Dampak dari Kelekatan Terhadap Ibu

yang akan dialami oleh mahasiswa perantau meliput faktor kehidupan sehari-hari kesulitan akomodasi, permasalahan keuangan, makanan sehat dan bergizi, faktor sosial budaya diskriminasi, penyesuaian dengan budaya dan normal yang baru, masalah dalam hubungan sosial, faktor psikologis homesickness atau kerinduan terhadap kampung halaman dan kesepian karena jauh dari keluarga.

G. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP IBU DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PERANTAU

Interaksi awal antara anak dan pengasuh adalah inti dari teori kelekatan. Ikatan afektif yang terbentuk antara anak dan pengasuh ini juga merupakan inti dari perkembangan identitas diri, regulasi diri, dan sikap seseorang Bowlby, 1973. Kelekatan lebih umum terjadi pada ibu, karena ibu dianggap sebagai figur yang dapat memberikan kepuasan oral atau kebutuhan akan ASI pada bayi Freud, dalam Santrock 19892002. Bowlby menggambarkan kelekatan sebagai sistem kontrol motivasi yang memiliki tujuan untuk mengusahakan keselamatan dan perasaan aman pada masa bayi dan kanak- kanak melalui hubungan anak dengan ibu Bowlby, 1969. Dalam mengusahakan keselamatan dan perasaan aman, bayi akan menunjukkan perilaku seperti menangis, memanggil, menempel, mencari, dan perilaku lainnya. Perilaku tersebut muncul pada saat terjadi bahaya atau saat bayi merasa stres. Ibu yang rensponsif, akan selalu ada untuk melindungi dan menghibur ketika ancaman atau stresor itu datang. Hal tersebut akan menghasilkan kedekatan serta kontak dengan ibu. Anak yang memiliki orang tua, terutama ibu yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan positif dengan kelekatan yang didasarkan pada rasa percaya trust. Kebutuhan anak yang terpenuhi secara intensif dan konsisten, membentuk kelekatan aman dengan ibu dan juga akan menjadi dasar untuk anak mengembangkan internal working model yang postif di mana anak merasa bahwa dirinya berharga dan diterima Bowlby, 1969, 1973, 1980; Sroufe, 1990. Menurut Bowlby 1973, seorang anak yang tumbuh dengan kelekatan aman memiliki internal working model yang positif sehingga anak memiliki konsep diri, keyakinan, dan kepercayaan dalam dirinya bahwa dia adalah pribadi yang dicintai dan dapat mencintai. Anak dengan pribadi seperti ini cenderung mudah beradaptasi, percaya diri, dan memiliki kemampuan sosial yang baik beranjak dewasa. Secara terus-menerus anak akan mengembangkan model yang serupa dengan dirinya. Oleh karena itu, model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua kepada orang lain, misalnya pada teman sebaya. Anak akan berpendapat bahwa teman adalah orang yang dapat dipercaya Eliasa, 2011. Sebaliknya jika kebutuhan anak tidak terpenuhi dan mendapat penolakan dari orang tua, maka anak akan mengembangkan perasaan curiga mistrust, cemas, sedih, dan rasa marah Bowlby 1969, 1973, 1980. Hal ini akan menjadi dasar terbentuknya internal working model yang negatif dan dapat membuat anak merasa takut serta ragu bahwa ia akan diterima dan didukung oleh sekitarnya Bowlby, 1969, 1973, 1980; Sroufe, 1990. Anak yang tumbuh dengan kecurigaan akan menjadi pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial Eliasa, 2011. Anak yang tumbuh dengan penuh kecemasan seperti ini tidak memiliki konsep diri yang baik, merasa tertolak, cenderung sulit beradaptasi, dan kurang memiliki kemampuan sosial yang baik saat beranjak dewasa. Akibatnya saat anak memasuki tahap baru dalam kehidupan yaitu sebagai remaja yang harus merantau dan terpisah dari keluarga khususnya figur lekat ibu maka remaja cenderung rentan terhadap stres. Proses perpindah remaja sehingga terpisah dengan orang tua dan menjadi mahasiswa perantau, merupakan hal yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mary Ainsworth yaitu strange situation dalam Papaplia, Old, Feldmen, 2008. Remaja dengan kualitas kelekatan aman tinggi menganggap proses meninggalkan rumah dan memasuki dunia kampus sebagai tempat untuk mengeskplorasi dan menguasai lingkungan serta mengembangkan potensi sosial. Sementara itu, remaja dengan kualitas kelekatan aman rendah akan merasa terancam dengan lingkungan barunya Kenny, 1987. Mahasiswa perantau juga akan dihadapkan dengan banyak tantangan yang dapat menjadi stresor yaitu perubahan dari berbagai faktor, meliputi: faktor fisik, biologis, sosial-budaya, psikologis, dan ekonomi Gunarsa, Gunarsa, 2000; Wenhua, Zhe, 2013. Mahasiswa perantau dengan kelekatan aman tinggi dapat beradaptasi dengan baik karena mampu mengeksplorasi