55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, hasil penelitian dan pembahasan.
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis tanggal 5 - 7 Maret 2013. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala A skala dimensi
kepribadian five-factor model dan skala B skala coping yang terdiri dari engagement dan disengagement coping. Skala yang diberikan subjek diatur
dengan urutan skala A-B dan skala B-A. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya eror karena jumlah item yang cukup banyak. Peneliti
memberikan skala kepada 71 subjek.
B. DESKRIPSI SUBJEK
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 71 remaja yang terdiri dari 25 remaja laki-laki dan 46 remaja perempuan. Subjek penelitian sebagian besar
berusia 17 tahun. Data lain yang berkaitan dengan keadaan diri subjek tidak dikumpulkan oleh peneliti.
Tabel 10 Deskripsi Subjek Penelitian
Usia tahun 16
17 18
Total Laki-laki
19 6
25
Perempuan 1
37 8
46
71 2.
Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data digunakan untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan data penelitian yang menggambarkan tanggapan subjek
terhadap variabel penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan Mean Teoritis MT dan Mean Empiris ME.
Penghitungan untuk mengetahui besar MT menggunakan rumus sebagai berikut:
2
MT
item jumlah
x tertinggi
skor item
jumlah x
terendah skor
Sedangkan Mean
Empiris diperoleh
dengan perhitungan
menggunakan One Sample t- test. Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah tabel rangkuman data penelitian:
Tabel 11 Deskripsi Data Penelitian
Variabel N
Min. t Max. t Min. E Max. E
Mean teoritis
Mean empiris
X1
71 23
92 60
92 58
71.690
X2
71 27
108 60
106 67
78.985
X3
71 22
88 51
86 55
65.450
X4 71
22 88
53 83
55 64.056
X5 71
24 96
32 79
60 59.591
Y1 71
10 40
22 38
25 32.070
Y2 71
16 64
31 53
40 43.788
Keterangan : a.
X : Variabel bebas, yaitu faktor kepribadian FFM X1 : Opennes to experience
X2 : Conscientiousness X3 : Extravertion
X4 : Agreeableness X5 : Neuroticism
b. Y : Variabel tergantung, yaitu coping
Y1 : Engagement coping Y2 : Disengagement coping
c. N : Jumlah subjek penelitian
d.
Skor Min. t : skor paling rendah yang diperoleh subjek pada skala
e. Skor Max.t : skor paling tinggi yang diperoleh subjek pada skala
f. Skor Min. E : skor paling rendah yang diperoleh subjek penelitian
g. Skor Max. E : skor paling rendah yang diperoleh subjek penelitian
h. Mean teoritis : rata-rata skor alat ukur dan diperoleh dari angka
yang menjadi titik tengah alat ukur
i. Men empiris : rata-rata skor data penelitian yang diperoleh dari
angka yang merupkan rata-rata hasil penelitian
j. SD : standar deviasi, menunjukkan variasi jawaban subjek
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel bebas
opennes to experience, conscientiousness, extravertion dan agreeableness memiliki mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritisnya. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek cenderung memiliki tingkat opennes to experience, conscientiousness, extravertion dan agreeableness yang tinggi. Sedangkan
variabel neuroticism diketahui bahwa mean empiris lebih kecil daripada mean teoritis yang menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat neuroticism yang
rendah. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa kedua variabel tergantung memiliki mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritisnya. Meskipun
demikian, selisih antara mean empiris dan teoritis paling besar terdapat pada engagement coping.
C. HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan analisis data untuk uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas, uji
linearitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas Santoso, 2010.
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data yang
diperoleh bersifat normal atau tidak Santoso, 2010. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
pada program SPSS for windows versi 16.0. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai p 0.05
Tabel 12 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kolmogorov-Smirnov p 2-tailed
Engagement coping 1.086
0.189 Disengagement coping
0.845 0.472
Opennes to experience 1.053
0.217 Conscientiousness
1.200 0.112
Extravertion 0.930
0.352 Agreeableness
1.121 0.162
Neuroticism 0.985
0.286 Berdasarkan hasil di atas, semua variabel memiliki probabilitas
lebih besar dari 0,05 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data dianggap normal.
b. Uji linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linear atau tidak Santoso, 2010. Variabel-variabel tersebut dikatakan linear apabila
memenuhi syarat p 0,05. Pengujian linearitas menggunakan test for linearity dalam SPSS versi 16.0 for windows. Ringkasan hasil uji linearitas
adalah sebagai berikut : Tabel 13
Uji Linearitas Test for Linearity
F Sig
OpennesEngagement 9.269
0.004 ConscientiousnessEngagement
19.431 0.000
ExtravertionEngagement 44.512
0.000 AgreeablenessEngagement
11.783 0.001
NeuroticismEngagement 23.325
0.000 OpennesDisengagement
18.482 0.000
Conscientiousness Disengagement 16.50
0.000
Extravertion Disengagement 23.932
0.000 Agreeableness Disengagement
11.857 0.001
Neuroticism Disengagement 9.007
0.005 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua memiliki taraf
signifikansi p 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat linear antara faktor kepribadian five-factor model
dengan engagement dan disengagement coping.
c. Uji heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi ganda perlu diuji terkait sama atau
tidaknya varians dari residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika residualnya memiliki varians yang sama disebut terjadi
Homoskedstisitas. Apabila
variansnya bebeda
maka terjadi
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas Santoso, 2010; Sunyoto, 2010. Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan teknik uji koefisien Spearman’s rho oleh SPSS versi 16.0 for windows. Hasil uji
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Tabel 14
Uji Heteroskedastisitas Faktor Kepribadian- Engagement Coping Error Term
Spearman’s rho
X1 Opennes
to expeience
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N -.128
.287 71
X2 Conscientiousness Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.118 .328
71
X3 Extraversion Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.134 .266
71
X4 Agreeableness Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.179 .134
71
X5 Neuroticism Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
-.119 .322
71
Tabel 15 Uji Heteroskedastisitas Faktor Kepribadian–Disengagement Coping
Error Term Spearman’s
rho X1
Opennes to
expeience Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.172 .151
71
X2 Conscientiousness Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N .123
.307 71
X3 Extraversion Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.099 .411
71
X4 Agreeableness Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.214 .073
71
X5 Neuroticism Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.067 .581
71
Dari kedua tabel di atas, semua memiliki signifikansi di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bawa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik sehausnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya multikolonieritas yaitu dengan cara melihat nilai tolerance yang mendekati
1 dan nilai variance inflation factor VIF di sekitar angka 1 Santoso, 2010. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan uji multikolinieritas.
Tabel 16 Uji Multikolinieritas Model Regresi Y1 dan Model Regresi Y2
Mode1 Collinearity Statictics
Tolerance
VIF Model Y1
Engagement coping
Constant X1Opennes to experience
.795 1.257
X2 Conscientiousness .824
1.214 X3 Extraversion
.868 1.153
X4 Agreeableness .860
1.163 X5 Neuroticism
.808 1.238
Model Y2 Disengagement
coping Constant
X1 Opennes to experience .795
1.257 X2 Conscientiousness
.824 1.214
X3 Extraversion .868
1.153 X4 Agreeableness
.860 1.163
X5 Neuroticism .808
1.238
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa kedua model memiliki nilai tolerance yang mendekati 1 dan nilai VIF di sekitar angka 1. Hal ini
menunjukkan tidak adanya multikolinieritas pada model regresi.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Analisis data dibagi
menjadi dua model yaitu model 1 untuk melihat pengaruh masing-masing faktor kepribadian FFM pada engagement coping. Sedangkan model 2 untuk
melihat pengaruh
masing-masing faktor
kepribadian FFM
pada disengagement coping.
a. Model 1 Tabel 17
Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Engagement Coping
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Correlations
B Std. Error
Beta
Zero-order Partial
Part
1Constant 2.641
4.573 .577 .566
opennes .104
.035 .223
2.983 .004 .343
.347 .199
constientiousness .108
.027 .297
4.036 .000 .449
.448 .269
extravesion .211
.033 .455
6.351 .000 .585
.619 .423
agreeableness .098
.037 .191
2.649 .010 .354
.312 .177
neuroticism -.112
.026 -.324
-4.371 .000 -.518
-.477 -.291
a.
Dependent Variable:engagement
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi : Y
1
= 2,641+ 0,104 X
1
+0,108 X
2
+0,211 X
3
+0,098 X
4
- 0,112 X
5
Y
1
adalah prediksi engagement coping dengan menggunakan
informasi dari kelima variabel independen. Konstanta dalam persaman regresi
di atas sebesar 2,641. Sedangkan nilai beta pada masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan variabel X sebesar
satu satuan, maka Y
1
akan meningkat sebesar nilai beta pada masing-masing X. Untuk mengetahui kontribusi masing-masing variable independen
pada engagement coping dapat dilihat pada nilai correlations partial. Nilai R pada X
1
sebesar 0,347 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,120. Hal ini menunjukkan bahwa opennes to experience berpengaruh pada engagement
coping sebesar 12 . Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat openness to experience maka semakin tinggi tingkat engagement
coping. Nilai probabilitas variabel openness to experience adalah 0,004 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor opennes to experience
berpengaruh secara signifikan pada engagement coping remaja. Nilai R pada X
2
sebesar 0,448 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa conscientiousness berpengaruh pada engagement
coping sebesar 20 . Semakin tinggi tingkat conscientiousness, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel conscientiousness
adalah 0,000 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor conscientiousness berpengaruh secara signifikan pada engagement coping
remaja. Sedangkan nilai R pada X
3
sebesar 0,619 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,383. Hal ini menunjukkan bahwa faktor extraversion berpengaruh
pada engagement coping sebesar 38,3 . Semakin tinggi tingkat extravertion remaja, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel
extravertion adalah 0,000 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor extravertion berpengaruh secara signifikan pada engagement coping
remaja. Sedangkan nilai R pada faktor agreeableness X
4
sebesar 0,98 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,097. Hal ini menunjukkan bahwa faktor agreeableness berpengaruh pada engagement coping sebesar 9,7. Semakin
tinggi tingkat agreeableness remaja, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel agreeableness adalah 0,010 p 0,05. Dengan
demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor agreeableness berpengaruh signifikan pada engagement coping remaja.
Nilai R pada X
5
sebesar -0,477 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,228. Hal ini menunjukkan bahwa neuroticism berpengaruh negatif pada
engagement coping sebesar 22,8 . Semakin tinggi tingkat neuroticism remaja, semakin rendah tingkat engagement coping. Nilai pobabilitas variabel opennes
to experience adalah 0,000 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor neuroticism berpengaruh signifikan pada engagement coping
remaja.
b. Model 2 Tabel 18
Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Disengagement Coping
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Correlations
B Std. Error
Beta Zero-order
Partial Part
1Constant 103.301
.831 11.697
.000 opennes
.308 068
-.392 -4.554
.000 .460
.492 -.349
constientiousnes .144
.052 -.236
-2.794 .007
-.430 -.327
-.214 extravesion
.244 .064
-.313 -3.796
.000 -.467
.426 -.291
agreeableness .264
.071 -.307
-3.705 .000
-.382 .418
-.284 neuroticism
.114 .049
.198 2.316
.024 .368
.276 .178
a. DependentVariable:
disengagement
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi : Y2 = 103,301 – 0,308X1 – 0,144X2 – 0,244X3 – 0,264X4 + 0,114X5
Y
2
adalah prediksi disengagement coping dengan menggunakan
informasi dari kelima variabel independen. Konstanta dalam persaman regresi di
atas sebesar 103,301. Sedangkan nilai beta pada masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan variabel X sebesar
satu satuan, maka Y
2
akan meningkat sebesar nilai beta pada masing-masing X.
Nilai R pada X
1
sebesar -0,492 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,242. Hal ini menunjukkan bahwa opennes to experience berpengaruh negatif pada
disengagement coping sebesar 24,2 . Semakin tinggi tingkat openness to experience, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas
variabel opennes to experience adalah 0,000 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor opennes to experience berpengaruh secara
signifikan pada disengagement coping remaja.
Nilai R pada X
2
sebesar -0,327 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,106. Hal ini menunjukkan bahwa conscientiousness berpengaruh negatif pada
disengagement coping sebesar 10,6. Semakin tinggi tingkat conscientiousness remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel
conscientiousness adalah 0,007 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor conscientiousness berpengaruh secara signifikan pada disengagement
coping remaja. Nilai R pada X
3
sebesar -0,426 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,181. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi extraversion berpengaruh negatif pada
disengagement coping sebesar 18,1 . Semakin tinggi tingkat extravertion remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel
extravertion adalah 0,000 p 0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor extravertion berpengaruh secara signifikan pada disengagement coping
remaja. Sedangkan nilai R pada faktor agreeableness X
4
sebesar -0,418 sehingga nilai R
2
sebesar 0,174. Hal ini menunjukkan bahwa faktor agreeableness berpengaruh negatif pada disengagement coping sebesar 17,4 . Semakin tinggi
tingkat agreeableness remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel agreeableness adalah 0,000 p 0,05. Dengan
demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor agreeableness berpengaruh signifikan pada disengagement coping remaja.
Nilai R pada X
5
sebesar 0,276 sehingga didapat nilai R
2
sebesar 0,076. Hal ini menunjukkan bahwa neuroticism berpengaruh pada engagement coping
sebesar 7,6 . Semakin tinggi tingkat neuroticism, semakin tinggi tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel neuroticism adalah 0,000 p
0,05. Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor neuroticism berpengaruh signifikan pada disengagement coping remaja.
D. PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa masing-masing faktor kepribadian FFM memberikan pengaruh yang signifikan pada engagement coping dan
disengagement coping. Ditinjau dari nilai R
2
pengaruh dari masing-masing faktor kepribadian FFM pada engagement dan disengagement coping cenderung kecil.
Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi penggunaan coping selain faktor kepribadian. Faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini antara lain karakteristik situasional, faktor lingkungan dukungan sosial dan perbedaan individu seperti jenis kelamin dan tingkat
perkembangan kognitif individu Parker dalam Kertamuda Herdiansyah, 2009. Dari kelima faktor kepribadian, faktor opennes to experience
memberikan pengaruh negatif paling besar sebanyak 24,2 pada disengagement coping. Remaja dengan tingkat opennes to experience tinggi memiliki kepribadian
imajinatif, kreatif dan berorientasi dengan kegiatan atau ide-ide baru. Dengan kecenderungan sifat–sifat tersebut, remaja opennes to experience tinggi memiliki
pertimbangan perspektif-perspektif baru untuk mengadapi dan mengatasi sumber masalahnya. Dapat dikatakan bahwa semakin remaja memiliki banyak
pengalaman, pengetahuan, dan ide-ide baru, maka semakin ia lebih mampu untuk
terlibat dalam penyelesaian masalah sehingga meminimalisir dalam penggunaan strategi disengagement coping.
Selain itu, faktor extravertion memberikan kontribusi paling besar pada engagement coping sebanyak 38,3. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
extravertion berpengaruh positif cukup kuat pada engagement coping. Remaja ekstrovert cenderung memiliki emosi positif, asertif, tingkat aktivitas dan
sosialisasi yang tinggi. Dengan kecenderungan yang asertif dapat memberikan energi untuk memulai dan bertahan dalam pemecahan masalah. Emosi yang
positif juga memfasilitasi individu dalam meresrukturisasi kognitif dan dukungan sosial yang kuat. Dapat dikatakan bahwa semakin remaja memiliki emosi yang
positif, asertif dan tingkat sosialisasi yang tinggi, semakin remaja lebih mampu, bersemangat dan berantusias dalam meyelesaikan masalahnya sehingga
memfasilitasi dalam penggunaan strategi engagement coping. Faktor neuroticism merupakan satu-satunya faktor kepribadian yang
memiliki pengaruh negatif pada engagement coping dan berpengaruh secara positif pada disengagement coping. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Friedman-Wheeler 2008
menunjukkan bahwa
kepribadian neurotic
memfasilitasi penggunaan disengagement coping. Remaja berkepribadian neurotic cenderung mengalami kesedihan, ketakutan dan kecemasan dalam
menghadapi sesuatu. Selain itu, remaja neurotic juga cenderung sulit untuk berpikir positif. Sulitnya berpikir positif menyebabkan remaja sulit untuk
merekonstruksi pikiran dalam menghadapi masalah. Semakin remaja didominasi oleh rasa sedih, takut, cemas dan pemikiran negatif, maka ia semakin sulit untuk
terlibat dalam penyelesaian masalahnya. Hal ini memfasilitasi remaja untuk lebih menggunakan strategi-strategi disengagement coping seperti menghindar ataupun
berfantasi dalam menghadapi masalahnya. Penelitian ini memiliki keterbatasan berkaitan dengan alat ukur
kepribadian FFM. Peneliti mengadaptasi skala yang diperoleh dari IPIP website dengan memilih item secara acak dan tidak mempertimbangkan dasar pemilihan
item. Prosedur tersebut kurang dianjurkan dalam mengadaptasi item skala penelitian.
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data pengaruh masing-masing faktor kepribadian five-factor model pada engagement coping adalah sebagai berikut:
1. Faktor opennes to experience berpengaruh positif dan signifikan pada engagement coping dengan
nilai R
2
sebesar 0,120 dan nilai signifikansi 0,004 p 0,05.
2. Faktor conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan pada engagement coping dengan
nilai R
2
sebesar 0,20 dan nilai signifikansi 0,000 p 0,05.
3. Faktor extravertion berpengaruh positif dan signifikan pada engagement coping dengan
nilai R
2
sebesar 0,383 dan nilai signifikansi 0,000 p 0,05.
4. Faktor agreeableness berpengaruh positif dan signifikan pada engagement coping dengan
nilai R
2
sebesar 0,097 dan nilai signifikansi 0,010 p 0,05.
5. Faktor neuroticism berpengaruh negatif dan signifikan pada engagement coping dengan
nilai R
2
sebesar -0,228 dan nilai signifikansi 0,000 p 0,05.