Penjelasan Five-factor Model of Personality

awal konsensus yang lebih besar dikalangan periset sifat. Konsensus tersebut adalah adanya teori big five atau model lima faktor. Banyak peneliti yang sekarang setuju bahwa perbedaan individual dapat diorganisir dalam lima dimensi yang luas dan bipolar McCrae Costa dalam Pervin dkk., 2010. Teori Big five disebut juga dengan five-factor model. Dari aneka teori trait, penelitian ini memilih untuk menggunakan teori trait five-factor model FFM yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dalam Pervin dkk., 2010. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa banyak hal mampu diprediksi dengan trait-trait kepribadian FFM seperti minat kerja dan kinerja, kesehatan, usia serta perawatan psikologis Pervin dkk., 2010. Selain itu, teori FFM juga bersifat human universal karena teori ini konsisten pada budaya yang berbeda Costa McCrae, 1992; De Raad et al., 1998 termasuk di Indonesia Widhiarso, 2004. Yang membedakan teori kepribadian FFM dengan teori kepribadian lain adalah teori kepribadian FFM bergantung pada pengukuran statistik objektif sedangkan teori kepribadian lain teori kepribadian Freud, Jung, dan Rogers dalam Pervin dkk., 2010 sangat bergantung pada intuisi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, penelitian ini menggunakan teori kepribadian FFM.

2. Penjelasan Five-factor Model of Personality

McCrae dan John 1992 menjelaskan five-factor model FFM sebagai sebuah kesepakatan di antara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor dasar kepribadian. Kelima faktor tersebut terdiri dari Opennes to Experience O, Conscientiousness C, Extraversion E, Agreeableness A dan Neuroticism N. Untuk memudahkan mengingatnya, kelima faktor tersebut disingkat menjadi OCEAN Pervin dkk., 2010. Costa dan McCrae dalam Pervin dkk., 2010 mencoba mendeskripsikan kelima faktor tersebut, termasuk individu yang memiliki tingkatan tinggi atau rendah untuk masing-masing faktor. 1. Opennes to Experience Faktor ini mengindikasikan pencarian proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri. Selain itu, faktor ini juga menunjukkan bagaimana individu menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Terkait dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat opennes tinggi dan opennes rendah. a. Individu dengan tingkat opennes tinggi Individu dengan opennes tinggi memiliki minat yang besar dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu. Individu tersebut cenderung kreatif, orisinil, tidak tradisional, benar-benar sensitif, pintar dan memiliki pandangan luas dan imajinatif. b. Individu dengan tingkat opennes rendah Individu dengan opennes to experience rendah memiliki minat yang sempit terhadap sesuatu, sederhana, konvensional, kurang imajinatif dan kurang analitis 2. Conscientiousness Faktor ini mengindikasikan tingkat organisasi, ketekunan dan motivasi dalam perilaku yang berarah tujuan. Berkaitan dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat conscientiousness tinggi dan conscientiousness rendah. a. Individu dengan tingkat conscientiousness tinggi Individu dengan conscientiousness tinggi adalah individu yang dapat diandalkan, teratur, disiplin, tepat waktu, pekerja keras, rapi, tekun dan teliti serta memiliki ambisi yang tinggi. Selain itu, individu tersebut cenderung mendengarkan kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam cara yang terarah. Individu dengan conscientiousness tinggi juga memiliki sifat bertanggungjawab, kuat bertahan, dan berorientasi pada prestasi Robbins dalam Mastuti, 2005 b. Individu dengan tingkat conscientiousness rendah Individu dengan conscientiousness rendah adalah individu yang cenderung kurang teratur, tidak dapat dipercaya, malas, ceroboh dan sembrono, serta memiliki kemauan yang lemah. 3. Extraversion Faktor ini menunjukkan kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal individu, tingkat aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapatkan dukungan, dan kapasitas untuk menikmati kebahagiaan. Faktor ini juga menunjukkan tingkat kesenangan individu dalam menjalin hubungan. Terkait dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat extraversion tinggi dan extraversion rendah. a. Individu ekstravert tingkat extraversinya tinggi Individu ekstravert cenderung mudah bersosialisasi, aktif, bersemangat, talkative, memiliki emosi yang positif, antusias, optimis, fun loving, dan affectionate. Selain itu individu tersebut cenderung ramah, terbuka dan memiliki banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati hubungan. b. Individu introvert tingkat extraversinya rendah Individu yang introvert cenderung menahan diri, bijaksana, berorientasi pada tugas, pendiam, tenang dan pemalu. Selain itu, individu yang introvert juga lebih senang dengan kesendirian dan memiliki hubungan yang lebih sedikit dengan dunia luar. 4. Agreeableness Faktor ini mengindikasikan individu yang berhati lembut dan patuh pada orang lain dengan individu yang kejam dan tidak patuh pada orang lain Costa McCrae dalam Pervin dkk., 2010. Terkait dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat agreeableness tinggi dan agreeableness rendah. a. Individu dengan tingkat agreeableness tinggi Individu dengan agreeableness tinggi memiliki sifat lebih mudah percaya pada orang lain, suka menolong, pemaaf, jujur, kooperatif dan apa adanya. Selain itu, individu juga cenderung lembut, ramah dan dipercaya oleh orang lain. Akan tetapi, individu dengan agreeableness tinggi cenderung mudah tertipu atau mudah terbujuk oleh orang lain. b. Individu dengan tingkat agreeableness rendah Individu dengan agreeableness rendah memiliki sifat kasar, suka mencurigai, tidak kooperatif, pendendam, kejam dan pemarah. Selain itu, individu tersebut juga cenderung suka memanipulasi dan lebih memusatkan perhatian pada kebutuhannya sendiri daripada kebutuhan orang lain. 5. Neuroticism Faktor ini menunjukkan kestabilan dan ketidakstabilan emosi pada individu. Faktor ini juga mengidentifikasi kecenderungan individu untuk mudah mengalami stres atau tertekan secara psikologis, memiliki ide-ide yang kurang realistis, dan memiliki respon coping yang maladaptif. Berkaitan dengan faktor ini, individu dapat dikelompokkan menjadi individu yang memiliki tingkat neuroticism tinggi dan neuroticism rendah. a. Individu dengan tingkat neuroticism tinggi Individu dengan neuroticism tinggi memiliki kemantapan emosional yang negatif sehingga individu cenderung merasa dirinya tertekan, gelisah, khawatir, gugup, merasa tidak aman dan memiliki rasa cemas yang berlebihan. b. Individu dengan nilai neuroticism rendah Individu dengan neuroticism rendah memiliki kemantapan emosional positif sehingga individu cenderung memiliki perasaan tenang, santai, tidak emosional, tabah, merasa aman, dan puas terhadap diri sendiri.

3. Faset dalam Kepribadian Five-Factor Model.