201
B. Manfaat Pendidikan dan Pelatihan Pada Kegiatan Pelayanan
yang Dilakukan Relawan
Manfaat pendidikan dan pelatihan tenaga relawan yang dimaksudkan di sini adalah adanya tanggapan relawan terhadap
manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan di MCR. Hubungan pendidikan dan pelatihan dengan
pekerjaan pelaksanaan tugas tenaga relawan adalah amat terkait. Beberapa hal berkaitan dengan relevansi kegiatan pelatihan dan
kegiatan pelayanan adalah: 1. Kebutuhan materi pelatihan di MCR disesuaikan dengan
kebutuhan keterampilan yang harus dikuasai oleh relawan dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan.
2. Pelatihan berjenjang di MCR memungkinkan modifikasi materi pelatihan dengan tekanan pada kebutuhan materi-materi khusus
pada masing-masing divisi yang ada. 3. Metode pelatihan yang variatif memungkinkan penerimaan dan
penyerapan materi pada relawan.
Baiknya sistem pengembangan sumber daya relawan akan berhubungan bahkan berpengaruh pada kepuasan relawan dalam
menjalani aktivitasnya. Program-program pelatihan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia.
202
Pengembangan development menunjuk kepada kesempatan- kesempatan belajar learning opportunities yang dirancang guna
membantu pengembangan para tenaga relawan lihat Bab II. Sistem pengembangan sumber daya relawan yang dikembangkan dan dapat
dilihat di MCR adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan pengawasan manajemen dilakukan secara
bertingkat dari mulai Senior Coordinator Koordinator MCR kepada staf atau koordinator divisi Kordiv, kemudian kepada
relawan. 2. Perencanaan dan pengembangan karier bagi relawan tidak
ditetapkan secara jelas. Namun semua staf dan senior koordinator berasal dari relawan juga sebelumnya. Pihak MCR
sendiri berharap para staf dan SC berasal dari relawan, agar diperoleh tenaga staf dan SC yang memahami permasalahan dan
berpengalaman dengan baik. 3. Program-program pembinaan dan asistensi kerja bagi relawan
telah dikembangkan sesuai dengan bidang pekerjaan pada masing-masing divisi yang ada. Relawan setelah mendapat
pendidikan dan pelatihan di MCR, maka secara bertahap diberi tanggungjawab oleh staf untuk satu kegiatan dengan supervisi
dari staf atau relawan seniornya. 4. Pendidikan dan pelatihan relawan secara berjenjang juga
merupakan wahana pengembangan sumber daya relawan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan riil MCR itu sendiri.
203
5. Peluang pengembangan diri relawan dengan memanfaatkan sarana kegiatan dan fasilitas yang ada di MCR. Relawan yang
dapat memanfaatkan berbagai sarana dan peluang yang ada di MCR akan memperoleh kepuasan.
6. Tidak terdapat program-program yang dipersiapkan secara khusus apabila terdapat relawan yang tidak lagi beraktivitas lagi
di MCR. Relawan perlu mempersiapkan dan mencari sendiri bekal pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh selain
diklat-diklat yang disediakan oleh MCR. 7. Kajian mengenai sikap-sikap relawan terhadap pekerjaan
nampaknya belum dilakukan secara serius. Namun begitu informasi secara informal dapat diperoleh melalui perbincangan
informal antara relawan dengan relawan, antara relawan dengan staf, atau antar staf. Dalam perbincangan tersebut muncul pula
sikap-sikap relawan terhadap pekerjaan yang digelutinya. Sedangkan kepuasan tenaga relawan akan diperoleh apabila
keinginan dan kebutuhannya untuk aktif di lembaga MCR ini dapat terpenuhi. Kepuasan tenaga relawan ini
1. Beberapa relawan mengungkapkan rasa puasnya dapat terlibat dalam organisasi MCR. Setelah melalui tahapan seleksi yang
mesti dilalui, kemudian mereka dapat diterima di lembaga MCR membuat
mereka bangga,
menyisihkan calon
lainnya. Sedangkan mereka yang tidak diterima sebagai relawan di MCR
204
merasa kecewa, tetapi mereka dapat beraktivitas dalam berbagai kegiatan di MCR sebagai partisipan. Penyebutan ‘relawan’ dan
‘partisipan’ sebenarnya hanya dibedakan pada peroleh reward uang pengganti transport. Para relawan memperoleh reward
sedangkan partisipan tidak; relawan memiliki kewajiban untuk hadir di MCR minimal 12 jam per minggu sedangkan partisipan
tidak. Namun begitu partisipan yang ikut dalam aktivitas keseharian akan diperlakukan sama dengan relawan lainnya.
2. Relawan merasa puas apabila mereka dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang
ada. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh relawan dapat tersalurkan melalui berbagai kegiatan yang ada. Dana
kemampuan tersebut makin terlatih melalui berbagai kegiatan tersebut.
3. Puas dapat melakukan kegiatan pertolongan kepada remaja, sekaligus menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka peroleh dari pelatihan dan bangku kuliah. 4. Walaupun terdapat reward materi dalam bentuk uang, yang lebih
tepat apabila dikatakan sebagai uang pengganti transport, para relawan bukan memperoleh kepuasan reward tersebut.
Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa selain persoalan pendidikan dan pelatihan tenaga relawan di MCR-PKBI
Provinsi Jawa Barat, adalah bagaimana kebijakan MCR-PKBI dalam
205
mengikat para relawannya untuk tetap aktif di MCR, selain dengan kegiatan pelatihan dan ‘diikat kontrak’. Hal ini perlu dilakukan guna
mencegah ‘drop out’ tenaga relawan, dan memperpanjang keterikatan tenaga relawan terhadapMCR-PKBI. Apabila dikaitkan dengan latar
belakang motivasi relawan yang beragam Bab IV, maka perlu kiranya dilakukan upaya pengembangan lebih lanjut berkaitan dengan
pemeliharaan motivasi yang tidak bertentangan dengan tujuan dan misi lembaga tersebut,
Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Penelitian dan Pembahasan Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Relawan MCR-PKBI Propinsi Jawa Barat.
No Identifikasi masalah
Ringkasan hasil penelitian 1. Informasi pertama relawan
mengenal MCR-PKBI −
dari teman −
media tertulis −
mencari tahu sendiri 2. Jenis pendidikan dan
pelatihan −
Pelatihan dasar, materinya adalah: PKBILSM,
kerelawanan, konsep
proyek, peer educator, kespro, dasar- dasar
konseling dan
kode etik,
komunikasi interpersonal, manajemen konseling, teknik-teknik KIE dan POA
− Pelatihan lanjutan materinya sama
dengan pelatihan
dasar, hanya
lanjutan −
Pelatihan pengayaan
pendalaman materi, bebas
− Pelatihan khusus materinya khusus,
seperti pelatihan
event organizer,
sablon, 3. Tujuan pendidikan dan
pelatihan −
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan para relawan peserta
untuk dapat berperan sebagai peer educator dan konselor dalam kesehatan
206 reproduksi.
− Tujuan khususnya, 1 para relawan
mampu memahami konsep PKBILSM, kerelawanan, konsep proyek, peer
educator, kespro,
dasar-dasar konseling dan kode etik, komunikasi
interpersonal, manajemen konseling, teknik-teknik KIE; 2 peserta mampu
melaksanakan PE; 3 peserta mampu menyusun POA.
− Tujuan lainnyapihak MCR-PKBI ingin
memperoleh sumber daya relawan yang berkualitas
4. Fasilitator pelatihan −
berasal dari dalam dan luar MCR-PKBI −
gaya fasilitator yang disukai oleh peserta relawan adalah yang santai,
lugas, tidak kaku dalam penyampaian materi, dan suka humor.
5. Metode pendidikan dan pelatihan
− memanfaatkan teknik-teknik: ceramah,
diskusi, bahas kasus, permainan peran, simulasi, teknik ice breaking, FDG
focus group discussion.
6. Waktu pendidikan dan pelatihan
− 2-3 hari untuk pendidikan dasar, dari
pukul 08.00
– 16.30.,
yang diselenggarakan 1 satu kali selama
setahun. −
Pelatihan lanjutan dibutuhkan 1-2 hari, pukul 08.00-16.30, setelah pelatihan
dasar. −
Pelatihan pengayaan diselenggarakan secara berkala, 1-2 bula sekali.
− Pelatihan khusus sifatnya insidental
7. Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan
− prasarana: gedung dan ruang pelatihan
− sarana
dan peralatan;
overhead projector OHP, flipchart, model peraga
anatomi kesehatan reproduksi, slide,
207 film, video, kertas plano, ATK dan
sound system 8. Evaluasi pendidikan dan
pelatihan −
belum pernah
dilakukan secara
menyeluruh. −
pre-test dan postes, dilakukan saat pelatihan
− tidak terdapat indikator atau tolok ukur
yang jelas mengenai keberhasilan pendidikan dan pelatihan.
9. Manfaat pendidikan dan pelatihan
− materi
pelatihan bermanfaat
bagi pelaksanaan tugas relawan dalam
membantu staf di masing-masing divisi. 10. Motivasi Relawan
− beragam motivasi yang dimiliki oleh
para relawan.
Selanjutnya dengan kerangka yang telah dikemukakan terdahulu dalam Bab II mengenai tahapan atau proses pendidikan dan
pelatihan, dimana pendapat Soedjana dijadikan landasan analisis proses pendidikan dan pelatihan di Mitra Citra Remaja MCR PKBI
Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka proses pendidikan dan pelatihan tenaga relawan dapat
digambarkan sebagai berikut:
208
Bagan 5.1. Proses Pendidikan dan Pelatihan di Mitra Citra Remaja MCR-PKBI Propinsi Jawa Barat
Informasi Awal MCR-PKBI:
Teman, media cetak, ikut kegiatan, dll.
Menjadi Relawan MCR-PKBI
kontrak
Pelatihan Dasar:
Setiap relawan wajib mengikuti pelatihan dasar
Relawan ke masing-masing Divisi di MCR-PKBI
sesuai minat dan latar belakang
Pelatihan Lanjutan Pelatihan Pengayaan
enrichment
Pelatihan Khusus
insidental
Identifikasi Kebutuhan pelatihan:
1. Turn-over relawan tinggi 2. Pencapaian tujuan MCR-PKBI
3. Latar belakang relawan yang beragam
Manfaat Pendidikan dan pelatihan
Hambatan-hambatan:
1. Tidak terdapat divisi diklat secara khusus di MCR-PKBI 2. Anggaran terbatas
3. Lemahnya sosialisasi kegiatan MCR 4. Variasi jenis pelatihan dan metode masih terbatas
5. Lemahnya evaluasi program pelatihan 6. Tingkat turn-over masih tinggi
209
Dalam bagan 5.1. juga terlihat berbagai hambatan dan kelemahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
di Mitra Citra Remaja MCR-PKBI Propinsi Jawa Barat. Beberapa kelemahan tersebut antara lain, tidak terbatasnya divisi yang
menangani secara khusus pendidikan dan pelatihan, lemahnya anggaran juga merupakan hambatan bagi pengurus MCR untuk
mengembangkan dan
menyelenggarakan diklat
dengan baik.
Kelemahan lainnya adalah variasi jenis pelatihan, metode dab teknik pelatihan dan masih lemahnya sosialisasi yang berkaitan dengan
berbagai kegiatan di MCR untuk menarik minat target group, yaitu para remaja yang potensial untuk terlibat menjadi volunteer di MCR. Selain
itu, sebagai akibat lanjutan adalah masih tingginya tingkat turn-over relawan lihat Bab I, hal: 8.
210
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI