Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan diuraikan oleh peneliti. Enam hal tersebut adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang tidak mudah. Menurut Peter dalam Sudjana, 2000: 15 ada tiga tugas dan tanggungjawab guru, yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator kelas. Tugas dan tanggungjawab guru sebagai pengajar yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan atau materi pelajaran sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkannya sesuai dengan kreativitas siswa. Tanggungjawab guru sebagai pembimbing merupakan tanggungjawab dimana guru membantu masalah siswa yang berhubungan dengan belajarnya dan membantu siswa untuk mengembangkan kepribadian baik siswa. Guru sebagai administrator kelas maka guru yang bertanggungjawab untuk keefektifan kegiatan pembelajaran dan situasi kelas yang kondusif untuk belajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa situasi kelas atau lingkungan pembelajaran yang kondusif akan sangat membantu untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik diperlukan suatu proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari terciptanya iklim kelas yang kondusif. Iklim kelas yang kondusif ditandai dengan adanya perhatian dan keterlibatan yang aktif baik pada pihak guru maupun siswa yang didasari dengan perasaan senang, terbuka dan tanpa adanya rasa takut, serta tidak ada pula tekanan-tekanan yang dilakukan oleh guru kepada siswa-siswanya Maswardi, dalam Aunurahman, 1998. Menarik perhatian dan keterlibatan siswa yang aktif dalam pembelajaran masuk dalam tanggungjawab guru sebagai pengajar. Dalam hal ini, guru dituntut untuk bisa menciptakan suatu kondisi lingkungan yang memungkinkan siswa belajar. Guru bertugas memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah. Sementara siswa harus aktif mencari informasi, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan dan berlatih agar mempunyai kemampuan baru yang bersifat permanen Gora, 2010: 10 Namun demikian, hal ideal seperti dipaparkan di atas belum tentu terjadi di realita pembelajaran yang ada di sekolah, misalnya di SD Negeri Ungaran I. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas VA SD Negeri Ungaran I pada tanggal 18 September 2012, diperoleh keterangan bahwa pembelajaran di kelas VA dirasa kurang kondusif. Menurut beliau, kurang kondusifnya pelaksanaan pembelajaran di kelas VA SD Negeri Ungaran I adalah siswa yang cenderung ramai dan ribut sekali ketika guru sedang menjelaskan. Selain itu, guru juga mengatakan bahwa fasilitas sekolah masih kurang untuk mendukung proses pembelajaran, seperti fasilitas LCD proyektor di kelas. Oleh karena itu, siswa kurang memperhatikan dan kurang melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran dan cenderung sibuk dengan aktifitasnya sendiri. “Biasanya untuk menarik perhatian mereka, saya sesekali menunjuk siswa yang nilainya masih agak kurang dan kurang memperhatikan pada saat saya menjelaskan” jelas guru kelas ketika ditanya bagaimana caranya suapaya siswa bisa terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga mengatakan “Belum lagi mbak, setiap ada guru mapel yang baru pertama masuk di kelas saya, selesai mengajar pasti mengatakan, uedyan tenan pak, kelase ramene pol gila benar pak, kelasnya ramai sekali ”, jelas guru kelas lebih lanjut. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya guru kelas yang merasakan dan menganggap kelas tersebut memiliki tingkat keramaian noise level yang lebih tinggi dari kelas lain guru kelas, komunikasi pribadi, 18 September 2012. Hasil wawancara tersebut ditindaklanjuti dengan kegiatan observasi oleh peneliti. Observasi pertama dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012. Saat itu adalah jam tambahan dari guru dan aktifitas yang dilakukan adalah mengerjakan soal IPS yang didiktekan guru. Pada observasi tersebut, terlihat bahwa siswa yang duduk di bagian belakang lebih sering asyik berbicara dan bercanda dengan teman yang duduk di dekatnya dengan topik di luar pelajaran ketika guru sedang diam atau tidak mebacakan soal. Suara mereka cukup terdengar oleh peneliti dan teman-teman yang lainnya. Ada pula siswa yang terlihat melamun dan tidak mendengarkan atau mengikuti apa yang dikatakan guru, dan dia pada saat itu justru ke belakang dan minum. Sebanyak 5 dari 34 siswa atau 15 juga ada yang menanyakan soal atau petunjuk pengerjaan yang sebenarnya sudah diulang beberapa kali oleh guru. Untuk menenangkan kelas yang dilakukan guru pada saat itu adalah berkata-kata dengan volume yang keras ketika ada siswa yang tidak memperhatikan, ribut dengan suara yang mengganggu, atau banyak bertanya. Observasi kedua yang dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2013. Dalam pelajaran IPS hari ini, materi yang diajarkan adalah tentang perlawanan terhadap penjajah di berbagai daerah. Guru terlihat mendominasi pelajaran. Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi, yaitu ceramah dan tanya jawab. Selama pembelajaran hanya ada dua dari 34 siswa yang berinisiatif bertanya kepada guru. Salah satu pertanyaan, “Pak, kenapa sih, Pattimura punya dua nama, marahimembuat bingung? ”. Kemudian guru menjelaskan, “Pattimura adalah nama yang dikenal ketika ia menjadi tentara Inggris dengan pangkat sersan mayor. Nah, sebelum terkenal dengan nama Kapitan Pattimura, beliau punya nama kecil, yaitu ... ”. “Thomas Matulessy”, jawab siswa yang bertanya. Selain dua siswa yang bertanya, delapan siswa juga menjawab pertanyaan karena ditunjuk oleh guru. Guru menunjuk siswa yang ramai dengan temannya atau yang terlihat melamun dan tidak memperhatikan. Berdasarkan wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa, dan berdasarkan hasil observasi, serta kuesioner maka peneliti melakukan pengkajian diagnostik terhadap suasana kelas ketika proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi. Hasil pengkajian dan refleksi dapat mengidentifikasi gejala kurangnya kualitas proses dan hasil pembelajaran kelas VA SD Negeri Ungaran I disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran IPS di Kelas VA SD Negeri Ungaran I Indikator Deskriptor Keterangan Sumber Data Perhatian Tertarik pada suatu objek Kesukaan terhadap pelajaran IPS Berdasarkan kuesioner dan didukung dengan observasi pembelajaran dan wawancara dengan siswa dan guru diperoleh data bahwa terdapat delapan dari 34 siswa atau 23,52 mengaku cukup menyukai pelajaran IPS lampiran hal. 228-229 23,52 Kuesioner, wawancara siswa, wawancara guru, observasi Ketertarikan terhadap pembelajaran IPS Berdasarkan kuesioner dengan didukung wawancara guru dan siswa diperoleh keterangan bahwa terdapat 11 siswa yang memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran IPS atau sebesar 32,35 lampiran hal.230-231 32,35 Kuesioner, wawancara guru, wawancara siswa Pelibatan reseptor sensori, seperti mata, telinga, kulit peraba Mengarahkan pandangan mata kepada objek guru, teman, bahan ajar Dari kuesioner yang dibagikan untuk data awal dietahui bahwa ada 18 siswa mengaku melihat ke guru ketika guru menjelaskan. Pada saat didukung dengan observasi peneliti menjumpai metode yang digunakan guru adalah ceramah sehingga siswa lebih terlihat pasif dan aktivitas yang mungkin adalah mendengarkan. Selain mendengarkan, terdapat 18 siswa yang membuka buku dan sesekali melihat ke buku IPS lampiran hal.232-233 52,94 Observasi, didukung dengan kuesioner Perhatian terhadap penjelasan guru Berdasarkan kuesioner diketahui bahwa terdapat 14 siswa yang memberi perhatian terhadap penjelasan guru. Didukung dengan wawancara guru yang mengatakan 41,18 Kuesioner didukung dengan Indikator Deskriptor Keterangan Sumber Data kurang dari 50 jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan guru lampiran hal. 234-235. wawancara guru Mencatat materi IPS yang diajarkan Berdasarkan observasi dan hasil kuesioner ditemukan bahwa siswa yang memiliki catatan yang cukup lengkap tentang materi IPS adalah sejumlah 17 siswa atau 50 lampiran hal. 236-237. 50 Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Memusatkan pikiran pada suatu objek Perhatian terhadap materi IPS Berdasarkan kuesioner, wawancara dengan guru dan siswa diperoleh keterangan informasi bahwa terdapat 6 siswa yang perhatian terhadap materi IPS dan mengikuti pembelajaran IPS dengan baik lampiran hal.238-239 . 17,65 Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Pemahaman terhadap materi IPS Berdasarkan kuesioner dan wawancara siswa diperoleh informasi bahwa terdapat 11 siswa yang mengaku memahami materi IPS dan tahu apa yang dipelajari, sedangkan siswa lain mengaku sedikit memahami dan hanya menghafalkan lampiran hal.240-241 . 32,35 Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Keterlibatan Aktif Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaanide dalam diskusi Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaanide dalam diskusi kelas Dalam observasi pembelajaran dijumpai dua siswa yang mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi, sedangkan siswa lain hanya diam, atau bahkan ada yang berbicara dengan teman. 8,82 Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaanide dalam diskusi kelompok Dalam dua kali observasi, metode yang digunakan guru adalah ceramah dan tidak ada diskusi. Siswa juga dalam mengerjakan tugas secara individu. Interaksi yang terjadi hanyalah interaksi untuk kepentingan siswa sendiri yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran. Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Partisipasi siswa dalam menjawab Partisipasi siswa dalam menjawab Siswa yang menjawab pertanyaan dari guru biasanya adalah siswa yang ditunjuk oleh guru. Berdasarkan 41,18 Observasi, wawancara Indikator Deskriptor Keterangan Sumber Data pertanyaan pertanyaan dari guru observasi, diketahui terdapat 12 siswa ditunjuk oleh guru untuk menjawab dan hanya ada dua siswa berinisiatif tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan dari guru. guru,wawancara siswa Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari teman Siswa bekerja secara individu dan guru kurang memfasilitasi menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPS sehingga siswa tidak menanggapi atau menjawab pertanyaan teman kecuali jika ditunjuk guru. Dalam observasi terlihat bahwa guru sempat meminta konfirmasi dari empat teman berkaitan dengan pertanyaan siswa. 11,76 Observasi, wawancara guru,wawancara siswa Interaksi siswa dalam kelompok Interaksi siswa dengan siswa Interaksi antarsiswa yang terkait dengan pembelajaran tidak terjadi karena siswa belajar secara individu. Metode yang digunakan guru adalah ceramah dan tidak ada diskusi. Siswa juga dalam mengerjakan tugas secara individu. Interaksi yang terjadi hanyalah interaksi untuk kepentingan siswa sendiri yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran. Wawancara guru, wawancara siswa, observasi Hasil Belajar Kemampuan kelompok dalam mengerjakan LKS Pada saat observasi, siswa hanya mendengarkan dan guru tidak menyediakan LKS untuk mereka kerjakan yang sesuai dengan materi, kegiatan, dan bahan ajar. Observasi, wawancara Daya serap siswa Kemampuan siswa menjawab soal evaluasi Berdasarkan rata-rata dari nilai Ulangan Harian, nilai Ulangan Tengah Semester dan nilai Ulangan Kenaikan Kelas semester lalu terdapat 12 siswa tidak lulus KKM atau belum melampaui nilai 72 lampiran hal. 267. 64,71 Dokumen penilaian guru Berdasarkan keterangan guru dan beberapa fenomena yang teramati dalam proses pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri Ungaran I dapat diidentifikasi dalam peta permasalahan pada Gambar 1. Gambar 1. Skema Permasalahan Dari skema di atas, dapat dilihat bahwa pengelolaan pembelajaran berpengaruh untuk mencapai proses pembelajaran yang berkualitas dan efektif. Pengelolaan pengajaran berkaitan dengan materi yang diberikan kepada siswa menggunakan metode mengajar tertentu untuk menarik perhatian dan keterlibatan aktif siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang efektif Rohani, 2004:123. Pengelolaan pembelajaran yang baik akan mampu menciptakan suatu pembelajaran berkualitas, suasana yang kondusif dan siswa memberikan perhatian dan aktif terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Berdasarkan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan situasi dan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif di kelas VA SD Negeri Ungaran I adalah siswa kurangnya perhatian dan keterlibatan aktif siswa terhadap aktivitas Pengelolaan Pembelajaran Proses Pembelajaran Kurang optimal Siswa Kurang perhatian dan kurang aktif terlibat Materi IPS Metode Mengajar Ceramah Suasana Pembelajaran Tidak kondusif pembelajaran. Oleh karena itu, siswa menjadi kurang melibatkan diri dalam aktivitas pembelajaran. Siswa yang kurang terlibat dengan aktivitas pembelajaran akan lebih cenderung melibatkan diri pada aktivitas lain di luar aktivitas pembelajaran, misalnya berbicara dengan teman atau memainkan barang-barang yang ada di sekitarnya. Aktivitas lain di luar pembelajaran yang dilakukan siswa biasanya akan mengganggu proses pembelajaran, menjadikan situasi pembelajaran tidak kondusif dan proses pembelajaran dirasa kurang optimal. Untuk menarik perhatian dan keterlibatan siswa bisa dilakukan dengan cara merencanakan pembelajaran yang menarik dan memberi kesempatan untuk siswa aktif mempelajari materi. Sesuai dengan filsafat konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi bentukan sendiri oleh siswa sehingga siswa sendirilah yang harus aktif untuk belajar. Ada banyak metode pembelajaran yang menarik dan dapat mengaktifkan siswa, seperti Problem Based Learning, Inquiry Based Learning, Cooperative Learning , dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL. Untuk mengatasi akar permasalahan yang sudah diungkapkan sebelumnya, peneliti memilih menggunakan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL. Pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen. Komponen tersebut, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual dipilih untuk memecahkan masalah kurangnya perhatian dan keterlibatan aktif siswa karena dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen yang mampu menarik perhatian dan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga memungkinkan untuk siswa berinteraksi dengan teman, guru, maupun lingkungan dan benda yang mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, ciri utama dari pembelajaran kontekstual adalah penemuan makna Johnson: 2010, 35. Penemuan makna dalam pembelajaran kontekstual akan muncul dalam refleksi dengan dukungan aktivitas pembelajaran yang sesuai atau komponen-komponen dalam pembelajaran kontekstual. Penggunaan CTL juga mendapat dukungan dari sebuah penelitian oleh Sinaga 2010 yang berjudul Meningkatkan Keterlibatan dan Prestasi Belajar IPS Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010-2011. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan dan prestasi belajar IPS pada pokok bahasan kenampakan alam dan keanekaragaman sosial budaya. Dukungan dari penelitian yang berikutnya adalah oleh Purwanta 2010 dengan judul Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakarta pada Mata Pelajaran IPS. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan penilain berbasis kelas berhasil mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan penerapan penilaian berbasis kelas dan memperbanyak aktifitas siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri.

1.2 Pembatasan Masalah