9.2 206.8 216.0 Residual -9.2 9.2 Total Count 10 226 236 Expected Count 10.0 226.0 236.0 Tabel 4.24 menunjukkan tabel kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel intensi berwirausaha yang semula terdapat kategori sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi telah diubah dengan kolom kategori yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan 109 pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sangat rendah kode angka 1 dan rendah kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori cukup kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori cukup. Untuk kategori tinggi kode angka 4 dan kategori sangat tinggi kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori tinggi. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan ternyata masih menghasilkan sel matrik yang frekuensi harapannya kurang dari 5, maka dilakukan penggabungan kembali kategori yang berdekatan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori rendah kode angka 1 dan kategori cukup kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori tinggi kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori tinggi Tabel 4.25 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kreatifitas dan Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square 1.128E2 a 1 .000 Continuity Correction b 100.793 1 .000 Likelihood Ratio 55.069 1 .000 Fishers Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 112.301 1 .000 N of Valid Cases b 236 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,85. b. Computed only for a 2x2 table 110 Tabel 4.26 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kreatifitad dan Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .691 .000 Interval by Interval Pearsons R .693 .081 14.635 .000 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .693 .081 14.635 .000 c N of Valid Cases 236 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Pada hasil pengujian hipotesis keempat, karena hasil Chi-Square x 2 hitung sebesar 1,128 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H 04 ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Setelah diketahui hasil pengujian hipotesis keempat, pengujian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan kontingensi C untuk mencari besar kecilnya derajat asosiasi. C = √ = 0,691 Hasil perhitungan tersebut selaras dengan tabel 4.26 Symmetric Measures pada kolom Contingency Coefficient yaitu sebesar 0,691. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai C dengan nilai C max yang mungkin bisa terjadi. Perhitungan nilai C max adalah sebagai berikut: C max = √ = 0,816 Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien C max maka hasil yang diperoleh sebesar 0,85 0,6910,816. Kriteria rasio CC max , koefisien 0,85 berada pada rentang 0,80 – 1,000 dengan interpretasi sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha dapat diinterpretasikan sangat tinggi. 5. Hipotesis Kelima a. Rumusan Hipotesis H 05 : Tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang Tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. H a5 : Ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XI di Kabupaten Bantul. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 b. Hasil Pengujian Hipotesis Kelima Tabel. 4.27 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul kategori3_ontensi_berwirausaha latar_belakang_pekerjaan_ayah Crosstabulation latar_belakang_pekerjaan_ayah Total Bukan Wirausaha Wirausaha kategori3_ontensi_berwirausaha Rendah Count 16 4 20 Expected Count 17.6 2.4 20.0 Residual -1.6 1.6 Tinggi Count 192 24 216 Expected Count 190.4 25.6 216.0 Residual 1.6 -1.6 Total Count 208 28 236 Expected Count 208.0 28.0 236.0 Tabel 4.27 menunjukkan tabel kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua pekerjaan ayah terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel intensi berwirausaha yang semula terdapat kategori sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi telah diubah dengan kolom kategori yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sangat rendah kode angka 1 dan rendah kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori cukup kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori cukup. Untuk kategori tinggi kode angka 4 dan kategori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 sangat tinggi kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori tinggi. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan ternyata masih menghasilkan sel matrik yang frekuensi harapannya kurang dari 5, maka dilakukan penggabungan kembali kategori yang berdekatan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori rendah kode angka 1 dan kategori cukup kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori tinggi kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori tinggi. Tabel 4.28 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square 1.383 a 1 .240 Continuity Correction b .664 1 .415 Likelihood Ratio 1.198 1 .274 Fishers Exact Test .271 .199 Linear-by-Linear Association 1.377 1 .241 N of Valid Cases b 236 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,37. b. Computed only for a 2x2 table 114 Tabel 4.29 Hasil Analisis Koefisien kontingensi Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .076 .240 Interval by Interval Pearsons R -.077 .079 -1.175 .241 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.077 .079 -1.175 .241 c N of Valid Cases 236 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Pada hasil pengujian hipotesis kelima, karena hasil Chi-Square x 2 hitung sebesar 1,383 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,240 lebih besar dari α 0,05 maka H 05 diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua pekerjaan ayah terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. c. Hasil Pengujian Hipotesis Kelima Tabel 4.30 Tabel Kontingensi dan frekuensi Harapan Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul. kategori3_ontensi_berwirausaha latar_belakang_pekerjaan_ibu Crosstabulation latar_belakang_pekerjaan_ibu Total Bukan Wirausaha Wirausaha kategori3_ontensi_berwirausaha Rendah Count 18 2 20 Expected Count 16.6 3.4 20.0 Residual 1.4 -1.4 Tinggi Count 178 38 216 Expected Count 179.4 36.6 216.0 Residual -1.4 1.4 Total Count 196 40 236 Expected Count 196.0 40.0 236.0 115 Tabel 4.30 menunjukkan tabel kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua pekerjaan ibu terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel intensi berwirausaha yang semula terdapat kategori sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi telah diubah dengan kolom kategori yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sangat rendah kode angka 1 dan rendah kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori cukup kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori cukup. Untuk kategori tinggi kode angka 4 dan kategori sangat tinggi kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori tinggi. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan ternyata masih menghasilkan sel matrik yang frekuensi harapannya kurang dari 5, maka dilakukan penggabungan kembali kategori yang berdekatan. Penggabungan dilakukan pada variabel intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori rendah kode angka 1 dan kategori cukup kode angka 2 digabungkan diberi kode 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori tinggi kode angka 3 diubah menjadi kode angka 2 dengan kategori tinggi. 116 Tabel 4.31 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Pearson Chi-Square .750 a 1 .387 Continuity Correction b .307 1 .579 Likelihood Ratio .845 1 .358 Fishers Exact Test .541 .305 Linear-by-Linear Association .746 1 .388 N of Valid Cases b 236 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,39. b. Computed only for a 2x2 table Tabel 4.32 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul Pada hasil pengujian hipotesis kelima, karena hasil Chi-Square x 2 hitung sebesar 0,750 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,387 lebih besar dari α 0,05 maka H 05 diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua pekerjaan ibu terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. a Nominal by Nominal Contingency Coefficient .056 .387 Interval by Interval Pearsons R .056 .053 .864 .389 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .056 .053 .864 .389 c N of Valid Cases 236 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 117

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kebutuhan akan prestasi, pendidikan kewirausahaan, akses terhadap modal, kreatifitas dan inovatif, latar belakang pekerjaan orang tua siswa kelas XII SMK di Kabupaten Bantul. Berdasarkan pada hasil penelitian diatas, maka dilakukan pembahasan sebagai berikut: 1. Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Pada hasil pengujian hipotesis pertama, karena hasil Chi-Square x 2 hitung sebesar 1,930 df = 1 dan Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H a1 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 103 siswa 43,6 mempunyai kebutuhan akan prestasi dengan kategori sangat tinggi, 109 siswa 46,2 mempunyai kebutuhan akan prestasi dengan kategori tinggi, 15 siswa 6,4 mempunyai kebutuhan akan prestasi dengan kategori cukup, 8 siswa 3,4 mempunyai kebutuhan akan prestasi dengan kategori rendah, dan 1 siswa 0,4 mempunyai kebutuhan akan prestasi dengan kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan prestasi yang dimiliki siswa kelas XII SMK tergolong tinggi. Kebutuhan akan prestasi merupakan keinginan dari diri seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 standar yang tinggi. Kebutuhan akan prestasi memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha, yaitu dengan memiliki kebutuhan akan prestasi, maka seseorang akan memiliki dorongan untuk berhasil yang tinggi dalam memulai dan menjalankan usaha sebagai wirausaha. Hal ini bertujuan agar mampu menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang mampu memiliki tanggung jawab personal yang tinggi, berani menanggung resiko dengan penuh perhitungan, dan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang lebih baik dan lebih efisien dari sebelumnya. Seseorang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan terus berupaya sampai sesuatu yang diinginkan mampu diraih hingga mencapai kesuksesan dan keunggulan. 2. Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Pada hasil pengujian hipotesis kedua, karena Chi-Square x 2 hitung sebesar 60,006 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H a2 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria rasio CC max koefisien 0,55 berada pada rentang 0,40-0,599 dengan interpretasi sedang. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha diinterpretasikan sedang. Peneliti melakukan pengkajian terhadap kriteria rasio yang sebesar 55 bahwa intensi berwirausaha di kalangan siswa SMK ditentukan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 potensi pendidikan kewirausahaan 55 dan sebagian yang lain dipengaruhi oleh variabel yang lain. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 80 siswa 33,9 menyatakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dengan kategori sangat baik, 93 siswa 39,4 menyatakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dengan kategori baik, 42 siswa 17,8 menyatakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dengan kategori cukup, 19 siswa 8,1 menyatakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dengan kategori tidak baik, dan 2 siswa 0,8 menyatakan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dengan kategori sangat tidak baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan kewirausahaan siswa kelas XII SMK tergolong baik. Dalam hal ini pendidikan kewirausahaan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat intensi berwirausaha pada siswa SMK. Semakin baik pendidikan kewirausahaan akan semakin tinggi intensi berwirausaha. Dan sebaliknya, semakin rendah pendidikan kewirausahaan akan semakin rendah niatan berwirausaha siswa SMK. Sehingga pendidikan kewirausahaan perlu ditingkatkan untuk lebih meningkatan intensi berwirausaha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan tergolong baik, intensi berwirausaha tergolong sangat tinggi, namun derajat asosiasi menunjukkan rasio 0,55 dan tergolong sedang. Atas dasar hasil penelitian tersebut maka peneliti memiliki keyakinan bahwa masih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 ada indikator pendidikan kewirausahaan yang lain selain: 1 keterampilanskill; 2 percaya diri; 3 orisinalitas; 4 body of knowladge; 5 mengembangkan, memupuk, dan membina yang belum terungkap dan menjadi penentu untuk memberikan porsi pengaruh terhadap intensi berwirausaha khususnya siswa SMK. pengembangan dan penemuan indikator variabel pendidikan kewirausahaan yang lain sebagai indikator yang diyakini memiliki peranan besar untuk meningkatkan intensi berwirausaha dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dalam penelitian yang serupa. Pihak sekolah juga harus meningkatkan kualitas pendidikan kewirausahaan melalui mata pelajaran kewirausahaan misalnya dengan mengajarkan siswa untuk menciptakan dan membangun suatu usaha kecil yang mereka kelola sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan intensi berwirausaha siswa melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan lembaga pendidikan untuk mewujudkan proses pembelajaran agar mendewasakan peserta didik dan mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan pengalaman. Pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap intensi siswa untuk berwirausaha, karena dengan adanya pendidikan kewirausahaan menanamkan nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku peserta didik agar dapat mandiri. Pendidikan kewirausahaan juga mampu membekali peserta didik dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 berbagai kompentensi kewirausahaan yang nantinya akan membawa manfaat bagi kehidupannya. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan pendidikan kewirausahaan akan mempengaruh intensi berwirausaha siswa SMK. 3. Pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Pada hasil pengujian hipotesis ketiga, karena Chi-Square x 2 hitung sebesar 29,719 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 maka H a3 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kriteria rasio CC max koefisien 0,40 berada pada rentang 0,40-0,599 dengan interpretasi sedang. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha diintrepretasikan sedang. Peneliti melakukan pengkajian terhadap kriteria rasio yang sebesar 40 bahwa intensi berwirausaha di kalangan siswa SMK ditentukan oleh potensi akses terhadap modal sebesar 40 dan sebagian yang lain dipengaruhi oleh variabel yang lain. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 57 siswa 24,1 mempunyai akses terhadap modal dengan kategori sangat mudah, 79 siswa 33,5 mempunyai akses terhadap modal dengan kategori mudah, 63 siswa 26,7 mempunyai akses terhadap modal dengan kategori sedang, 29 siswa 12,3 mempunyai akses terhadap modal dengan kategori sulit, 8 siswa 3,4 mempunyai akses terhadap modal dengan kategori sangat 122 sulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akses terhadap modal yang dimiliki siswa kelas XII SMK tergolong mudah. Dalam hal ini akses terhadap modal dapat digunakan untuk memprediksi tingkat intensi berwirausaha pada siswa SMK. Semakin mudah akses terhadap modal akan semakin tinggi intensi berwirausaha. Dan sebaliknya, semakin sulit akses terhadap modal akan semakin rendah intensi berwirausaha siswa SMK. sehingga akses terhadap modal berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel akses terhadap modal tergolong mudah, intensi berwirausaha tergolong sangat tinggi, namun derajat asosiasi menunjukkan rasio 0.40 dan tergolong sedang. Atas dasar hasil penelitian tersebut maka peneliti memiliki keyakinan bahwa masih ada indikator akses terhadap modal yang lain selain sumber modal yang belum terungkap dan menjadi penentu untuk memberikan porsi pengaruh terhadap intensi berwirausaha khususnya siswa SMK. Pengembangan dan penemuan indikator akses terhadap modal yang lain sebagai indikator yang diyakini memiliki peranan besar untuk meningkatkan intensi berwirausaha dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dalam penelitian yang serupa. Akses terhadap modal merupakan hal yang penting dalam mendirikan suatu usaha, karena modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu usaha, setiap usaha menggunakan dana ini untuk membelanjai aktivitas produksi dalam menghasilkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI