Akibatnya, jika anak tunagrahita dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan proses pemanggilan kembali pengalaman yang sudah lalu
seringkali mengalami
kesulitan. Mohammad
Efendi 2006:90
mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan pada penilaian program pendidikan menjadi:
1. Anak tunagrahita mampu didik debil adalah anak yang tidak mampu
mengikuti pembelajaran di sekolah biasa.
2.
Anak tunagrahita mampu latih imbecil adalah anak yang tidak mampu mempelajari pelajaran akademik, perkembangan bahasa terbatas,
berkomunikasi dengan beberapa kata, mampu menulis nama sendiri, nama orang tua adan alamat, mengenal angka tanpa pengertian, dapat dilatih
bersosialisasi, mampu mengenali bahaya, tingkat kescerdasan setara anak usia 6 tahun.
3. Anak tunagrahita mampu rawat idiot adalah anak memiliki tingkat
kecerdasan yang sangat rendah sehingga membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidup.
B. Tunagrahita Mampu Didik
Anak tunagrahita mampu didik merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan mental dengan tingkat kecerdasan antara 50-75. Jadi,
seorang anak tunagrahita mampu didik tidak mampu mengikuti pembelajaran di sekolah biasa, tetapi masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
walaupun hasilnya tidak maksimal Mulyono Abdurrahman, 1994.
Mohammad Efendi 2006 mengungkapkan bahwa kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik yakni, membaca,
menulis, mengeja, berhitung, penyesuaian diri, sikap mandiri, keterampilan sederhana untuk keperluan kerja di kemudian hari.
Anak tunagrahita mampu didik banyak mengalami kesulitan karena perkembangan fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang rendah. Hal ini
disebabkan adanya selisih yang signifikan antara umur mental MA dengan umur kalender CA. Semakin dewasa anak tunagrahita, semakin lebar selisih
yang terjadi. Sebagai contoh: anak tunagrahita yang sudah berusia 18 tahun tetapi menunjukkan tingkah laku anak usia 8 tahun Endang Zaenal, 2005.
Masalah-masalah yang dihadapi secara umum seperti, masalah belajar yang berkaitan
langsung dengan
kecerdasan yang
sekurang-kurangnya membutuhkan kemampuan memahami, mengingat dan mencari hubungan
sebab-akibat Jamila, 2008.
C. Karaktersitik Anak Tunagrahita Mampu Didik
Menurut AAMR Astati, 2001 dan dalam buku Mumpuniarti, 2007 mengungkapkan bahwa karakteristik anak tunagrahita mampu didik adalah
sebagai berikut: 1.
IQ antara 5055 – 7075 Anak tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dari anak
normal. Hal ini tampak dari ketidakmampuan dibidang akademik secara khusus kesulitan untuk berpikir abstrak maupun kemampuan mengikuti
pelajaran di sekolah yang membutuhkan kemampuan motorik. Pencapaian akademik bagi anak tunagrahita akan lebih lambat dibanding anak normal.
2. Umur mental yang dimiliki setara dengan anak normal usia 12 tahun
Perkembangan umur mental anak tunagrahita mampu didik tidak sejalan dengan bertambahnya CA
Chronological Age
yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang tertentu
dari anak normal yang usianya sebaya. Semakin bertambah usia anak tunagrahita mampu didik ketertinggalan dengan usia sebayanya juga
semakin jauh karena perkembangan kognitif hanya sebatas tahap operasional konkret.
3. Kurang mampu berpikir abstrak dan sangat terikat dengan lingkungan
Perkembangan kognitif anak tunagrahita mampu didik yang hanya sampai pada tahap operasional konkret membuat mereka kesulitan untuk berpikir
abstrak dan hal ini berimplikasi pada aspek kemampuan berpikir menyangkut perhatian, ingatan, dan kemampuan generalisasi.
4. Kurang dapat mengendalikan perasaan
Mohammad Efendi 2006: 96 mengatakan bahwa kelemahan kecerdasan anak tunagrahita mampu didik selain berakibat pada kelemahan fungsi
kognitif juga berakibat pada sikap dan keterampilan lain. Hal-hal yang dianggap wajar terjadi oleh anak normal menjadi sesuatu yang
mengherankan bagi anak tunagrahita. Kelakuan anak tunagrahita sering dianggap aneh karena tidak sesuai dengan perkembangan usianya dan
tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada, sehingga tidak jarang mereka ditolak lingkungan.
5. Dapat mengingat beberapa istilah, tetapi kurang memahaminya
Masalah ini berkaitan dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan kelemahan mengembangkan ide. Kerapkali
anak tunagrahita mampu didik mempelajari sesuatu dengan cara coba-coba dan tidak mampu menemukan kaidah dalam belajar tetapi lebih mudah
melihat sesuatu secara terpisah-pisah. Jadi, melihat unsur nampak lebih dominan dan berakibat pada kesulitan dalam memahami hubungan sebab-
akibat. 6.
Dengan pendidikan yang baik seorang anak tunagrahita mampu didik dapat bekerja dalam lapangan pekerjaan yang sederhana.
Layanan dunia kerja bagi anak tunagrahita mampu didik merupakan salah satu program lembaga khusus hambatan mental yang menekankan
peralihan masa sekolah menuju masyarakat termasuk lapangan pekerjaan. Layanan program ini berada di tingkat kelas lanjutan atas yang merupakan
kolaborasi antara guru SLB dengan konselor rehabilitasi pekerjaan. Menurut Drew, Logan Hardman 1984 dalam Mumpuniarti 2007:29
dasar program kemampuan
vocational
yaitu
work-study
untuk mengusahakan siswa mengintegrasikan pengalaman di ruang kelas dan
pengalaman kerja. Program ini diperluas sekolah dengan menyediakan simulasi pengalaman kerja seperti pengalaman kerja di kafetaria sekolah,
membantu petugas perpustakaan dan lain-lain.
D. Proses Pembelajaran Matematika Bagi Tunagrahita Mampu Didik