ANALISIS TAMBAHAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

73 Tabel 18. Sumbangan kelekatan terhadap ibu pada stres terkait cognitive apprasial Model R R Square Adjusted R Sqaure Std. Error of the Estime Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .247 a .061 .050 3.336 .061 5.507 3 254 0.001 1.956 Untuk dapat melihat sumbangan atau koefisien determinasi yang diberikan oleh variabel kelekatan terhadap ibu pada stres terkait cognitive appraisal , maka dapat dilihat analisis korelasi antara variabel kelekatan terhadap ibu Y dengan konstruk stres terkait cognitive appraisal Y’, dimana rumus untuk mencari Y’ adalah sebagai berikut : Y’ =  + 1X1 + 2X2 + 3X3. Kemudian dijelaskan bahwa X1 = nilai aspek trust, X2 = nilai aspek communication, dan X3 = nilai aspek alienation. Dari hasil analisis didapatkan hasil RYY’ = 0.247 dan R 2 RYY’ 2 = 0.061. Nilai tersebut memiliki arti bahwa koefisien determinasi R 2 dari variabel kelekatan terhadap ibu pada konstruk stres terkait cognitive appraisal adalah sebesar 0.061 6.1. Hal ini menujukkan adanya sumbangan efektif dari variabel kelekatan terhadap ibu sebesar 6.1. pada konstruk stres sebagai stimulus pada mahasiswa perantau. Itu juga berarti ada sumbangan 93.9 yang berasal dari variabel lain. Berdasarkan ketiga hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya sumbangan efektif variabel kelekatan terhadap ibu sebesar 4.8 pada stres 74 sebagai respons, 13.6 pada stres sebagai stimulus, dan 6.1 pada stres terkait cognitive appraisal pada mahasiswa perantau. Hal ini juga memiliki arti bahwa sumbangan sisanya berasal dari variabel lain.

G. PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antar kelekatan terhadap ibu dengan tingkat stres pada mahasiswa perantau. Lebih jauh lagi peneliti ingin melihat hubungan antara kelekatan terhadap ibu dengan stres yang diwakili oleh tiga konstruk, yaitu stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal . Berdasarkan hasil analisis statistik uji hipotesis menggunakan teknik korelasi Product Moment melalui program Windows SPSS versi 16.00 diperoleh koefisien korelasi masing-masing sebesar -0.192 untuk korelasi antara kelekatan terhadap ibu dengan konstruk stres sebagai respons, lalu sebesar -0.356 untuk korelasi antara kelekatan terhadap ibu dengan konstruk stres sebagai stimulus, dan sebesar -0.140 untuk korelasi antara kelekatan terhadap ibu dengan stres terkait cognitive appraisal. Ketiga hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara kelekatan terhadap ibu dengan tingkat stres, yaitu jika kelekatan terhadap ibu tinggi maka tingkat stres menjadi rendah, dan begitu juga terjadi sebaliknya. Dari hasil korelasi, terlihat bahwa hubungan korelasi paling tinggi terdapat pada kelekatan terhadap ibu dengan tingkat stres sebagai stimulus. Hal ini memiliki arti bahwa hubungan paling kuat dimiliki antara kedua variabel ini. Stres sebagai stimulus berfokus kepada kejadian-kejadian yang 75 penuh dengan tekanan. Maka dari itu, dapat diartikan bahwa semakin tinggi kelekatan aman dengan ibu, semakin rendah kejadian-kejadian yang penuh dengan tekanan dialami oleh mahasiswa perantau. Menurut Lazarus dan Folkman 1984 pada umumnya orang lebih cenderung fokus pada kejadian atau keadaan yang menimbulkan stres, dari pada respon atau penilaian terhadap kejadian tersebut. Kemudian melalui metode korelasi Product Moment, peneliti juga melihat hubungan di antara ketiga aspek dari kelekatan terhadap ibu trust, communication , alienation dengan masing-masing konstruk stres. Aspek trust dengan tiga konstruk stres, menghasilkan nilai korelasi sebagai berikut; sebesar -0.174 dengan stres sebagai respons, nilai korelasi -0.368 dengan stres sebagai stimulus, dan -0.203 dengan stres terkait cognitive appraisal. Masing- masing didukung oleh nilai p 0.05. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa aspek trust memiliki korelasi yang negatif dengan stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal. Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat trust terhadap ibu dalam diri mahasiswa perantau, maka tingkat stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal cenderung rendah. Trust atau kepercayaan yang dimaksud adalah perasaan yakin bahwa sosok ibu akan selalu ada dan membantu saat menghadapi masalah Armsden Greenberg, 1987. Selanjutnya pada remaja, kepercayaan ini akan digeneralisir kepada teman sebaya. Maka dari itu, keyakinannya akan berubah bahwa saat 76 menghadapi masalah pasti akan sosok teman yang membantu sehingga stres yang dirasakan cenderung rendah. Aspek communication dengan tiga konstruk stres, menghasilkan nilai korelasi sebagai berikut; sebesar -0.106 dengan stres sebagai respons, nilai korelasi -0.220 dengan stres sebagai stimulus, dan -0.125 dengan stres terkait cognitive appraisal . Masing-masing didukung oleh nilai p 0.05. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa aspek communication memiliki korelasi yang negatif dengan stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal . Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat communication terhadap ibu pada mahasiswa perantau, maka tingkat stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal cenderung rendah. Komunikasi yang dimaksud adalah intensitas komunikasi yang dibangun terhadap ibu Armsden Greenberg, 1987. Pada lingkup mahasiswa perantau, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan telepon atau pesan elektrik. Mahasiswa perantau dapat menceritakan permasalahan yang dihadapi di tempat perantauan, sehingga beban yang dirasakan cenderung berkurang karena mendapatkan solusi dari ibu atau orangtua. Aspek alienation atau keterasingan, menghasilkan nilai korelasi sebagai berikut; sebesar sebesar 0.114 dengan stres sebagai respons, nilai korelasi 0.296 dengan stres sebagai stimulus, dan 0.136 dengan stres terkait cognitive appraisal . Masing-masing didukung oleh nilai p 0.05. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa aspek alienation memiliki korelasi yang positif 77 dengan stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal . Hal ini memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat alienation terhadap ibu pada mahasiswa perantau, maka tingkat stres sebagai respons, stres sebagai stimulus, dan stres terkait cognitive appraisal cenderung tinggi juga. Alienation atau keterasingan yang dimaksud adalah perasaan kurang mendapat perhatian atau cenderung tidak diacuhkan oleh ibu Armsden Greenberg, 1987. Dampak dari keterasingan ini membuat remaja merasa diri tidak berharga, tidak mudah beradaptasi, dan cenderung menolak persahabatan. Pada lingkup mahasiswa perantau, di tempat perantauan akan menghadapi segala masalah sendirian karena tidak mau membangun relasi pertemanan. Selain itu, ketidakmampuan untuk beradaptasi juga dapat memicu tingkat stres yang dimiliki cenderung tinggi. Selain itu, berdasarkan hasil analisis deskriptif data pada 258 subjek penelitian dikatakan bahwa pada variabel kelekatan terhadap ibu, memiliki nilai mean empirik sebesar 93.67 lebih tinggi daripada mean teoritik sebesar 75. Hal ini menunjukkan secara umum subjek penelitian memiliki tingkat kelekatan aman terhadap ibu yang tinggi. Sebaliknya, pada konstruk stres sebagai respons, memiliki nilai mean empirik sebesar 21.9 lebih rendah daripada nilai mean teoritik sebesar 30. Hal ini menunjukkan secara umum tingkat stres sebagai respons pada subjek penelitian cenderung rendah. Hal serupa juga terjadi pada konstruk stres sebagai stimulus, nilai mean empirik sebesar 52.13 lebih rendah daripada nilai mean teoritik sebesar 73.5. Hal ini juga menunjukkan tingkat stres sebagai stimulus pada subjek penelitian 78 cenderung rendah. Pada stres terkait cognitive appraisal memiliki nilai mean empirik sebesar 18.33 lebih rendah daripada nilai mean teoritik sebesar 20. Hal ini menunjukkan tingkat stres terkait cognitive appraisal pada subjek penelitian cenderung rendah juga. Ketiga pernyataan ini didukung pula oleh nilai signifikansi yang diperoleh melalui uji t masing-masing sebesar 0.00 p 0.05. Hasil analisis deskriptif subjek ini juga mendukung hipotesis penelitian, dimana subjek yang memiliki kelekatan aman terhadap ibu yang tinggi cenderung memiliki tingkat stres yang rendah. Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa kelekatan terhadap ibu memiliki hubungan negatif dengan tingkat stres pada mahasiswa perantau. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Li, 2008; Davis, 2012; Petroff, 2008. Individu dengan kelekatan aman merasakan stres yang cenderung rendah. Hal ini sesuai pernyataan yang telah dijelaskan sebelumnya, karena kelekatan terhadap ibu yang dibentuk sejak kecil dan aspek-aspek kelekatan terhadap ibu pada masa remaja trust, communication , alienation membentuk karakteristik seseorang dalam pertahanan terhadap stres. Bowlby 1980 menjelaskan bahwa kelekatan aman terbentuk dari ibu yang responsif, melindungi, dan memberikan rasa aman kepada anak akan menjadi dasar kepercayaan basic trust bahwa dunia adalah tempat aman. Dunia sebagai tempat yang aman akan mendorong anak untuk melakukan eksplorasi secara maksimal dan mudah beradaptasi. Oleh karena itu mahasiswa perantau dengan kelekatan aman tinggi mampu beradaptasi 79 sehingga tingkat stres cenderung rendah. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mary Ainsworth berkaitan dengan strange situation Papalia, Olds Feldman, 19782008. Jika melihat dari perspektif mahasiswa perantau dengan kelekatan aman tinggi akan menganggap bahwa proses meninggalkan rumah dan berpindah ke daerah lain untuk memasuki dunia kuliah sebagai tempat untuk mengeksplorasi dan menguasai lingkungan serta mengembangkan kompetensi sosial. Berdasarkan keyakinan tersebut, maka tingkat stresnya cenderung rendah Kenny, 1987. Sementara itu, mahasiswa perantau dengan kelekatan aman rendah merasa terancam dengan lingkungan baru yang dihadapinya. Hal ini juga diperkuat dengan kemampuan beradaptasi yang kurang baik. Oleh karena itu, mahasiswa perantau dengan kelekatan aman rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi Kenny, 1987. Individu dengan kelekatan aman tinggi cenderung melihat stresor bukan sebagai ancaman dibandingkan individu dengan kelekatan aman rendah Belsky, 2002. Mahasiswa dengan kelekatan aman rendah cenderung menghindari atau membuat jarak dengan masalah. Strategi ini dapat memperburuk tingkat stres karena strategi ini tidak menghilangkan stresor. Sebaliknya, mahasiswa dengan kelekatan aman tinggi cenderung mencari dukungan dan fokus pada masalah, dan umumnya mengarah untuk menyelesaikan masalah sehingga menurunkan tingkat stres. Berdasarkan hasi korelasi Product Moment, dapat dilihat adanya korelasi antara aspek-aspek kelekatan terhadap ibu, yaitu trust, communication, dan